Gwanghwamun, Korea Selatan Dimulai dari Sini (2)

Konten Media Partner
13 Maret 2022 13:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Yu Sun Sing, di sekitar Gwanghwamun Plaza yang dipagari untuk direnovasi. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Patung Yu Sun Sing, di sekitar Gwanghwamun Plaza yang dipagari untuk direnovasi. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Gwanghwamun, kawasan bersejarah di pusat ibu kota, Seoul, Korea Selatan. Beberapa hari lalu, acehkini sempat menghadiri pameran spesial tentang sejarah Gwanghwamun.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam dokumen, foto dan video diperlihatkan agar pengunjung lebih mudah mendapatkan informasi yang ada. Ada tiga pemeran dengan tema 600 tahun Gwanghwamun yang dibagi dalam tiga cerita di museum yang berbeda. Semuanya mempunyai periode waktu sejarah yang berbeda.
acehkini hanya datang ke bagian cerita ketiga yang digelar di National Museum of Korean Contemporary History. Berjudul “Gwanghamun, Korean contemporary History From Persective of Space” yang diadakan mulai 17 Desember 2021 sampai 31 Maret 2022. Pameran terbatas ini, berada hanya beberapa langkah dari Gwanghwamun Plaza.
Jalanan di depan gerbang ini menjadi titik penting bagi rakyat Korea melewati berbagai dimensi waktu dari masa lalu hingga kini. Dulu, saat Dinasti Joseon memindahkan ibu kota kerajaan ke Hanyang (sekarang adalah Seoul), tempat ini merupakan penghubung kerajaan dan kantor pemerintahan penting.
Gerbang istana Gyeongbok. Foto: Khiththati/acehkini
Jalanan yang sering dilewati oleh para pegawai kerajaan dari beberapa kementerian. Kawasan ini kemudian dikenal dengan nama Yukjo Geori atau Jalan dari enam kementerian. Ada kantor Dewan Negara (Uijeongbu), Kementerian Personalia, Kementerian urusan pajak, Ritus, Militer, Penegak Hukum dan Pekerjaan Umum di kedua sisi jalan.
ADVERTISEMENT
Namun keadaan ini berubah ketika setelah pendudukan Jepang pada tahun 1910. Gerbang Gwanghwamun dipindahkan dari timur ke sisi utara istana Gyeongbok dan di tempat itu kemudian dibangun gedung pemerintahan Jepang di Korea, Pemerintah kolonial Jepang kala itu juga menggunakan istana Gyeongbok sebagai ruang pameran propaganda untuk melancarkan rencana merebut perhatian masyarakat Korea.
Yukjo Geori yang sudah bertahan selama 500 dan lambang Joseon, bersalin wajah menjadi Gwanghwamuntong (jalan Gwanghwamun) sebagai tanda pemerintahan Korea berada di bawah pemeritahan kolonial. Gedung-gedung baru pun dibangun menjadi lambang kekuatan penjajahan.
Tahun 1945 ketika Jepang menyerah di tangan sekutu setelah pemboman Hiroshima dan Nagasaki, masyarakat Korea merayakan National Liberation. Nama ibu kota diganti saat itu dari nama Gyeongseong menjadi Seoul. Selain itu Gwanghwamuntong juga berubah menjadi Sejong-ro (Jalan Sejong).
ADVERTISEMENT
Pembangunan negara dan suka cita kemerdekan tidak berlangsung lama. Perang saudara pecah antara Korea Selatan dan Utara, pada Juni 1950. Perang ini kembali menghancurkan tatanan politik, ekonomi dan sosial yang coba dibangun.
Ibu Kota negarapun menjadi perebutan. Bendera Selatan dan Utara silih berganti berkibar di gedung-gedung pusat di tengah kekacauan tersebut. Gerbang Gwanghwamun kembali hancur karena pertempuran yang sengit. Tahun 1953 setelah sempat mundur, pemerintah pusat Korea kembali Ke Seoul. Perang tiga tahun itu belum ada kata berhenti. Hanya ada gencatan senjata, membuat kondisi kedua negara tetap tegang sampai kini.
Gwanghwamun kembali menjadi tempat bagi publik mengekspresikan keinginan untuk demokrasi pada revolusi April 1960. Orang-rang berkumpul di sini untuk protes.
ADVERTISEMENT
Kala itu media asing masih menggambarkan Seoul sebagai kota kumuh pada tahun 1960-an. Karena itu Pemerintah memacu Seoul menjadikan kota yang lebih bersih dan terorganisir. Mulai 1960 sampai ke 1980, pembangunan besar-besaran setelah perang dilakukan walaupun keadaan politik Korea yang tidak stabil terjadi selama dua dekade kemudian.
Setelah kudeta militer 1960, Pemerintah Park Chung Hee yang berkuasa selama 16 tahun sebagai diktator, Ia memusatkan pembangunan besar-besaran sebagai bagian dari program peningkatan ekonomi setelah perang. Kala itu daerah ini menjadi ciri tampilan negara yang otoriter.
Peristiwa penyerbuan gedung biru oleh agen Korea Utara dalam operasi pembunuhan Presiden Korea Selatan pada 21 Januari 1968, menimbulkan opini publik bahwa kawasan di sekitar wilayah itu termasuk Gwanghwamun tidak aman. Untuk mematahkan pendapat itu, perbaikan mulai dilakukan Termasuk pembangunan. Patung Yi Sun Shin juga dibangun kala itu pada tahun 1968, Sejong center for the performing Arts diresmikan pada tahun 1978.
Pameran sejarah Gwanghwamun. Foto: Khithtati/acehkini
Kritik terhadap pemerintah tetap berlanjut. Menjawab Hal ini perubahan besar-besaran dilakukan yang kemudian juga memicu persaingan propaganda kedua negara untuk menjadi yang terbaik melalui program renovasi tata kota. Terpilihnya Negeri Gingseng menjadi tuan rumah olimpiade 1988 membuat proyek pembukaan kota baru Gangnam di sebelah selatan Sungai Han dimulai. Hal ini dimulai dengan memindahkan pemukiman, restoran, akademi dan pembangunan lainnya berskala sedang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu gedung-gedung tinggi dan besar mulai dibangun untuk menampilkan wajah Gwanghamun yang lebih canggih. Tak heran kawasan Gwanghwamun yang terlihat sekarang bersama tata gedungnya, sebagian besar sudah selesai antara tahun 70an dan 80an.
Awal tahun 1980 kawasan Gwanghwamun juga menjadi saksi atas berbagai peristiwa demokrasi di Korea. Salah satunya demontrasi untuk memberi dukungan kepada masyarakat Gwangju pada Gwanju Uprising atau gerakan demokratisasi Gwangju tahun 1980an, serangkaian protes untuk menghentikan pemerintahan yang diktator hingga puncaknya unjuk rasa besar pada tahun Juni 1987 yang mengubah peta politik dan demokrasi di Korea Selatan.
Perubahan besar terjadi di kawasan ini tidak membutuhkan waktu lama. Jalan layang, gedung bertingkat serta keberhasilan olimpiade 1988 mengubah pusat kota kuno menjadi modern. Dipoles cepat, rapi dan menawan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1990an proyek restorasi istana Gyeongbok dimulai. Gedung yang dibangun oleh pemerintah Jepang sebelum kemerdekaan dihancurkan pada tahun 1995. Gerbang Gwanghwamun kembali dipulihkan sesuai dengan kondisi aslinya. Jalan Sejong-ro juga ikut direnovasi untuk memperkaya khasanah sejarah dan budaya agar bisa dinikmati oleh publik. Tak lama setelahnya Gwanghwamun subway station juga dibuka setahun kemudian pada 1996.
Dokumen bersejarah tentang Gwanghwamun. Foto: Khithtati/acehkini
Atas permintaan publik area terbuka hijau mulai dibuka pada pada tahun 1999. Di sini masyarakat Korea Selatan bersama-sama merayakan pergantian millenium tahun 2000, memberikan semangat untuk tim nasional mereka pada piala dunia 2002. Melakukan serangkaian protes damai yang ikut mengubah masa depan Negeri gingseng. Akhirnya Gwanghwamun Plaza dengan berbagai fasilitas lainya diresmikan tahun 2009.
ADVERTISEMENT
Perubahan datang silih berganti dinamis namun satu hal yang tetap sama hingga kini, Gwanghwamun selalu menjadi jantung kota tempat publik menyuarakan pendapat mereka dan merayakan kebudayaan bersama. Gwanghwamun menjadi bukti perjalanan panjang sejarah yang kompleks dari Korea Selatan. []