news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cambay dalam Kisah Marmer: Pencatat Kematian di Pasai, Aceh (3)

Konten Media Partner
16 September 2019 9:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Peradaban di Kota pelabuhan Cambay, India, telah dimulai sejak abad ke-7. Di sana tertulis riwayat jalur dagang rempah, pemahat nisan kuno dan penyebaran Islam ke Nusantara. Kini, kota penghubung dunia barat dan timur di masa lalu, terlupakan.
Marmer dinding Masjid Jama Cambay, India dan makam Al Kazeruni. Foto: Khiththati/acehkini
Dimulai abad ke-13, Cambay tak hanya dikenal sebagai pelabuhan ramai. Peneliti menemukan banyak peninggalan barang ekspor, batu marmer untuk nisan muslim dikirim ke banyak wilayah, terutama sepanjang tepi Samudera Hindia, termasuk Asia Tenggara dan Aceh. Beberapa catatan dagang, ditemukan Kerajaan Pasai dan Aceh Darussalam pernah bermitra dekat dengan pelabuhan Cambay atau Khambat.
ADVERTISEMENT
Penelitian tentang batu nisan marmer produksi Cambay paling awal adalah tulisan James Burgess berjudul “The Muhammadan Architecture of Bharoch, Cambay, Dholka, Champanir and Mahmudabad at Gujarat”. Tulisan lengkap dengan ilustrasi ini menjadi paling klasik di masa kini.
Penelitian paling banyak dilakukan terhadap makam Umar Al Kazeruni (734 H/1333 M). Makam ini berada dalam kompleks Jama Masjid Cambay dan masih terawat dengan baik.
Makam Al Kazeruni masih terawat baik di Cambay, India. Foto: Khiththati/acehkini
Walaupun bukti tentang produksi marmer oleh muslim di Cambay ditemukan pada akhir abad ke-18, namun disimpulkan tentang produksi yang masif dan stabil dilakukan pada abad-13 sampai pertengahan abad ke-15. Hal ini juga membuktikan adanya beberapa tempat produksi, dan bukti ekspor batu ini keluar dari Campay.
Elizabeth Lambourn melakukan penelitian terhadap produksi marmer berukir sepanjang Samudra Hindia dari Afrika Timur sampai Laut Jawa. Desain dan inskripsi yang berbeda menjadi penanda periode pembuatan karya ukir itu.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-13 misalnya. Pada beberapa kepala makam ditemukan pahatan pisang raja, lampu, dan kufi 'bismillah'. Seperti yang ditemukan pada nisan Hasan Al-Iraqi (699 H/1299) dari Somanathan Pahana. Di sini terlihat bagaimana ukiran khat kufi Bismillah pada gaya awal Cambay. Makam Muhammad Al- Astarabadi (683 H/1284 M) mempunyai ukiran gaya sama, karena diproduksi dalam jangka waktu dan periode berdekatan.
Pada awal abad ke-14, jumlah jenis desain kepala nisan jadi lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya. Juga mengandalkan stok yang sudah ada sebelumnya, namun jenis lain juga tersedia dengan berbagai ukuran serta model tergantung pesanan. Tapi pada masa ini, ukiran lampu tidak dibarengi pahatan pisang raja terbelah.
Salah satu nisan masa Kerajaan Pasai di Aceh Utara, dibandingkan dengan makam Al Kazeruni di Cambay. Dok. Makalah Elizabeth Lambourn
Jenis pada abad ke-15 lebih terinspirasi dari bentuk abad ke-13. Seperti model yang terdapat pada makam Al-Kazeruni dengan fokus elaborasi khat kufi bismillah pada bahu kuburan. Contoh paling cemerlang ukiran pada masa ini adalah bentuk melengkung besar di kaki, melengkung dalam potongan datar dengan motif pahatan pohon dan tanaman. Gaya seperti ini banyak ditemukan di pemakaman Samudera Pasai (Aceh Utara sekarang), seperti model kaki pada kuburan Teungku Sareh (834/1430 M).
Kaki datar di Makam Teungku Sareh di Pasai, Aceh Utara. Dok. Makalah Elizabeth Lambourn
Berbagai jenis batu nisan, mihrab, dan bentuk pintu yang ditemukan di sepanjang Samudera Hindia dari puluhan situs termasuk makam Samudera Pasai, dipahat pada marmer krem putih yang menjadi ciri marble produksi wilayah barat India. Desain, dekorasi, teknik memahat, dan gaya kaligrafi semuanya bergaya Khambat.
ADVERTISEMENT
Menurut Elizabeth Lambourn, hubungan ini dapat dipetakan karena cukupnya koneksi peredaran barang-barang tersebut. Salah satu contohnya adalah kepala nisan Shaikh Abu Bakar Al-Damiri (714/1315) di Dhofar, bagian Barat Oman mirip dengan makam yang ditemukan di Samudera Pasai, milik Ratu Nahrasiyah yang meninggal pada 1428 Masehi, anak dari Sultan Zainal Abidin.
Makam Ratu Nasrasiyah di kompleks Samudera Pasai, Aceh Utara. Dok. Kemendikbud
Detail tulisan ayat-ayat Alquran di makam Ratu Nasrasiyah di kompleks Samudera Pasai, Aceh Utara. Dok. Kemendikbud
Kedua keluarga yang memiliki nisan tersebut adalah bangsawan. Al Damiri sendiri menurut catatan Ibnu Batutah adalah salah satu pejabat agama di pengadilan Dhofar pada masa pemerintahan Dinasti Rasulid. Ibnu Batutah sempat berkunjung ke makam dan bertemu dengan anaknya. Kisah ini ditulisnya dalam kumpulan catatan beliau tentang “Perjalanan di Asia dan Afrika.”
Penulisan ayat-ayat pada makam sepertinya juga dipilih khusus dan berhubungan dengan peristiwa dalam kehidupan almarhum. Seperti pemilihan surah Yasin ayat 169 sampai 171 pada makam Umar Al Kazeruni. Ayat ini berkisah tentang mereka yang syahid dalam Perang Uhud. Menurut catatan Ibnu Batutah, di akhir hidupnya Al Kazeruni meninggal dalam perjalanan menuju Delhi karena dibunuh bandit. Ia dianggap mati syahid, sehingga pahatan surat Yasin ini dibuat. Ibnu Batutah menulisnya dalam kunjungan ke India pada 1340 M.
Detail tulisan ayat-ayat Alquran di makam Al Kazeruni, Cambay, India. Foto: Khiththati/acehkini
Kenapa ukiran marmer Cambay sukses di pasaran? Saat itu, mereka berada di peringkat teratas pahatan marmer di India dan memiliki kualitas yang tinggi. Warna, teksturnya memukau siapapun yang melihatnya. Cambay sebagai pelabuhan utama di India Barat juga membuat banyak penjelajah dan saudagar menyandarkan kapalnya di dermaga dan pergi melihat masjid atau pemakaman.
ADVERTISEMENT
Kabar tentang keindahan marmer ini bahkan sudah menjadi pembicaraan di Syria pada awal 1320 M. Hal ini tertulis dalam Taqwim al Buldan karya Abu Al Fida, sekitar tahun 721 H atau 1321 M. Ia menulis Cambay merupakan kota yang sangat cantik, dan lebih besar dari Ma’arra di Syiria, bangunannya terbuat dari bata dan marmer.
Sumber di daerah yang mengimpor nisan dari Cambay, umumnya tidak ada sumber batu maupun tak ada tradisi memahat batu di wilayah tersebut, yang mampu bersaing dengan produksi Cambay. Keuntungan lainnya adalah pelabuhan Cambay yang terkenal, sehingga memudahkan membawa nisan penanda kematian lewat jalur laut.
Makam Sultan Malikussaleh, pendiri Kerajaan Samudera Pasai, Aceh Utara. Foto: Zulkarnaini Muchtar
Salah satu aspek yang paling mencolok adalah sebaran ukiran marmer dari waktunya. Pada akhir abad ke-13 hingga pertengahan abad-14, peredaran pahatan ini berada di Samudera Hindia bagian Barat, menyebar dari Afrika Timur hingga Srilanka. Namun, pada awal abad-ke 15, ekspor secara khusus dibawa ke Samudera Hindia bagian Timur.
ADVERTISEMENT
Hal ini jika mengutip pendapat Elizabeth, karena kontak dagang antara Khambat dan Pasai mulai aktif pada akhir abad ke-14 hingga pertengahan abad 15. Setelah itu jumlah ekspor menurun karena beberapa alasan, salah satunya gejolak di Pasai. Ketidakstabilan politik ini, kemungkinan besar menghambat perdagangan sehingga tidak berjalan dengan baik. Namun puluhan tahun kemudian Cambay juga mempunyai hubungan dagang yang sangat baik dengan Kerajaan Aceh. [bersambung]
ADVERTISEMENT
Reporter: Khiththati