KontraS Aceh Kecam Aksi Represif Aparat Keamanan saat Amankan Demo

Konten Media Partner
13 September 2022 9:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamanan aksi demo di Aceh Barat. Foto: Dok. Polisi
zoom-in-whitePerbesar
Pengamanan aksi demo di Aceh Barat. Foto: Dok. Polisi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Demo yang digelar mahasiswa di Aceh Barat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak, pada Senin (12/9) ditanggapi dengan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan. Peristiwa ini terjadi ketika massa menyampaikan aspirasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat.
ADVERTISEMENT
Koordinator KontraS Aceh, Azharul Husna mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan. “Aparat seharusnya mengamankan tanpa melakukan tindakan represif terhadap massa. Yang terjadi di Meulaboh sangat kita sesalkan, mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasi, aparat seharusnya melindungi,” ujar Husna dalam keterangannya, Selasa (13/9/2022).
Menurutnya berdasarkan informasi di lapangan, para peserta aksi sedang melakukan long march menuju Gedung DPRK Aceh Barat. Namun kericuhan justru terjadi ketika polisi mencegat mereka dan lalu menembakkan gas air mata ke arah massa. Akibatnya ada mahasiswa tergeletak tak sadarkan diri sehingga terpaksa dibawa ke rumah sakit. Belasan mahasiswa juga ditangkap polisi. Sedikitnya 10 orang luka-luka akibat tindakan represif tersebut.
Kata Husna, demo merupakan wujud dari penyampaian aspirasi masyarakat sekaligus bukti dari praktik-praktik berdemokrasi. Demonstrasi bagian dari kebebasan berekspresi dan berpendapat yang dijamin oleh undang-undang.
ADVERTISEMENT
“Karena dijamin oleh konstitusi, maka aparat jangan anggap demo sebagai pelanggaran hukum, jangan lah ditanggapi dengan tindakan-tindakan kekerasan,” katanya.
Lebih lanjut, penolakan masyarakat terhadap kenaikan harga BBM dinilainya sebagai aspirasi yang sangat wajar. Segala kebijakan pemerintah mengenai hajat hidup masyarakat perlu disikapi secara kritis, terlebih kenaikan BBM saat ini telah menuai protes di mana-mana.
“Kami mengecam aksi represif aparat keamanan terhadap mahasiswa, dan mendesak penangkapan mahasiswa segera dihentikan, itu membuat situasi makin intimidatif bagi massa yang ingin menyampaikan aspirasinya,” pungkasnya.

Polisi: Mereka Bertindak Anarkis

Sebelumnya, Kapolres Aceh Barat AKBP Pandji Santoso, mengatakan aksi mahasiswa tersebut berlangsung tidak tertib sehingga terpaksa dibubarkan oleh petugas keamanan dengan menembakkan gas air mata dan water canon.
ADVERTISEMENT
Kata Pandji, dirinya ikut mendampingi anggota DPRK Aceh Barat untuk menemui massa. Namun, mereka yang berjumlah seratusan orang itu tidak terima dan bertindak anarkis. Massa memaksakan diri untuk menerobos masuk dan menduduki kantor DPRK Aceh Barat.
"Kita sudah imbau agar massa tertib, tapi tidak diindahkan, sehingga atas nama undang-undang kita ambil tindakan tegas terukur dengan menembakkan water canon dan gas air mata," ujarnya.
Pandji menyebut petugas juga mengamankan 11 orang yang diduga memprovokasi dan membuat rusuh. Selain itu, turut diamankan juga barang bukti satu unit mobil komando orasi, satu becak motor, alat peraga, senjata tajam, dan bongkahan batu. []