Makam Kuno di Tol Aceh, Ini Hasil Observasi Balai Pelestarian Cagar Budaya

Konten Media Partner
17 Februari 2021 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nisan kuno yang ditemukan saat pembangunan proyek tol Aceh. Dok. Tarmizi A Hamid
zoom-in-whitePerbesar
Nisan kuno yang ditemukan saat pembangunan proyek tol Aceh. Dok. Tarmizi A Hamid
ADVERTISEMENT
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Aceh telah melakukan observasi terhadap temuan nisan kuno dalam proyek pembangunan jalan Tol Aceh, diduga sebagai makam para ulama dan petinggi Kesultanan Aceh masa lalu.
ADVERTISEMENT
Temuan itu berada di gerbang tol yang terletak di Gampong Lambada Lhok, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. BPCB Aceh, awalnya menerima laporan masyarakat pada 7 Februari 2021 terkait temuan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang terkena dampak pembangunan jalan tol.
“Laporan dari masyarakat diperkuat dengan informasi dan laporan secara lisan yang disampaikan oleh Akademisi/Arkeolog di Aceh yaitu Dr. Husaini Ibrahim dan oleh Mawardi Usman (Komunitas Peusaba) yang telah melakukan survei terhadap temuan pada tanggal 8-10 Februari 2021,” tulis Nurmantias, Kepala BPCB Aceh, dalam laporan observasi yang dirilis laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id. Selasa (16/2/2021).
Kepala BPCB Aceh kemudian menugaskan tim yang dipimpin oleh Andi Irfan Syam untuk melakukan observasi awal ke lokasi temuan dan koordinasi kepada pihak terkait pada tanggal 11 Februari 2021. Berikut hasilnya:
ADVERTISEMENT

Hasil Observasi Awal Makam Kuno

Terdapat dua informasi yang kurang valid yang telah diberitakan di media cetak dan elektronik yaitu nama lokasi temuan dan nama pintu tol. Lokasi temuan yang diinformasikan di media yaitu di Gampong Kajhu, namun saat dikonfirmasi kepada Kepala Desa (Gampong) lokasi temuan berada di Gampong Lambada Lhok. Selain itu, nama pintu tol yang sebelumnya diberitakan Pintu Tol Kajhu, saat dikonfirmasi dengan pihak pelaksana pembangunan jalan tol, nama pintu tol ini adalah Gerbang/Pintu Tol Baitussalam.
Dok. BPCB Aceh
Hasil observasi awal terhadap temuan di area pembangunan Gerbang Tol Baitussalam, tim mendapatkan lima sebaran kelompok makam yang merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB). Lima kelompok makam tersebut yaitu:
Kelompok makam I terletak di koordinat 5°36’29.5″N 95°23’19.8″E dan berada di sisi selatan jalan dan di atas tanah gundukan yang mencirikan sebagai makam era Kerajaan Aceh Darussalam. Dalam kelompok makam ini terdapat 6 (enam) nisan kuno periode Islam (utara-selatan). Dari ketiga makam tersebut, hanya satu makam yang masih insitu sedang lainnya terkena dampak penataan lahan. Dua nisan berbentuk bulat bersudut delapan (oktagonal) dan pipih dengan bahan batu pasir (sandstone).
ADVERTISEMENT
Kelompok Makam II terletak di koordinat 5°36’30.3″N 95°23’21.3″E dengan ketinggian yang sama dengan Kelompok Makam I juga berada di sisi selatan jalan. Pada kelompok makam ini terdapat 4 (empat) buah nisan dengan satu nisan masih insitu sedang lainnya sudah terkena penataan lahan. Nisan yang ditemukan berbentuk bulat (silindris) dengan bahan andesit dalam kondisi tergeletak di atas permukaan tanah dan nisan berbentuk pipih dengan bagian atas terdapat lengkungan dengan bahan andesit dalam posisi masih tertancap di tanah.
Kelompok Makam III terletak di koordinat 5°36’29.3″N 95°23’18.5″E dengan ketinggian yang sama dengan kelompok nisan sebelumnya yang berada di sisi utara jalan. Terdapat enam nisan yang terlihat di permukaan dengan ukuran yang besar dibanding dengan nisan lainnya dan satu badan makam (jirat), namun sudah tidak insitu yaitu tergeletak di atas permukaan tanah. Pada kompleks makam ini, nisan berbentuk bulat (silindris) dengan tonjolan bulat di bagian atasnya dari bahan andesit.
ADVERTISEMENT
Kelompok Makam IV terletak di 5°36’29.3″N 95°23’18.0″E dan berdasarkan keletakannya di sisi utara jalan, dimungkinkan menjadi satu kelompok makam dengan Kelompok Makam III. Kelompok makam ini tidak terkena dampak penataan gerbang/pintu tol, namun terkena dampak gelombang tsunami pada tahun 2004 sehingga beberapa nisan di area ini diperkirakan sudah tidak berada di posisi awalnya (tidak insitu) dalam keadaan tergeletak di atas permukaan tanah. Terdapat satu nisan dan satu makam dengan jirat dan masih insitu, jirat pada makam ini berbahan batu pasir (sandstone).
Kelompok makam V terletak di koordinat 5°36’28.0″N 95°23’17.3″E dengan ketinggian yang sama dengan kelompok makam lainnya berada di sisi utara jalan. Terdapat dua nisan di permukaan dengan satu nisan berukuran relatih lebih besar dibanding lainnya. Dua nisan ini terkena dampak langsung penataan pintu tol. Nisan berbentuk bulat (silindris) berbahan batu andesit.
Temuan nisan kuno di proyek tol Aceh. Dok. Tarmizi A Hamid
Setelah melakukan observasi terhadap temuan, tim melakukan koordinasi dengan Kepala Gampong Lambada Lhok, Abdul Kadir, unsur pelaksana pembangunan jalan tol dan unsur dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh. Berdasarkan hasil koordinasi tersebut didapatkan informasi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil observasi awal dengan melakukan perekaman data dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, diketahui terdapat lima kelompok makam kuno yang saat ini dicatat sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) di lokasi pembersihan pintu/gerbang tol Baitussalam.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada Pasal 23, disebutkan bahwa penemuan objek diduga cagar budaya harus diperlakukan selayaknya sebagai cagar budaya, sehingga Tim observasi dari BPCB Aceh menyampaikan secara langsung kepada pihak pelaksana pekerjaan jalan tol untuk sementara menghentikan aktifitas pembersihan di area yang memiliki potensi ODCB di lokasi tersebut.
Disarikan dari berbagai sumber referensi, wilayah lokasi temuan ODCB tersebut termasuk wilayah pesisir yang terdampak berat oleh bencana gempa dan tsunami pada tahun 2004. Berdasarkan gejala pola sebaran nisan dan keletakannya, mengindikasikan adanya proses transformasi baik oleh alam maupun manusia.
ADVERTISEMENT
Secara umum, berdasarkan bentuk dan atribut pada tipe nisan yang ditemukan berada pada periode kurun abad ke-17 sampai dengan abad ke-18 M yang menandakan era Kesultanan Aceh Darussalam, sehingga kawasan ini merupakan wilayah yang memiliki signifikansi pada kurun waktu tersebut. Data awal hasil observasi ini selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pemetaan dan deliniasi untuk merumuskan model pelindungan terhadap sebaran ODCB tersebut. []