Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Foto: Pabrik Cincau Yuk Fa di Aceh, Generasi ke-3 Penjaga Warisan Tiongkok
20 April 2021 18:56 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kata cincau berasal dari bahasa Hokkian, xiancao, untuk menyebut makanan sejenis agar-agar atau gel yang diproduksi dari tananan Mesona Procumbens dan Mesona Chinensis. Tanaman ini banyak terdapat di Tiongkok .
Cincau dinilai kaya nutrisi, menjadi bahan campuran minuman dan makanan favorit di bulan Ramadhan.
Di Banda Aceh, pabrik cincau warisan leluhur Yuk Fa, awalnya berada di Gampong Baro, Pasar Aceh, dinamai Cincau Gampong Baroe. Nama merek itu melekat sampai kini. Saat pabrik beralih ke tangannya, Yuk Fa memindah lokasi produksi ke Gampong Laksana.
Kini, dibantau sang putranya Suwanto bersama 6 pekerja lainnya, Yuk Fa memproduksi cincau yang dipasarkan ke seluruh kabupatan/kota se Aceh, dengan harga jual Rp 20 ribu per kaleng.
“Sebelum covid-19, dalam sehari kita produksi sekitar 900 kilogram cincau atau 300 kaleng dalam sehari. Pekerja saat itu sampai 20 orang. Saat pandemi jumlah produksi kita hanya 10 persen dari normalnya. Baru di bulan puasa ini produksi sedikit meningkat,” Yuk Fa, menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Untuk bahan baku daun cincau, Yuk Fa mengaku masih memasoknya dari Pulau Jawa selain dari Sumatera Utara. []