Makam Menteri dan Ulama Aceh Abad 18 Tak Terurus di Lokasi Bekas Tsunami

Konten Media Partner
5 Juli 2021 12:21 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Mapesa menegakkan nisan kuno abad ke-18 di Lambung, Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Tim Mapesa menegakkan nisan kuno abad ke-18 di Lambung, Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Sejumlah pegiat sejarah menata ulang nisan tokoh-tokoh pada masa Kesultanan Aceh Darussalam yang selama ini terbengkalai di Desa Lambung, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Minggu (4/7). Di lokasi bekas tsunami Aceh itu, diperkirakan ada puluhan kompleks makam kuno dengan jumlah nisan seratus lebih.
ADVERTISEMENT
Penataan nisan-nisan itu dilakukan dengan mendirikan kembali nisan yang jatuh dan membersihkan bagian nisan yang diselimuti tanah. Mereka juga menyambung kembali bagian nisan yang patah.
Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) Mizuar Mahdi, menuturkan, makam tersebut sudah lama ditemukan, tapi baru ditata ulang karena dinilai kondisi keterancamannya masih minim. "Baru tahun ini kami melakukan penataan dan pembersihan makam ini," katanya kepada acehkini.
Nisan Kuno peninggalan Kesultanan Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Mizuar menuturkan, pemilik makam tersebut belum dapat diidentifikasi lantaran tidak ada inskripsi yang menjelaskan orang yang dimakamkan sebagaimana biasanya terpahat di nisan peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam. "Di kompleks makam ini kami tidak menemukan kaligrafi apapun kecuali di beberapa makam memuat kalimat tauhid," tuturnya.
Dari bentuk nisan, Mizuar memastikan itu peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-18 hingga 19 masehi. Dengan kondisi memprihatinkan, Mizuar mengatakan membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk menyelesaikan penataan. Aktivitas relawan Mapesa berlangsung setiap akhir pekan.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah tokoh tokoh dari kalangan istana, menteri, dan ulama. Semuanya ini adalah orang-orang yang telah berkontribusi dan memberikan peranan masing-masing pada masa hidup mereka untuk Kesultanan Aceh Darussalam," katanya. []
Nisan kuno setelah ditata ulang oleh Tim Mapesa. Foto: Suparta/acehkini