Konten dari Pengguna

Belenggu Mental Remaja

Achmad Fauzan Arafat
Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga
9 Januari 2025 10:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Fauzan Arafat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi belenggu mental remaja. foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belenggu mental remaja. foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Mengingat iklim sosial yang berkembang saat ini, kesehatan mental remaja kini menjadi isu yang semakin penting di era digital yang semakin pesat, generasi muda menghadapi berbagai tantangan yang berhubungan langsung dengan tekanan sosial dan kemajuan teknologi. Tantangan-tantangan ini menciptakan apa yang bisa disebut "belenggu mental" yang menghambat perkembangan secara optimal.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor utama penyebab gangguan kesehatan mental remaja adalah pengaruh media sosial. Di satu sisi, media sosial menyediakan platform untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman. Namun, di sisi lain, media sosial sering kali membuat remaja terjebak dengan membandingkan  dirinya dengan teman-teman mereka atau selebriti yang memamerkan gaya hidup ideal sehingga menimbulkan dampak sosial yang signifikan.
Di Indonesia, kesehatan mental masih menjadi topik yang tabu bagi sebagian besar orang, terutama remaja. Banyak dari mereka yang enggan mencari bantuan karena takut dianggap lemah atau dianggap tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri. Stigma semacam ini semakin memperburuk kondisi, mengingat banyak remaja yang lebih memilih untuk menyembunyikan perasaan mereka daripada berbicara terbuka dengan orang lain maupun orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 10 hingga 20 persen remaja di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan mental, namun hanya sedikit yang mendapatkan perawatan yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk terus meningkatkan pemahaman dan mengurangi stigma mengenai masalah kesehatan mental ini, terutama di kalangan keluarga dan teman-teman terdekat remaja.
Selain media sosial, ada beberapa faktor lain yang ikut berkontribusi dalam gangguan kesehatan mental remaja. Salah satunya adalah tekanan akademis, sistem pendidikan di Indonesia seringkali menuntut kinerja yang tinggi. Banyak remaja merasa cemas dan tertekan untuk mencapai nilai sempurna. Tekanan ini tidak hanya datang dari sekolah, namun juga dari orang tua dan masyarakat yang menganggap keberhasilan akademis sebagai tolok ukur keberhasilan hidup yang paling penting, di Indonesia sistem pendidikan yang sering kali menuntut prestasi tinggi membuat banyak remaja merasa cemas dan tertekan untuk mencapai nilai yang sempurna. Tekanan ini tidak hanya datang dari sekolah, tetapi juga dari orang tua dan masyarakat yang menganggap kesuksesan akademik sebagai tolak ukur utama keberhasilan hidup.
ADVERTISEMENT
Masalah keluarga merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi pada gangguan kesehatan mental remaja. Perceraian orang tua, ketegangan dalam hubungan keluarga, dan kurangnya komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dapat membuat remaja merasa terisolasi dan tidak memiliki tempat untuk mengekspresikan perasaan mereka. Dalam kondisi ini, mereka sering kali merasa diabaikan atau, lebih parah lagi, tidak dipahami. Perasaan tersebut pada akhirnya dapat memperburuk kesehatan mental mereka, menjauhkan mereka dari keluarga, dan memperkuat rasa keterasingan.
Ilustrasi Pengaruh Orang terdekat. foto: Pixabay
Perundungan, baik secara langsung maupun daring, juga merupakan isu yang semakin serius. Tindakan bullying ini tidak hanya mengancam keselamatan fisik, tetapi juga dapat merusak rasa harga diri serta kepercayaan diri remaja. Dampak yang ditimbulkan bisa sangat mendalam, memengaruhi perkembangan psikologis mereka dalam jangka panjang. Ketika remaja merasa dihina, direndahkan, atau menjadi sasaran penindasan, mereka cenderung menarik diri dari interaksi sosial, yang semakin menambah perasaan terasing.
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental bukanlah isu yang dapat diselesaikan dengan solusi instan, ini adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran, dukungan, dan perhatian yang berkelanjutan. Remaja perlu merasa bahwa mereka tidak sendirian, bahwa mereka berhak merasa bahagia, dan bahwa mereka berhak mendapatkan bantuan saat diperlukan. Dengan memahami kompleksitas masalah ini dan bekerja bersama sebagai masyarakat, kita dapat menciptakan dunia yang lebih peduli terhadap kesehatan mental, menjadikan kesejahteraan psikologis individual, terutama bagi remaja yang sedang mencari jati diri di tengah gejolak kehidupan, sebagai prioritas.
Mari kita peduli, karena masa depan remaja kita adalah masa depan kita bersama. Dengan mendukung mereka, kita tidak hanya membantu mereka melewati masa-masa sulit, tetapi juga membekali mereka untuk menjadi pribadi yang lebih kuat, bijaksana, dan siap menghadapi tantangan hidup. Sekaranglah saatnya untuk bertindak. Mari kita peduli, dukung, dan pastikan bahwa tidak ada remaja yang merasa sendirian dalam perjuangan mereka. Karena peduli itu penting, bukan hanya untuk mereka, tetapi juga untuk kita semua.
ADVERTISEMENT