Secuil Kisah di Makam Sulaiman CS, Kombatan GAM Penembak Helikopter TNI

Konten Media Partner
1 Juni 2020 11:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ziarah ke makam Sulaiman CS. Foto: Yon Musa
zoom-in-whitePerbesar
Ziarah ke makam Sulaiman CS. Foto: Yon Musa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ziarah makam menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh dalam menjalani Idul Fitri. Warga akan beramai-ramai ke makam orangtua, guru maupun sahabat seperjuangan yang telah meninggal dunia. Biasanya tradisi ini terus berlangsung sampai dua pekan sesuai hari pertama Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Menjalankan tradisi, para mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang tergabung dalam Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Kuta Pase, berserta warga menggelar ziarah ke makam Tgk Sulaiman alias Sulaiman CS alias Bang Leman Paloh Punti, di Gampong Alue Papeuen, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara, Minggu (31/5). Dia adalah pejuang GAM saat Aceh masih dilanda konflik.
Sebelumnya pada Rabu (27/5), para mantan kombatan di Aceh Utara juga berziarah ke makam mantan Komandan Operasi GAM, Ahmad Kandang di Gampong Leuhong, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara. Ahmad Kandang adalah komandan Sulaiman CS.
Di Aceh, nama Sulaiman CS tak setenar Ahmad Kandang. Sulaiman berasal dari Gampong Paloh Punti, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, dikenal dalam kalangan GAM Wilayah Samudra Pase sebagai seorang pejuang berani dan unik, paling banyak melakukan kontak senjata dengan pihak TNI/Polri di era 1998-2001.
ADVERTISEMENT
Razali Hasbi, mantan kombatan GAM selaku anak buah Sulaiman CS membagi kesaksiannya saat ziarah makam. Sulaiman CS memimpin pasukan dengan nama ‘Gajah Meulangu’, dan kerap menyerang aparat keamanan minimal dua kali dalam sepekan. “Bila tidak, dia mengaku badannya akan terasa pegal-pegal,” kisah Razali.
Keunikan lain pada seorang Sulaiman CS adalah dia dikenal sering bersandal jepit, karena paling engan bersepatu. Setiap penyerangan yang dia lakukan, dia memakai sandal, bahkan acap berkaki ayam (tanpa alas).
Berdoa di makam Sulaiman CS. Foto: Yon Musa
Razali mengatakan komandannya selalu terobsesi dengan perang. Tubuhnya hampir tidak pernah merasa lelah untuk perang, sehari-hari pikirannya selalu tercurah untuk merancang strategi, pos militer mana yang harus diserang. Sehingga dia bukan saja di cari-cari oleh TNI/Polri, tapi juga rajin mencari-cari TNI/Polri.
ADVERTISEMENT
Namun perjalanan heroik Sulaiman CS harus berakhir, Dia menemui ajalnya dalam sebuah pertempuran sengit, berdurasi kontak tembak tiga hari tiga malam. Perang itu dimulai pada tanggal 21 Maret 2001, di Paya Cot Trieng, sebuah kawasan rawa-rawa di pinggiran kota Lhokseumawe.
“Sebenarnya kondisi pasukan kami bukan dalam kondisi terkepung. Waktu itu, kami bisa saja memilih mundur atau meloloskan diri dengan mudah, karena arah belakang kami tidak diblok oleh mereka (TNI). Bang Leman mengajak kami untuk coba bertahan,” ungkap Razali.
“Bang Leman sepertinya sangat menikmati perangnya itu,” sambungnya.
Saat perang itulah, ajal menjemputnya. “Bang Leman terkena sebutir peluru saat menembak Helikopter yang sedang mendekatinya,” jelas Razali Hasbi.
Setelah kontak tembak mereda, anggota pasukan membopong tubuhnya ke Gampong Alue Papeun, Nisam Antara, 25 kilometer dari lokasi kejadian. Beliau dimakamkan di sana.
ADVERTISEMENT
Sulaiman CS lahir pada tahun 1955, meninggal pada Sabtu, 23 Maret 2001 di gampong Cot Trieng. Di akhir hayatnya Sulaiman CS sedang menjabat sebagai Komandan Operasi Daerah I Wilayah Samudera Pase.
Konflik Aceh berakhir setelah Pemerintah Indonesia dan GAM sepakat damai pada 15 Agustus 2005. Kesepakatan damai yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia kerap dikenal sebagai MoU Helsinki. Sejak itu, para kombatan kerap berziarah ke makam mereka yang pernah sama-sama berjuang untuk memerdekakan Aceh dulunya. []
Baca juga laporan lainnya dalam topik Kilas Balik Konflik Aceh.