news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Mahasiswa Kuliah Daring di Pelosok Aceh: Naik Bukit Cari Sinyal Internet

Konten Media Partner
28 Agustus 2020 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa di pedalaman Aceh Barat saat duduk di atas bukit pinggir sungai mencari akses jaringan internet untuk mengikuti proses belajar daring. Foto: Dok. acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa di pedalaman Aceh Barat saat duduk di atas bukit pinggir sungai mencari akses jaringan internet untuk mengikuti proses belajar daring. Foto: Dok. acehkini
ADVERTISEMENT
Mahasiswa di pedalaman Kabupaten Aceh Barat, Aceh, berjuang keras untuk mengikuti proses belajar mengajar secara daring. Mereka harus menaiki bukit, duduk di pinggir sungai, atau pergi ke desa tetangga agar memperoleh akses jaringan internet.
ADVERTISEMENT
Nasib ini setidaknya dialami oleh mereka yang tinggal di enam desa dalam Kecamatan Pante Ceureumen, yang hingga saat ini belum tersambung jaringan internet. Enam desa itu, yakni Desa Keutambang, Lawet, Canggai, Jambak, Alue Keumang, dan Sikundo.
Misalnya dialami Novia Marsita, mahasiswi sebuah akademi keperawatan di Kota Meulaboh, yang tinggal di Desa Canggai. Nyaris saban hari, Novia harus mendaki bukit agar tersambung dengan jaringan internet untuk mengikuti perkuliahan. “Kami sangat kesulitan dalam mencari jaringan,” katanya kepada jurnalis, Kamis (27/8).
Duduk di atas bukit mencari akses jaringan internet untuk mengikuti proses belajar secara daring. Foto: Dok. acehkini
Selain terkendala jaringan, Novia juga mengeluarkan biaya besar untuk membeli kuota internet. Apalagi bila perkuliahan menggunakan aplikasi Zoom yang membutuhkan banyak kuota. “Kami berharap semoga cepat ada jaringan internet dan kalau bisa (saat berada) di dalam rumah sudah ada jaringan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain 6 desa yang sama sekali belum tersambung jaringan internet, Camat Pante Ceureumen, Teuku Juanda, menyebutkan ada 9 desa lain yang kualitas jaringan internet masih timbul tenggelam di kecamatan itu. Desa-desa itu adalah Desa Lango, Seumara, Menuang Kinco, Babah Iseung, Alue Keumang, Babah Lueng, Keude Siak Awe, Lhok Guci, Sawang Rambot, dan Suak Awe
“Benar, jaringan internet enggak dapat. Kalau anak sekolah (belajar) daring terpaksa ke desa lain yang ada sinyal atau naik ke gunung,” kata Teuku Juanda, dikonfirmasi acehkini, Kamis (27/8).
Teuku Juanda menuturkan, ketiadaan akses internet di desa tersebut menjadi kendala besar bagi mahasiswa mengikuti proses belajar secara daring selama pandemi. "Kalau melihat mahasiswi yang naik-naik ke atas gunung, enggak enak juga kelihatannya," imbuhnya.
Mencari akses jaringan internet di atas bukit pinggir sungai pedalaman Aceh Barat untuk mengikuti proses belajar daring. Foto: Dok. acehkini
Selain untuk pendidikan, ujar Juanda, kesulitan mengakses jaringan internet juga kerap menghambat pekerjaan di kantor camat. Meski di sana internet sudah bisa diakses, namun sinyalnya akan hilang bila listrik padam.
ADVERTISEMENT
"Jangankan masyarakat yang mengeluh, kami juga seperti itu, lagi rapat pakai Zoom tiba-tiba jaringan hilang. Kalau bisa dipasang tower lagi, supaya jaringannya tidak terganggu lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat, Husaini, menyebutkan saat ini hampir semua sekolah di Aceh Barat melaksanakan proses belajar mengajar tatap muka, termasuk di Kecamatan Pante Ceureumen. Belajar daring hanya berlaku di Kecamatan Johan Pahlawan yang sekolahnya ditutup 14 hari.
Pelaksanaan sekolah tatap muka, menurut Husaini lebih efektif dilakukan di Aceh Barat dibanding dengan belajar secara daring. "Belajar daring memang tidak efektif, karena ada daerah yang tidak ada jaringan internet," tuturnya.[] Siti Aisyah