Keindahan Syair Burung Asal Nusantara yang Terpengaruh Penulisan Syair Arab

Addinda Fardischa
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
11 Desember 2020 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Addinda Fardischa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manuskrip sebagai naskah kuno yang sangat langka, menjadi salah satu bentuk kekayaan nusantara. Keberadaannya yang tersebar di berbagai daerah seantero nusantara, membuat para pegiat naskah kuno terkendala untuk meneliti lebih lanjut atau mendata keberadaan naskah.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu terbentuklah beberapa organisasi yang melakukan digitalisasi naskah dengan tujuan pelestarian. Naskah yang telah didigitalisasi selanjutnya diterbitkan dibeberapa situs agar mempermudah masyarakat atau pegiat naskah untuk menelitinya.
Salah satu situs yang menyediakan digitalisasi naskah-naskah kuno adalah Perpustakaan Nasional. Setiap orang yang tertarik untuk meneliti naskah dapat mengakses pada laman Perpustakaan Nasional. Terdapat ratusan naskah yang telah digitalisasi dengan baik dari berbagai daerah.
Bentuk dan hasil digitalisasi sangat bergantung pada kualitas naskah tersebut. Ada beberapa naskah yang sudah tua dan tidak dirawat dengan baik oleh pemilikinya, sehingga kualitas naskah yang sangat rentan. Hal ini membuat para peneliti harus lebih hati-hati dalam mendigitalisasi, karena kualitas kertas yang mudah rusak.
ADVERTISEMENT
Kegiatan digitalisasi ini perlu diapresiasi dengan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap naskah-naskah tersebut. Salah satu naskah hasil digitalisasi yang terdapat pada Perpustakaan Nasional adalah naskah kuno dengan judul Syair Burung.
Manuskrip dengan judul Syair Burung ini terdapat pada laman Perpustakaan Nasional dengan total 70 halaman, beberapa halaman diantaranya merupakan halaman kosong karena tulisan yang tidak dapat terbaca disebabkan oleh usia naskah yang sudah cukup tua. Namun, tidak sedikit juga lembaran yang masih dapat terbaca dengan baik.
Manuskrip ini berisi syair-syair pada setiap halamannya. Syair tersebut terdiri dari 16 baris, yang terbagi menjadi 8 bait. Naskah ini ditulis dengan huruf Arab-Melayu menggunakan tinta hitam.
ADVERTISEMENT
Halaman pertama Syair Burung ini berisikan tentang wahyu Allah yang turun pada zaman nabi dengan perantara kalam dan juga kertas. Berikut isi dari halaman pertama Syair Burung
Jika dilihat dari bentuk penulisannya, syair ini mendapat pengaruh dari syair Arab karena susunannya yang serupa. Dalam syair arab terdapat istilah bahr rajaz, syair ini serupa dengan bahr rajaz dari segi potongan-potongan suku kata. Jumlah suku kata pada setiap bait syair ini berkisar antara 10 hingga 12 suku kata.
ADVERTISEMENT
Selain itu, yang membuat naskah ini menjadi menarik untuk dibaca karena pada tiap bait dalam syair burung ini menunjukkan bunyi akhir yang sama. Peristiwa tersebut dalam syair arab dibahas dalam ilmu qawafi. Hal ini lah yang menjadi keunikan dan keindahan dari Syair Burung. Para pembaca syair ini akan merasa dimanjakan dengan keindahan cara penulisan dan arti yang terdapat dalam syair ini.
Dari syair burung ini saya menemukan bahwa naskah-naskah kuno memiliki keindahan tersendiri. Dengan keindahan yang dimilikinya membuat para pembaca merasa takjub dengan gaya penulisan bahkan makna yang disampaikan. Sangat disayangkan jika keindahan yang terdapat dalam naskah-naskah kuno diabaikan. Sebagai bentuk kepedulian, masyarakat perlu melestarikan naskah, dengan caranya masing-masing, agar keindahan ini dapat tersampaikan kepada seisi dunia.
ADVERTISEMENT
Naskah Syair Burung