Konten Media Partner

Hilangnya Tutupan Hutan di Aceh Selatan, Harimau pun Masuk Kampung

24 Desember 2022 17:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tutupan hutan di Aceh Selatan. Foto: dok. Siti Aisyah/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Tutupan hutan di Aceh Selatan. Foto: dok. Siti Aisyah/acehkini
ADVERTISEMENT
Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) menjadi tempat berkumpulnya spesies penting asli Indonesia seperti harimau, gajah, badak dan orang utan. Tapi, sesuai data Global Forest Watch kawasan KEL yang ada di Kabupaten Aceh Selatan kehilangan tutupan hutan sekitar 1.704 hektare sepanjang Januari-Oktober 2022. Angka itu menempatkan Aceh Selatan dalam rangking teratas tingkat deforestasi tertinggi di wilayah KEL dalam Provinsi Aceh.
ADVERTISEMENT
Legal Advokasi Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Nurul Ikhsan menjelaskan, laju kerusakan tutupan hutan tersebut meningkat tajam hingga lebih dari 50 persen dari tahun 2021 yang hanya mencapai 823 hektare. Kejadian ini adalah yang pertama kalinya bagi Aceh Selatan menduduki rangking pertama pada laju kerusakan hutan di kawasan KEL.
“Kami melakukan pemantauan Forest Watch hampir di seluruh Aceh, terutama di kabupaten yang ada Kawasan Ekosistem Leuser-nya. Sepanjang tahun 2022, Aceh Selatan ini mendapat rangking teratas deforestasi, sebelumnya tahun 2021, 2020 rangking teratas ada di Aceh Timur. Sementara Aceh selatan masuk dalam lima besar atau tiga besar,” kata Nurul Iksan kepada acehkini, Sabtu 24 Desember 2022.
Dia melanjutkan, ada tiga titik daerah di Aceh Selatan yang dilakukan pemantauan, yakni di Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Desa Jambo Dalen dan Desa Seunebok Keuranji, Kecamatan Kota Bahagia. Ketiga lokasi Ini merupakan daerah yang paling tinggi aktivitas ilegalnya
ADVERTISEMENT
Dari hasil penyelidikan, pihaknya menemukan adanya dugaan pembukaan lahan ilegal yang dilakukan secara masif. Hilangnya tutupan hutan di KEL Aceh Selatan ini, sangat memprihatinkan, terlebih jika melihat kondisi daerah yang rawan akan bencana alam dan konflik satwa dengan manusia.
“Kita berharap ini bisa dicarikan solusi, bagaimana perambahan dan pembukaan lahan tidak semakin meluas karena mengingat kondisi dampak bencana tadi,” ujarnya.
Jalan desa di sekitar wilayah KEL, Aceh Selatan. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Mengingat kawasan tersebut masih status hutan lindung, pihaknya berharap upaya penegakan hukum di sektor ini yang konkret dan tidak ada istilah tajam ke bawah tumpul ke atas, semua pelakunya harus ditindak dan harus dicari siapa pelaku utama.
“Karena pengalaman kami di lapangan, biasanya yang bekerja mencari beras satu bambu itu masyarakat, dan pelaku utamanya itu investor bukan mencari sebambu beras, tapi segenggam emas. Dan inilah kita berharap dimulai dari kepala sampai ke ekornya, karena bisa memungkinkan dilihat dari kondisi sekarang bencana besar akan mengancam kita, kalau memang kita tidak arif dan bijaksana mengelola alam,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT

Harimau Masuk Kampung

Dampak rusaknya tutupan hutan di Aceh Selatan telah dirasakan masyarakat. Salah satunya di Desa Seuneubok Keuranji, Kecamatan Kota Bahagia. Desa yang selama berpuluh-puluh tahun tidak pernah merasakan adanya gangguan satwa liar, pada awal November 2022 lalu, seekor harimau dilaporkan masuk ke permukiman penduduk dan memangsa sembilan ekor kambing milik Teuku Abdul Lazeb dan Nasuki.
“Kami terkejut, sudah lebih dua puluh tahun di sini tidak pernah ada masuk harimau, tapi sekarang kambing saya habis dimakan lima ekor,” kata Teuku Abdul Lazeb, pemilik kambing.
Ia menjelaskan, satwa dilindungi itu memangsa kambingnya selama tiga malam berturut-turut. Setelah kejadian itu tentunya membuat masyarakat panik dan ketakutan untuk beraktivitas di luar rumah, karena mengingat jarak kandang kambing dan rumah warga hanya berkisar 15 hingga 20 meter saja.
ADVERTISEMENT
“Setelah kejadian, kambing langsung dijual semua sisa beberapa ekor lagi, sampai saat ini khawatir, nanti takutnya kalau tidak dapat hewan sasarannya manusia, masih was-was takut pergi ke belakang,” ujarnya.
Kandang kambing warga yang diserang harimau. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Dirinya juga mengeluhkan, adanya gangguan hewan lain seperti monyet besar yang saat ini sangat marak turun ke kebun warga hingga menyebabkan masyarakat gagal panen dan merugi. “Saya tidak bisa lagi kerja berat karena sudah tua, di sini banyak kali hama, kita berkebun gagal, beternak pun dimakan harimau,” keluhnya.
Kapolres Aceh Selatan, AKBP Nova Suryandaru, menegaskan pihaknya akan menindak siapa saja yang melakukan perusakan hutan. Meskipun ia menyadari jika upaya penegakan hukum ini belum jadi solusi terbaik.
“Ke depan kita berencana melakukan kerja sama dan diskusi dengan beberapa elemen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terutama di seputaran kawasan hutan lindung,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia berkomitmen untuk menjaga wilayah lingkungan Aceh Selatan tetap lestari dan terjaga, sehingga terhindar dari kerusakan lingkungan yang tentunya mengakibatkan terjadinya bencana alam. “Setiap ada laporan, kita akan cek ke lapangan kalau memang itu kita temukan, tetap kita lakukan tindakan terhadap pelaku perambahan tersebut,” tutupnya. []
Kapolres Aceh Selatan, AKBP Nova Suryandaru.