news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pesona Lain Aceh Surfing: Ritual Adat dan Pantai Lhoknga Bikin Takjub

Konten Media Partner
24 November 2019 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang surfer unjuk kebolehan dalam Aceh Surfing Championship 2019. Foto: Reza Juanda/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Seorang surfer unjuk kebolehan dalam Aceh Surfing Championship 2019. Foto: Reza Juanda/acehkini
ADVERTISEMENT
Ada ritual adat setengah wajib saat 48 peselancar lokal dan nasional, memulai persiapan ‘menantang’ ombak laut. Mereka dilepas dengan doa dan peusijuek, tradisi bermakna memberkati agar sukses dan tak celaka saat beraksi.
ADVERTISEMENT
Peusijuek mengawali pembukaan Aceh Surfing Championship 2019 yang digelar di Pantai Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Sabtu (23/11). Kegiatan berhadiah total Rp 170 juta ini berlangsung selama dua hari, berakhir sore nanti, Minggu (24/11).
Ritual adat peusijuek kepada wisatawan dan surfer. Foto: Reza Juanda/acehkini
Tradisi yang telah berlangsung lama. Foto: Reza Juanda/acehkini
Peusijuek adalah salah satu ritual adat budaya masyarakat Aceh, atau dikenal sebagai tradisi tepung tawar di beberapa wilayah lain Indonesia. Prosesi ini biasanya dilakukan untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan. Dikenal sejak masa kesultanan Aceh, dan masih terjaga hingga kini.
Di ajang Aceh Surfing Championship 2019, peusijuek dilakukan lansung oleh pemuka agama Aceh Besar dan Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali kepada para surfer. Sebagian turis asing, ikut dipeusijuek di sana.
Para penari membawa bendera. Foto: Reza Juanda/acehkini
Tari Likok Pulo yang menghibur dan memberi semangat. Foto: Reza Juanda/acehkini
Mengiringi semangat para peselancar sebelum bertanding, sebuah tarian tradisional Aceh, Tari Likok Pulo yang menghibur, dipersembahkan kepada mereka. Tari ini dimainkan sambil duduk, dengan bunyi rapa’i (sejenis gendang) sebagai musik pengiring.
ADVERTISEMENT
Suasana tentu saja meriah. Para tamu ikut dijamu dengan kuliner khas Aceh Besar, Kuah Belangong sebagai menu makan siang. Belum lagi sajian pemandangan alam yang indah di lokasi surfing berlangsung, pantai Babah Kuala, kawasan Kecamatan Lhoknga.
Penari Likok Pulo. Foto: Reza Juanda/acehkini
Seorang surfer turun ke laut mencari ombak. Foto: Reza Juanda/acehkini
Pantai-pantai di kawasan Lhoknga memang menakjubkan, banyak lokasi di sana dikelola sebagai objek wisata andalan. Menawarkan ragam keunggulan, seperti debur ombak menantang, hingga air biru sebagai tempat mandi tenang, dan indahnya pasir putih.
Pantai-pantai di sana pernah diamuk tsunami 15 tahun silam, melumpuhkan seluruh permukiman di sekitarnya. Menebarkan aura mistis dan seram beberapa tahun kemudian. Seiring waktu, permukiman kembali tumbuh, dan pantai-pantai indah kembali dengan cemara dan pohon-pohon lainnya.
Keindahan pantai Lhoknga. Foto: Reza Juanda/acehkini
Keindahan aksi peselancar. Foto: Reza Juanda/acehkini
“Aceh Besar merupakan kawasan yang sangat potensial pengembangan wisata, sehingga event dan pertunjukan seni budaya ini akan menarik para wisatawan," ujar Mawadi Ali, dalam sambutannya membuka Aceh Surfing Championship 2019.
ADVERTISEMENT
Ada kesempatan berkunjung ke Aceh, silakan singgah ke Lhoknga. Anda dapat ‘menaiki’ ombaknya kapan saja, atau sekadar mandi sambil bermain di pasir putih. []
Lihat juga pesonanya dalam foto udara berikut ini:
Foto udara arena surfing. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Surfer di Pantai Lhoknga. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Debur ombak pantai Lhoknga. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Beberapa peselancar menaklukkan ombak. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Pesona ombak dan surfer di Lhoknga. Foto: Abdul Hadi/acehkini