Pro-Kontra Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Achmad Junaedi
Content Writer
Konten dari Pengguna
12 November 2022 14:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Junaedi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ivar Jenner (kiri) dan Justin Hubner (kanan), dua pesepak bola keturunan yang akan membela Indonesia di Piala Dunia U-20 2023. Foto: Dok. PSSI
zoom-in-whitePerbesar
Ivar Jenner (kiri) dan Justin Hubner (kanan), dua pesepak bola keturunan yang akan membela Indonesia di Piala Dunia U-20 2023. Foto: Dok. PSSI
ADVERTISEMENT
Gelaran Piala Dunia 1938 di Perancis, menjadi sejarah bagi tim Asia berpartisipasi dalam Piala Dunia. Pada saat itu, Hindia Belanda (Dutch East Indies) dan Jepang menjadi wakil Asia yang mendaftar untuk kualifikasi Piala Dunia. Kedua tim tersebut sejatinya akan memainkan pertandingan dalam kualifikasi Grup 12 yang akan menentukan langkah selanjutnya dalam turnamen Piala Dunia. Namun, di tengah kompetisi yang sedang berjalan, timnas Jepang memutuskan mundur dari gelaran tersebut. Alhasil, tiket emas tersebut diberikan kepada Hindia Belanda untuk mengikuti Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Kesempatan emas yang sudah diperoleh tidak dibarengi dengan persiapan tim yang matang. Saat itu terdapat dua federasi sepak bola di Hindia Belanda: satu untuk Belanda dan satu untuk pemain lokal. Hal tersebut berdampak kepada komposisi pemain. Sejumlah pemain dengan nuansa lokal menolak bermain untuk tim Hindia Belanda dikarenakan tidak rela bermain untuk penguasa kolonial. Akibatnya komposisi tim untuk mengikuti Piala Dunia menjadi pincang.
Dengan segala problematika yang ada dalam tubuh federasi sepak bola Hinda Belanda kala itu, akhirnya mereka menyertakan pemain yang seadanya dengan komposisi pemain asli Belanda ditambah dengan beberapa pemain keturunan. Selain itu, jarak tempuh yang terlalu jauh untuk melakoni pertandingan mengakibatkan kondisi tim menjadi tidak stabil. Hal itu terlihat pada pertandingan pertama tanggal 5 Juni 1938 di Reims, Perancis, tim Hindia Belanda dibombardir oleh kekuatan tim Hungaria dengan skor 6-0.
ADVERTISEMENT
Keikutsertaan tim Hindia Belanda pada saat itu menasbihkan diri sebagai tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia 1938 edisi ke-3 di Perancis. Di samping itu, histiografi Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) mencatat bahwa Hindia Belanda pada sekarang ini dikenal sebagai negara Indonesia.
Prestasi yang diperoleh tim Hindia Belanda tidak terlepas dari kekompakkan komposisi yang diisi dari berbagai macam etnis. Pesepak bola asli Belanda, keturunan Indonesia-Tionghoa dan Indonesia-Belanda, serta pesepak bola asli Indonesia menghiasi skuad Hindia Belanda kala itu. Pemain tersebut antara lain: Mo Heng Tan (GK), Tjaak Pattiwael, Sutan Anwar, Frans Meeng, Nawir Achmad, Djien Tan Hong, Suvarte Soedarmadji, Hans Taihuttu, dan See Han Tan.
Skuad Hindia Belanda yang dihuni oleh gabungan antar pesepak bola keturunan dan asli Indonesia menjadi cikal bakal pemain keturunan menghiasi skuad garuda pada masa ini. Turnamen Piala AFF 2010 menjadi awal mula pemain keturunan mulai mendapat tempat kembali pada skuad timnas. Pesepak bola keturunan Indonesia-Belanda, Irfan Bachdim, berhasil menjadi primadona berkat aksi gemilangnya membawa timnas Indonesia ke babak final Piala AFF 2010. Selang setahun kemudian, tepatnya turnamen Sea Games 2011, pesepak bola keturunan Indonesia-Belanda berhasil menjaga pertahanan Indonesia semakin tangguh, dia adalah Diego Michiels.
ADVERTISEMENT
Penampilan apik yang diperlihatkan oleh kedua pesepak bola tersebut membuat pemain keturunan lainnya tertarik untuk membela timnas Indonesia. Seperti halnya pada ajang kualifikasi Piala Asia 2023, dimana pelatih timnas Indonesia, Shin Tae Yong, memanggil 3 pemain keturunan sekaligus, yaitu Elkan Baggott, Marc Klok, dan Stefano Lilipaly. Lewat kesolidan dan koordinasi antar pemain yang baik dapat menampilkan permainan yang agresif dan berhasil lolos ke babak utama Piala Asia 2023. Tidak hanya kategori senior, skuad timnas kelompok umur juga diisi oleh satu pemain keturunan, yaitu Ronaldo Kwateh, yang mengantarkan timnas Indonesia U-23 ke babak utama Piala Asia U-23 2023. Terbaru, PSSI sedang memproses perpindahan kewarganegaraan pemain keturunan, untuk pesepak bola senior, yaitu Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama, sedangkan untuk kelompok umur, yaitu Justin Hubner dan Ivar Jenner.
ADVERTISEMENT
Kehadiran pemain keturunan menambah kedalaman skuad untuk timnas Indonesia. Dengan pengalaman memulai karir sepak bola di benua Eropa menegaskan pemain keturunan lebih tangguh dan matang secara permainan. Akademi sepak bola yang berjenjang, kompetisi terstruktur, fasilitas olahraga yang mewah, serta ditunjang kecanggihan sport science menegaskan bahwa pemain keturunan memiliki keunggulan daripada pemain lokal Indonesia.
Tetapi di sisi lain, terdapat pencinta sepak bola Indonesia yang kontra terhadap kedatangan pemain keturunan. Mereka beranggapan kehadiran pemain keturunan dapat menyingkirkan talenta lokal pada skuad timnas. Terlebih talenta muda Indonesia dapat disejajarkan pada ajang kelompok umur internasional. Selain itu, Indonesia sebagai salah satu negara dengan pesepak bola paling banyak di dunia.
Misalnya, kehadiran pemain keturunan Indonesia-Belanda Tonnie Cussel, Raphael Maitimo, dan Jhon van Beukering, tidak memberikan dampak positif untuk timnas Indonesia pada ajang Piala AFF 2012. Selain itu, pemain keturunan lainnya, Sergio van Dijk, yang kurang memberikan kontribusi maksimal untuk menggedor jala gawang lawan. Keempat pesepak bola tersebut di naturalisasi di saat umur mereka sudah uzur dan performa yang sudah menurun.
ADVERTISEMENT
Kehadiran pemain keturunan sangat diperlukan dengan sistem sepak bola modern saat ini untuk menambah kekuatan dalam tubuh timnas Indonesia. Dengan adanya pemain keturunan dapat menambah nilai plus di saat bertemu dengan lawan yang memiliki postur lebih ideal. Namun, pemain keturunan yang dipanggil untuk membela timnas Indonesia haruslah yang sedang top perform dan pesepak bola muda untuk prospek jangka panjang. Di samping itu, dibuatlah suatu peraturan mengenai dwi kewarganegaraan untuk para expatriat yang memiliki prestasi cemerlang. Teruntuk sepak bola, dapat menjalin kerja sama dengan federasi lain, khususnya Belanda, yang memiliki stok pemain keturunan melimpah, dimana pemain tersebut bisa dihitung sebagai pemain lokal atau sejenisnya.
Oleh karena itu, jadi pemain keturunan itu berat, membawa timnas Indonesia meraih kemenangan dipuji, bermain jelek dan timnas Indonesia menderita kekalahan dicaci-maki.
ADVERTISEMENT