Konten dari Pengguna

Lebaran dan Aneka Ragam Bahasa Masyarakat

Syahrul Ramadhan Official
Kurator Puisi KGS (2025-2029), Sastrawan, Penyair, Peminat Bidang Pendidikan, Linguis, dan Peneliti.
30 Maret 2025 8:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahrul Ramadhan Official tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dibuat oleh penulis menggunakan AI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dibuat oleh penulis menggunakan AI

Sosial dan Ragam Bahasa Masyarakat Saat Lebaran

ADVERTISEMENT
Lebaran merupakan momen istimewa yang sarat dengan tradisi komunikasi khas dalam masyarakat. Mulai dari salam dan ucapan selamat hingga permintaan maaf, setiap tindak tutur yang terjadi mencerminkan nilai-nilai budaya dan sosial yang kuat. Dalam kajian sosiolinguistik, fenomena ini menarik untuk diteliti karena menunjukkan bagaimana bahasa digunakan dalam konteks sosial yang khusus. Artikel ini akan membahas berbagai bentuk tindak tutur yang muncul saat Lebaran serta implikasi sosiolinguistiknya.
ADVERTISEMENT
1. Ucapan Selamat dan Harapan Baik
Salah satu tindak tutur yang paling umum saat Lebaran adalah ucapan selamat, seperti "Selamat Idulfitri", "Mohon maaf lahir dan batin", atau "Taqabbalallahu minna wa minkum". Ucapan ini termasuk dalam tindak tutur ekspresif, yang digunakan untuk menyampaikan perasaan atau emosi tertentu. Penggunaan bahasa dalam konteks ini menunjukkan kesantunan dan hubungan sosial yang erat di antara individu.
Ucapan-ucapan tersebut juga mengandung makna religius dan sosial. Misalnya, frasa "Mohon maaf lahir dan batin" mencerminkan budaya pemaafan yang menjadi inti dari perayaan Lebaran. Dari perspektif sosiolinguistik, ini menunjukkan bahwa bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai cerminan nilai budaya dan tradisi.
2. Permintaan dan Pemberian Maaf
ADVERTISEMENT
Lebaran identik dengan momen saling memaafkan. Dalam kajian tindak tutur, permintaan maaf termasuk dalam tindak tutur direktif karena bertujuan meminta penerima untuk memberikan maaf. Contohnya, kalimat seperti "Saya minta maaf atas segala kesalahan" atau "Jika ada salah kata atau perbuatan, mohon dimaafkan" adalah bentuk tindak tutur yang menekankan kesopanan dan keharmonisan sosial.
Sebaliknya, respon seperti "Sama-sama, saya juga minta maaf" atau "Tidak apa-apa, saya juga mohon maaf" menunjukkan tindak tutur komisif, di mana penutur berkomitmen terhadap suatu tindakan, yaitu memberikan maaf. Pola komunikasi ini mencerminkan norma sosial masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi kesantunan dan kebersamaan.
3. Sapaan dan Ungkapan Keakraban
Saat Lebaran, interaksi sosial meningkat, baik secara langsung maupun melalui media digital. Sapaan seperti "Sudah lama tidak bertemu", "Bagaimana kabar keluarga?", dan "Kapan pulang ke kampung?" adalah bagian dari tindak tutur fatis, yang berfungsi untuk menjaga hubungan sosial dan membangun kedekatan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan istilah kekerabatan seperti "Pakde", "Bude", "Uda", atau "Eyang" dalam percakapan juga mencerminkan aspek sosiolinguistik yang menunjukkan relasi sosial. Di beberapa daerah, bahkan terdapat variasi bahasa lokal yang memperkaya interaksi saat Lebaran, seperti penggunaan bahasa Jawa halus dalam menyapa orang yang lebih tua.
4. Pemberian dan Penerimaan Uang Lebaran (THR)
Tindak tutur juga terjadi dalam praktik pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) atau angpao Lebaran. Misalnya, anak-anak sering kali berkata "Om, tante, mana THR-nya?", yang termasuk dalam tindak tutur direktif karena mengandung permintaan. Sementara itu, pemberi THR biasanya menggunakan tindak tutur deklaratif seperti "Ini THR-nya buat kamu, semoga bermanfaat."
Ungkapan penerimaan seperti "Terima kasih banyak, Om/Auntie" atau "Alhamdulillah, terima kasih" mencerminkan tindak tutur ekspresif yang mengungkapkan rasa syukur dan penghargaan. Dalam konteks sosiolinguistik, pola ini memperlihatkan hierarki sosial dalam interaksi, di mana pemberi dan penerima memiliki peran yang saling melengkapi.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Lebaran bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang praktik komunikasi yang mencerminkan budaya, nilai sosial, dan norma kesopanan masyarakat. Melalui kajian sosiolinguistik, kita dapat melihat bahwa tindak tutur yang digunakan dalam momen ini memiliki fungsi yang lebih dalam daripada sekadar bertukar kata. Dari ucapan selamat hingga permintaan maaf dan pemberian THR, setiap bentuk komunikasi mencerminkan harmoni sosial yang dijunjung tinggi dalam budaya Lebaran.
Pemahaman tentang tindak tutur saat Lebaran tidak hanya membantu dalam memahami dinamika komunikasi masyarakat, tetapi juga memperkaya wawasan tentang bagaimana bahasa digunakan sebagai alat untuk memperkuat ikatan sosial. Dengan demikian, Lebaran menjadi salah satu contoh nyata bagaimana bahasa memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan hubungan antarindividu dalam suatu komunitas.
ADVERTISEMENT