Konten Media Partner

Hasil Survei di Aceh: Tim Medis Corona Keluhkan Isolasi Sosial dari Masyarakat

14 April 2020 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menyiapkan kepulangan salah seorang pasien yang telah sembuh dari COVID-19 di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyiapkan kepulangan salah seorang pasien yang telah sembuh dari COVID-19 di Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melaporkan hasil kajian terkait perilaku perlindungan diri tenaga kesehatan terhadap pandemi virus corona di Aceh. Salah satu hasilnya adalah, sebagian responden yang merupakan tenaga medis mengeluhkan isolasi sosial dari masyarakat karena profesi mereka.
ADVERTISEMENT
Kajian itu dipimpin oleh dr Ichsan, Ketua Tim Survei dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) yang merupakan bagian dari Satgas COVID-19 Unsyiah. “Melibatkan 1.132 responden dari 12 profesi kesehatan yang bertugas di layanan kesehatan publik di 23 kabupaten/kota di Aceh,” katanya dalam pernyataan tertulis, Selasa (14/4/2020).
Menurutnya, lebih dari 90 persen responden merasa dirinya sangat berisiko tertular virus corona dalam melakukan tugasnya. Selain itu, terdapat ironi yang berkembang dalam masyarakat yaitu adanya isolasi sosial terhadap tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kepada pasien COVID-19.
“Beberapa keluhan yang disebutkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Aceh tentang adanya keluhan petugas medis yang ditolak oleh warga kampungnya, saat kembali ke tempat tinggalnya setelah selesai bertugas melayani pasien COVID-19 adalah benar adanya,” ucap dr. Ichsan.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadikan stressor tersendiri bagi petugas pelayanan kesehatan di lini terdepan penanganan pasien dengan kasus virus corona. Stigma tersebut justru bisa melemahkan semangat paramedis dalam melayani, terutama saat terjadi wabah.
Selain itu, kata Ichsan, hasil kajian ini juga menunjukkan lebih dari setengah responden merasa tempat mereka bekerja belum memberikan perlindungan yang optimal agar terhindari dari COVID-19. Terkait upaya perlindungan diri, 96 persen responden menjawab bahwa mereka selalu berupaya meningkatkan proteksi diri sejak isu pandemi merebak. “Salah satunya dengan sering mencuci tangan, lebih dari 90 persen responden menyebutkan bahwa mereka selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan,” jelasnya.
Adapun Alat Pelindung Diri (APD) yang paling sering digunakan oleh responden adalah masker bedah (80 persen) dan handscoen (55,7 persen). Dalam survei ini juga terungkap bahwa 77,9 persen tenaga kesehatan yang menjadi responden masih kesulitan dalam memperoleh APD saat bertugas.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil kajian tersebut, Unsyiah memberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Aceh, sebagai berikut:
1. Memberikan pelatihan yang memadai tentang upaya proteksi diri dan penggunaan APD bagi tenaga kesehatan di provinsi Aceh secara merata;
2. Memastikan ketersedian APD bagi tenaga kesehatan, mulai dari mereka yang bekerja di Rumah Sakit rujukan covid-19 sampai ke tingkat Layanan Primer;
3. Menjamin kesejahteraan baik materil maupun sosial bagi tenaga kesehatan terutama mereka yang melakukan pelayanan/penanggulangan wabah covid-19 secara langsung;
4. Memberikan jaminan kesehatan bagi tenaga medis dengan asuransi kecelakaan kerja terbaik, mengingat risiko yang mungkin dialami pada saat menangani pasien COVID-19 sangat tinggi;
5. Menyediakan asuransi jaminan hidup bagi keluarga yang ditinggal jika ada tenaga medis yang gugur dalam menjalankan tugas mulia menangani pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Satgas Penanganan COVID-19 Unsyiah juga berharap kepada masyarakat, agar tidak mengucilkan paramedis yang telah berjuang menghadapi pandemi virus corona di Aceh. []
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!