news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berbagi Kasih di Tengah Corona: Pramuwisata yang Kesepian di Lampulo, Aceh (1)

Konten Media Partner
23 Mei 2020 16:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menyerahkan paket bantuan kepada pemandu wisata di Lampulo. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Menyerahkan paket bantuan kepada pemandu wisata di Lampulo. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Tak ada lalu lalang pengunjung di kompleks situs tsunami ‘Kapal di Atas Rumah’ pada penghujung Ramadhan 1441 H. Pintu-pintu pagar pada setiap sisi monumen yang terletak di Kawasan Lampulo, Banda Aceh itu tertutup rapat, tak ada penjual cindera mata yang biasanya ramai menggelar lapak di lokasi dan sekitar rumah warga.
ADVERTISEMENT
“Sudah ditutup sejak dua bulan lebih, jadi sepi sekali dari wisatawan di sini, tidak seperti Ramadhan sebelumnya,” kata Bundiyah alias Wak Kolak, seorang pemandu wisata atau pramuwisata di sana kepada acehkini, Kamis (21/5).
Nama alias Wak Kolak didapatnya jauh sebelum tsunami, karena aktivitas menjual kuah kolak di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lampulo.
Situs peninggalan tsunami Aceh 15 tahun silam, menyimpan banyak kenangan bagi Wak Kolak. Dia menjadi salah satu korban yang selamat di atas boat, bersama 58 warga lainnya saat bencana besar itu menghumbalang Aceh pada Minggu pagi, 26 Desember 2004 silam.
Situs kapal di atas rumah dari udara. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Kawasan Lampulo rata tanah. Warga yang selamat perlahan bangkit, rumah-rumah bantuan tumbuh kembali di sana. Pemerintah kemudian membebaskan tanah di tempat boat itu parkir, menjadikannya okjek wisata sekaligus taman edukasi kepada generasi ke depan, saksi dahsyatnya tsunami Aceh.
ADVERTISEMENT
Wak Kolak dan sejumlah penyintas tsunami lainnya di Lampulo, menjadi pemandu bagi setiap wisatawan yang ingin tahu kisah boat yang bertengger di atap rumah. Mereka umumnya perempuan, juga berjualan di sekitar situs. Wak Kolak sendiri tinggal di rumah bantuan tsunami, bersisian dengan objek wisata itu.
Saat wabah corona merebak di Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh mengambil sikap untuk menutup sementara tempat tersebut bersama sejumlah objek wisata lainnya, pada Senin, 16 Maret 2020. “Untuk pencegahan penyebaran virus corona, batas waktu waktu penutupan objek wisata belum ditentukan,” kata Aminullah Usman, Wali Kota Banda Aceh.
Paket bantuan untuk pemandu wisata dan warga terdampak COVID-19 di Lampulo, Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Praktis setelah penutupan, tak ada lagi pengunjung. “Biasanya kalau bulan Ramadhan (seperti dulu), banyak turis Malaysia dan nasional yang berkunjung, selalu ada,” kata Wak Kolak mengenang.
ADVERTISEMENT
Pendapatan para pemandu wisata, dan pengusaha UMKM seperti pembuat kue dan cindera mata di sekitarnya menurun, bahkan nihil. “Banyak kaum ibu di sini bergantung pada objek wisata itu,” jelasnya.
“Warga paling terdampak di sekitar situs sekitar 51 orang,” kata Wak Kolak saat acehkini meminta nama-nama mereka.
Berdasarkan data itu lah, kami bergerak ke lokasi guna menyalurkan bantuan lebaran bagi mereka yang terpuruk COVID-19, hasil kerja sama antara DCODE dan kumparan, bertema ‘saatnya kita beraksi bukan berpangku diri.’ Paket itu berisi Sembako dan uang keperluan membelanjakan kebutuhan lainnya.
Menurunkan paket bantuan. Foto: Suparta/acehkini
“Ini bantuan saya sampaikan sesuai amanah dari kantor kami, untuk disampaikan kepada pemandu wisata di sini dan mereka yang terdampak karena kondisi COVID-19. Tidak seberapa, semoga dapat membantu meringankan beban,” kata Adi Warsidi, penanggung jawab acehkini saat menyampaikan paket tersebut kepada Bundiyah alias Wak Kolak.
ADVERTISEMENT
“Terima kasih atas bantuan dan perhatiannya, Allah akan membalas kebaikan ini. Semoga wabah ini akan segera berakhir dan situs ini bisa buka kembali,” kata Wak Kolak.
Lihat juga video berikut:
Selepas dari situs tsunami Kapal di Atas Rumah, kami bergerak ke Lhok Nga, Aceh Besar, menyasar pengrajin rotan yang minim pemesan, esok harinya menyalurkan ke penjahit sepatu yang kesepian di bantaran Krueng Aceh karena COVID-19. Paket berjumlah seratusan lebih juga disalurkan untuk mereka yang terkena PHK, buruh harian, tukang parkir dan warga terdampak lainnya.
Bagaimana kehidupan para pengrajin rotan dan penjahit sepatu di tengah wabah virus corona? Tunggu artikel kami selanjutnya. []
Note: Artikel ini bentuk kerjasama antara DCODE dan kumparan, saatnya kita beraksi bukan berpangku diri #MauGerakWithDCODE more info click: Dcode.id
Menyiapkan bantuan untuk disalurkan. Foto: Suparta/acehkini