Konten dari Pengguna

Refleksi Ekonomi 2024 : Belajar dari Krisis Global untuk Peluang di Tahun Depan

Ade Nurhidayah
Bachelor of Economics Education - State University of Jakarta, Certified of Associate Wealth Planner
30 Desember 2024 12:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun 2024 menjadi momen penting bagi banyak negara di dunia untuk merenung dan belajar dari krisis global yang memengaruhi hampir seluruh sektor ekonomi. Dampak dari ketegangan geopolitik, inflasi global, serta transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan, membawa pelajaran besar bagi Indonesia dan dunia secara umum. Meskipun begitu, krisis juga membuka peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
Source : Freepik.com/KrisisEkonomi
zoom-in-whitePerbesar
Source : Freepik.com/KrisisEkonomi
Tahun 2024 diwarnai oleh dampak dari krisis ekonomi yang terus berlanjut. Sejak pandemi COVID-19, ekonomi global belum sepenuhnya pulih. Ketegangan geopolitik, terutama akibat invasi Rusia ke Ukraina, telah memengaruhi stabilitas ekonomi global. Ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil dari negara-negara besar, seperti Rusia, menimbulkan lonjakan harga energi yang berdampak pada inflasi global.
ADVERTISEMENT
Menurut data Bank Dunia, pada tahun 2024, inflasi global diperkirakan mencapai 5,2%, meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan puncaknya pada tahun 2022 yang mencapai 8,8%. Namun, angka inflasi yang masih tinggi ini tetap menjadi tantangan utama bagi ekonomi negara berkembang, termasuk Indonesia. Kenaikan harga pangan, energi, dan bahan baku mempengaruhi daya beli masyarakat serta menyebabkan meningkatnya biaya produksi bagi perusahaan.
Selain itu, resesi yang dialami oleh sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat dan zona Euro turut memberikan dampak pada ekonomi global, mempengaruhi perdagangan internasional, serta merontokkan daya saing banyak negara berkembang. Menurut World Bank, pertumbuhan ekonomi global pada 2024 diperkirakan hanya mencapai 2,5%, lebih rendah dari estimasi sebelumnya, dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia mengalami pelambatan yang cukup signifikan.
ADVERTISEMENT
Krisis pasokan energi yang dipicu oleh ketegangan geopolitik juga menyebabkan banyak negara beralih untuk mencari alternatif sumber energi terbarukan. Proses transisi ini, meskipun diperlukan, memerlukan investasi besar dan dampaknya terasa dalam jangka pendek, terutama pada negara-negara yang masih bergantung pada energi fosil.
Pelajaran terbesar yang bisa diambil dari krisis global ini adalah pentingnya membangun ketahanan ekonomi. Negara-negara yang dapat menavigasi ketidakpastian dengan lebih baik adalah negara yang memiliki ketahanan fiskal yang kuat, sistem keuangan yang stabil, serta ketergantungan yang lebih rendah terhadap sumber daya eksternal. Bagi Indonesia, ini berarti perlunya memperkuat sektor-sektor domestik, seperti pertanian, industri manufaktur, dan energi terbarukan.
Indonesia, misalnya, memiliki peluang besar untuk mempercepat transisi ke energi hijau. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam produksi energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, pengembangan industri berbasis teknologi tinggi, seperti manufaktur komponen untuk kendaraan listrik dan teknologi hijau lainnya, dapat menjadi sektor unggulan yang mendongkrak ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Data Kementerian Perdagangan Indonesia menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif pada 2024, dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 20,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri Indonesia berpotensi menjadi motor penggerak utama dalam perekonomian di masa depan, apalagi jika didorong oleh inovasi dan peningkatan daya saing.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan 4,5% pada tahun 2024, dengan sektor industri pengolahan menjadi penyumbang utama dalam PDB Indonesia. Salah satu sektor yang menunjukkan peningkatan adalah industri kendaraan listrik dan teknologi hijau, yang diprediksi terus berkembang seiring dengan upaya transisi energi bersih.
Namun, tantangan besar yang masih dihadapi Indonesia adalah inflasi yang mencapai 5,8% pada akhir 2024, menurut data BPS. Meskipun ini sedikit lebih rendah dari angka inflasi global, dampak dari kenaikan harga bahan pangan dan energi tetap terasa, terutama di kalangan masyarakat berpendapatan rendah.
Source : Freepik.com/Digitalisasi
Meski begitu, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan tren global menuju tahun 2025. Salah satu peluang utama adalah digitalisasi. Indonesia, dengan jumlah pengguna internet yang terus meningkat, dapat menjadi pusat ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Laporan Google-Temasek mengungkapkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia pada 2024 diperkirakan mencapai USD 92 miliar, dan akan terus tumbuh menjadi USD 130 miliar pada tahun 2025. Ini menunjukkan potensi besar untuk mempercepat transformasi digital di sektor-sektor seperti e-commerce, fintech, dan pendidikan daring.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi sektor digital sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di masa depan. Pada 2024, pemerintah meluncurkan Program Digitalisasi UMKM, yang bertujuan untuk mendigitalkan lebih dari 5 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat mengakses pasar lebih luas dan meningkatkan daya saing. Ini adalah langkah strategis untuk mengatasi tantangan ketimpangan ekonomi dan meningkatkan inklusi sosial di Indonesia.
Selain itu, peluang besar juga terbuka di sektor ekonomi hijau. Transisi menuju energi terbarukan dan berkelanjutan bukan hanya soal mitigasi perubahan iklim, tetapi juga peluang ekonomi baru. Indonesia telah mengumumkan komitmen untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060, dan ini memerlukan investasi besar dalam teknologi bersih. Pemerintah juga berencana untuk meningkatkan investasi dalam sektor energi terbarukan dengan berbagai insentif, yang dapat menarik investor global.
Source : Freepik.com/EkonomiBerkelanjutan
Refleksi terhadap ekonomi 2024 mengajarkan kita bahwa krisis global bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah kesempatan untuk beradaptasi dan berinovasi. Meskipun tantangan yang dihadapi tidak kecil, peluang yang ada untuk memajukan ekonomi Indonesia melalui digitalisasi, penguatan sektor industri, dan transisi energi hijau sangatlah besar. Dengan perencanaan yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat keluar dari krisis ini lebih kuat dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Tahun 2025 bukan hanya tentang pemulihan, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkan momentum untuk membangun ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan tahan terhadap krisis global.
ADVERTISEMENT