Konten dari Pengguna

Melintas Jembatan SOAS, Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara, Menuju Temburong

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
5 Oktober 2024 22:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Brunei Darussalam terbagi atas empat provinsi atau distrik, yaitu Belait, Brunei-Muara, Tutong, dan Temburong. Untuk menuju distrik Temburong dapat ditempuh dengan 2 cara yang salah satunya dengan melintasi jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien (SOAS). Jembatan sepanjang 30 kilometer dan terpanjang di Asia Tenggara tersebut merupakan jembatan kabel pancang yang menghubungkan Mengkubau dan Sungai Besar di Daerah Brunei-Muara dengan Labu Estate di Daerah Temburong.
Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien (SOAS). Sumber: Jamudigital.com
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien (SOAS). Sumber: Jamudigital.com
Sebelum jembatan SOAS ada, warga Bandar Sri Begawan yang menuju Temburong dan sebaliknya harus menempuh perjalanan darat sekitar 2 jam atau naik perahu selama 45 menit. Perjalanan darat melalui Teluk Brunei tersebut memakan waktu cukup lama karena harus melalui empat check point imigrasi. Dengan adanya jembatan SOAS, dari Brunei-Muara menuju Temburong hanya ditempuh sekitar 30 menit.
Jembatan SOAS. Sumber: Dokumen pribadi
Jembatan SOAS dibuka pada saat Covid-19 melanda dunia yaitu pada Maret 2020. Jembatan beroperasi lebih cepat dari jadwal setelah Brunei melarang sebagian besar orang asing non-residen memasuki negara itu, dan melarang sebagian besar warga dan penduduk untuk pergi ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Jembatan tersebut dinamai Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien untuk menghormati mendiang ayah Sultan Hassanal Bolkiah. Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Saadul Khairi Waddien secara luas dianggap sebagai arsitek Brunei modern. Semenjak memasuki area jembatan para penumpang kendaraan yang lewat akan menemukan banyak lafal dzikir di sepanjang jembatan, yaitu tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulilah), takbir (Allahu Akbar) dan tahlil (Laa ilaaha illallah).
Untuk melintas jembatan mulus seperti jalan tol tersebut tidak dikenakan biaya atau bayar uang “tol”. Hal tersebut juga berlaku di seluruh jalan-jalan di negara Brunei Darussalam. Kecuali para pekerja, para pengendara dan penumpang yang melintas jembatan tidak diperkenankan untuk berhenti, misalnya untuk keperluan berfoto. Jembatan SOAS beroperasi setiap hari dari pukul 06.00 hingga 22.00 malam. Jembatan ini diawasi oleh kamera pemantau (CCTV) selama 24 jam dan patroli kepolisian Brunei Darussalam dan Dewan Pengelola sepanjang hari. Kecepatan kendaraan dibatasi antara 80-100 km/jam.
ADVERTISEMENT
Objek Wisata dan Makanan Khas Brunei di Temburong
Sesampainya di Temburong, kita dapat mengunjungi berbagai objek wisata mulai dari wisata air seperti sungai Temburong, wisata darat seperti Taman Nasional Ulu Temburong atau sekadar menikmati makanan khas Brunei di kedai makanan atau restoran.
Durian Temburong. Sumber: dokumen pribadi
Makanan khas Brunei yang patut dicoba, baik ketika di Temburong maupun di berbagai distrik di Brunei lainnya adalah ambuyat. Ambuyat merupakan hidangan nasional Brunei yang terbuat dari tepung sagu dan rasanya hambar tanpa campuran lainnya kecuali air panas. Air panas berfungsi untuk mengentalkan tepung sagu sehingga sekilas panganan ini mirip lem sagu. Ambuyat yang mirip papeda khas Papua ini dimakan dengan garpu atau sumpit bambu yang disebut candas. Cara makannya dengan menggulirkan candas ke sagu kemudian mencelupkannya ke dalam saus. Sausnya dapat dipilih dari yang tidak pedas sampai yang pedas sekali. Dengan campuran cabai, mangga, petis udang, dan bumbu lainnya, saus ambuyat ini terasa asam manis pedas-pedas segar. Bagi pecinta durian dan cempedak, di Temburong kita juga dapat menikmati buah-buahan tersebut atau durian dan cempedak yang dibuat wajid. Yang pasti, jika kita mengunjungi Brunei dengan banyak menggunakan kendaraan dan banyak pula mencoba beraneka makanan, ditanggung timbangan badan naik tak bisa ditahan.
Ambuyat. Sumber: Dokumen peribadi