news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kala Puluhan Perempuan Penjaga Sumber Daya Alam Aceh Bertemu

Konten Media Partner
16 Desember 2019 20:39 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan para perempuan akar rumput penjaga SDA Aceh. Foto: Adi Warsidi/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan para perempuan akar rumput penjaga SDA Aceh. Foto: Adi Warsidi/acehkini
ADVERTISEMENT
Sebanyak 50 perempuan akar rumput, yang selama ini aktif menjaga Sumber Daya Alam (SDA) dan sumber air di wilayahnya, mengadakan pertemuan untuk saling berbagi pengalaman. Mereka berasal dari desa-desa di 15 Kabupaten yang berada dalam koridor ekosistem Leuser dan Ulu Masen.
ADVERTISEMENT
Pertemuan difasilitasi oleh The Asia Foundation dan lembaga Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) melalui program Setapak, berlangsung di Banda Aceh, Minggu-Senin (15-16/12).
Manajer Program HAkA, Crisna Akbar mengatakan pertemuan sebagai forum refleksi dan berbagi pengalaman antar perempuan penjaga Sumber Daya Alam. “Sebagai upaya mempertahankan kelestarian dan ruang hidup perempuan yang adil dan setara di Aceh,” katanya Senin (16/12).
Berbagi pengalaman menjaga SDA Aceh di wilayah masing-masing. Foto: Adi Warsidi/acehkini
Menurutnya, konflik Sumber Daya Alam di Aceh menjadi ancaman serius bagi masyarakat termasuk perempuan yang menerima dampak langsung di dalamnya. Contoh terkini adalah yang diperjuangkan oleh perempuan di Desa Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah.
Desa ini kini memiliki Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK), yang dipelopori oleh perempuan. Hutan Desa yang diperjuangkan perempuan ini sudah mendapatkan SK dari KLHK pada November 2019 dengan luas mencapai 251 Ha. “Tentu, cerita sukses tersebut adalah salah satu dari sekian banyak capaian-capaian penting dari gerakan komunitas perempuan di Aceh,” katanya.
ADVERTISEMENT
Beberapa perempuan yang berjuang di wilayah masing-masing, ikut tampil memaparkan sejumlah pengalamannya. Misalnya Sumini, Ketua Kelompok LPHK Damaran Baru. “Setelah berjuang mendapatkan hak kelola hutan, kami akan mengembangkannya menjadi kawasan eko wisata,” katanya.
Menurutnya, perjuangan kelompok perempuan di desanya dipicu maraknya illegal logging, sehingga sempat menimbulkan bencana banjir bandang, yang menyebabkan sejumlah kerusakan di sana, beberapa tahun lalu. “Kami kemudian bersama berjuang menanam pohon dan menjaga kelestarian di desa kami,” katanya.
Sebagian berfoto bersama narasumber. Foto: Crisna
Salah seorang perempuan hebat lainnya adalah Yusdarita. Perempuan dari Desa Rembele, Bener Meriah tersebut berhasil mengajak warga di kampungnya untuk menjaga sumber air di sekitar Sungai Redelong. “Mengajak masyarakat untuk menjaga sumber air dengan menanam pohon-pohon seperti kopi, alpukat dan lamtoro di lahan-lahan perkebunan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Pertemuan di hari kedua, ikut dihadiri oleh Wakil Ketua PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, yang mengajak para perempuan untuk bersatu dan berkalaborasi dengan pemerintah di daerah masing-masing dalam mengawal Sumber Daya Alam. “Kami siap membantu untuk kepentingan tersebut,” katanya.
Dyah Erti Idawati (berdiri) menyampaikan komitmennya terkait perjuangan para perempuan desa. Foto: Crisna
Agenda tersebut turut menghadirkan Kasubdit Penyiapan Hutan Desa Dirjen PSKL pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lusi Ardiputri; Asisten II Bupati Bener Meriah, Abdul Muis; Direktur HAkA, Farwiza Farhan; dan Country Representative The Asia Foundation, Sandra Hamid, serta sejumlah pihak terkait lainnya.
Pertemuan perempuan penjaga Sumber Daya Alam Aceh, selama 2 hari menghasilkan sejumlah agenda aksi, sebagai berikut: