Gajah Ubrak-Abrik Enam Hektare Kebun Warga di Nagan Raya, Aceh

Konten Media Partner
26 Januari 2021 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tanaman jagung di kebun milik warga di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, setelah diubrak-abrik oleh kawanan gajah liar. Foto: Dok. Warga
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman jagung di kebun milik warga di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, setelah diubrak-abrik oleh kawanan gajah liar. Foto: Dok. Warga
ADVERTISEMENT
Kawanan gajah liar mengubrak-abrik enam hektare kebun warga Desa Blang Teungku, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, dalam sepekan ini. Mereka mengharapkan pemerintah memberikan solusi untuk mengakhiri konflik gajah-manusia itu.
ADVERTISEMENT
"Tanaman yang dirusak itu lebih kurang sekitar enam hektare, seperti sawit, kelapa, pisang, dan jagung yang sudah memasuki masa panen," kata Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Blang Teungku Saiful Dahlan saat dikonfirmasi acehkini, Senin (26/1) sore.
Selain menghancurkan isi kebun, kawanan gajah liar juga kerap turun ke permukiman penduduk ketika malam hari. Kondisi ini membuat Saiful dan warga lainnya gelisah karena diselimuti rasa khawatir diserang hewan dilindungi itu.
Tanaman jagung di kebun milik warga di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, setelah diubrak-abrik oleh kawanan gajah liar. Foto: Dok. Warga
Selama ini masyarakat menggiring kembali kawanan gajah ke hutan menggunakan suara petasan. Namun, cara ini menurut Saiful tak lagi efektif. "Kalau gajah datang kami membakar mercon, tapi gajah enggak mundur, terpaksa kami yang mundur," ujarnya.
Masyarakat telah melaporkan keadaan demikian ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. Menurut Saiful, petugas dari lembaga konservasi itu memberi petasan ke masyarakat dan turut berjaga di kebun dalam beberapa hari.
ADVERTISEMENT
Saiful berharap pemerintah memberikan bantuan pagar listrik atau alat kontak kejut untuk dipasang di kebun agar tanaman bisa dipanen tanpa diganggu gajah. "Karena sudah ada contohnya di desa lain, mereka menggunakan kontak kejut, kami berharap pemerintah menyediakannya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto mengaku sudah menurunkan tim ke Blang Teungku untuk menggiring gajah liar ke habitatnya. Saat ini pihaknya memantau titik kawanan gajah liar itu keluar-masuk kawasan hutan. "Sehingga nantinya kami menutup jalur keluar itu dengan pembangunan barrier," katanya kepada acehkini, Selasa (26/1).
Menurutnya, konflik gajah dan manusia di Desa Blang Tengku, Tuwi Meuleusong, Blang Lango, Kandeh, dan Kila di Kabupaten Nagan Raya serta Desa Pante Ceureumen di Kabupaten Aceh Barat, disebabkan adanya pembangunan di jalur lintasan gajah liar.
ADVERTISEMENT
"Ini wilayah jelajah gajah. Cuma ada perubahan pembangunan artinya ada penambahan penduduk pada akhirnya terjadi seperti ini. Ini problem (masalah) yang memang tidak hanya BKSDA sebetulnya, kita harus duduk bersama pemerintah daerah, pemerintah provinsi untuk duduk bersama-sama mendiskusikan ini," sebutnya.