Pengamanan Ketat di Wagah Border, Tapal Batas India-Pakistan (2)

Konten Media Partner
16 Juli 2019 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tentara Pakistan (kiri) dan tentara India (kanan) saat upacara penurunan bendera di Wagah Border. (Dok: Khiththati/acehkini)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Pakistan (kiri) dan tentara India (kanan) saat upacara penurunan bendera di Wagah Border. (Dok: Khiththati/acehkini)
Melihat suasana itu, acehkini berangkat dari Amritsar, India, tiga jam sebelum pertunjukan dimulai. Berjalan di pusat kota yang tak jauh dari Golden Temple, beberapa orang menawarkan paket wisata ini dengan harga bersaing. “Wagah Border! Wagah Border!” teriak mereka sambil mendekati wisatawan.
ADVERTISEMENT
Ada yang menawarkan bajaj, mobil pribadi, dan minibus. acehkini memilih bus wisata dua tingkat bernama Hop-Hop yang disediakan pemerintah. Cukup membayar 250 rupee atau sekitar Rp 60 ribu.
Sepanjang perjalanan, pemandu wisata menunjukkan tempat-tempat penting di Amritsar. Ia lebih banyak berbicara Bahasa Hindi. Namun bila ada yang penting, ia bergegas mendekati turis asing dan menjelaskan beberapa hal yang penting dalam bahasa Inggris.
“Ini daerah dengan tingkat keamanan yang tinggi, dan tas tidak diizinkan masuk ke lokasi upacara,” kata Prince, pemandu wisata.
“Hanya dompet, kamera, dan ponsel diperbolehkan masuk serta air minum,” tambahnya lagi.
Perbatasan India-Pakistan. (Dok: Khiththati/acehkini)
Hanya memerlukan waktu sekitar 40 menit berkendara dari Kota Amritsar. Saat mobil akan memasuki arena parkir, pemeriksaan dilakukan. Kawat-kawat berduri terlihat tak jauh dari situ. Sebuah penunjuk jalan tertulis bahwa Lahore, kota di sebelah Pakistan, hanya berjarak 23 kilometer dari sini.
ADVERTISEMENT
Prince menyarankan penumpang menyimpan tas di loker yang ada di restoran sebelum mengantre masuk kawasan perbatasan. Dia mengingatkan pesertanya mencatat nomor plat bus, keramaian sering kali membuat wisatawan susah mengenali kendaraan yang mereka tumpangi saat pulang. Ia juga memberikan nomor ponselnya untuk kondisi darurat.
Antrean mulai panjang. Laki-laki dan perempuan berbaris di tempat yang terpisah. Beruntung bagi acehkini karena tamu dan turis berada di tempat berbeda. Setelah pemeriksaan paspor di pos pertama, ada pos pemeriksaan badan dan barang yang harus dilewati.
Bendera India dan Pakistan di Wagah Border. (Dok: Khiththati/acehkini)
Pemeriksaan ini lebih ketat daripada pemeriksaan di bandara. Petugas menyandang senjata laras panjang di bahu mereka. Perempuan akan masuk kamar yang lebih tertutup saat diperiksa.
Hum hindi ati nahin hai (saya tidak bisa bahasa Hindi),” kata saya saat petugas perempuan menanyakan sesuatu.
ADVERTISEMENT
Petugas itu hanya tersenyum. “Itu mengerti, kok,” sahutnya dalam bahasa Hindi, sambil mempersilahkan keluar. Petugas lain juga tersenyum dengan jawaban itu.
Berjalan selama 5 menit, pengunjung lantas memasuki pintu besar dengan tulisan India di atasnya. Sebelumnya, ada tiang bendera tinggi di halaman. Bendera India berkibar tertiup angin. Beberapa lapak penjual bendera kecil, dan topi juga menjajal dagangan.
Riuh pengunjung di tapal batas India-Pakistan. (Dok: Khiththati/acehkini)
Musik dari film Veer Zaara terdengar. Adegan akhir film tentang kisah cinta antara negara ini memang mengambil lokasi syuting di perbatasan ini. Petugas bersiaga dengan senjata mereka. Penonton yang datang langsung dipersilakan langsung duduk. Tidak boleh ada yang berdiri.
Tribun penonton yang dipisahkan pagar, ditata dengan sama. Hanya saja, pengunjung jauh lebih sedikit di sebelah Pakistan. Jika India memasang foto besar Mahatma Gandhi, maka gambar besar Muhammad Ali Jinnah ada di seberang sana. Di sebelah pagar Pakistan juga terdapat tiang bendera tinggi dengan bendera hijau berlambang bintang bulan sabit berkibar di atasnya.
Parade penurunan bendera dua negara. (Dok: Khiththati/acehkini)
Di sebelah reporter acehkini, ada turis dari Jepang dan Jerman yang sudah tiba lebih awal. Musik makin kencang. Pengunjung tambah ramai. Tepat pukul 5 sore petugas pemandu masuk. Penonton riuh begitu pula di sebelah pagar.
ADVERTISEMENT
Hindustan Zindabat.” Para penonton berbalas siulan dan yel-yel. “Pakistan! Pakistan!” sahut lainnya.
Upacara penurunan bendera berlangsung 30 menit. Ditandai masuknya petugas berseragam cokelat. Topi mereka seperti ekor burung atau kipas menjulang berwarna merah. Di pagar sebelah, tentara Pakistan berseragam hitam dengan topi serupa melakukan gerakan yang sama.
Prajurit India di tapal batas. (Dok: Khiththati/acehkini)
Adegan selanjutnya, gerakan prajurit seperti manuver dengan mengangkat kaki setinggi-tingginya. Mereka juga menuju pagar dan berbalas gerakan. Penonton memberi semangat tiada hentinya. Bertepuk tangan dan bersiul.
Gerakan menggertak, menghentak, dan saling pamer kekuatan ini sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Semuanya sudah dibicarakan bersama. Bahkah di awal upacara, anjing pelacak diikutsertakan dalam parade.
Para serdadu saling membalas gerakan dengan terhalang pagar. Para tentara India juga menumbuhkan kumis mereka, agar terlihat lebih sangar. Tak lama setelah itu, pintu pagar ditarik. Terbuka tanpa penghalang. Namun tidak ada yang melewati garis.
Berjaga-jaga saat upacara penurunan bendera dilakukan. (Dok: Khiththati/acehkini)
Terompet mulai ditiup. Lagu kenegaraan dinyanyikan, semua penonton berdiri dan menyimak dengan khidmat. Tidak ada teriakan. Bendera diturunkan menyilang yang merupakan simbol persahabatan. Setelah saling lirik-lirik tajam, memutar kumis dan bersalaman. Pintu perbatasaan kembali ditutup. Penonton menyambutnya dengan tepuk tangan.
ADVERTISEMENT
Sinar matahari mulai berubah warna. Penonton bergegas meninggalkan area seremoni. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan mendekati gerbang perbatasan.
Parade ini terus digelar setiap harinya. Tak peduli musim panas atau dingin, maupun ketika badai datang, bahkan memanasnya politik dua negara. Di sini mereka berteriak, berdendang, bertepuk tangan, bersiul, dan riuh.
Anak-anak untuk kebolehan jelang penurunan bendera. (Dok: Khiththati/acehkini)
Reporter: Khiththati