"R U OK?", Upaya Mencegah Bunuh Diri

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
Konten dari Pengguna
24 Desember 2022 18:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penyebab bunuh diri. Sumber: https://www.freepik.com/free-photos-vectors/suicide
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyebab bunuh diri. Sumber: https://www.freepik.com/free-photos-vectors/suicide
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus bunuh diri di dunia termasuk di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Teknologi Informasi dan Kesehatan bahwa kasus bunuh diri pada tahun 2019 terdapat sekitar 9.000 kasus dan menimpa usia produktif (25-49 tahun). Alasan orang bunuh diri cukup beragam berdasarkan ciri-ciri, keterangan saksi, informasi orang dekat, ataupun surat yang ditulis pelaku sebelum meninggal.
ADVERTISEMENT
Menurut Lisa Firestone, psikolog asal Amerika bahwa tanda umum orang akan melakukan bunuh diri seperti mengasingkan diri atau menganggap diri sebagai beban kehidupan. Tanda peringatan lain diantaranya: pola tidur yang terganggu, cemas, agitasi, putus asa, mudah marah, menarik diri dari teman atau keluarga, pikiran sangat membenci diri sendiri, merasa mereka adalah beban orang lain, kehilangan minat “tidak ada yang penting”, meyerah pada diri sendiri, sering mengungkapkan minta maaf, menitipkan anak atau keluarga lain, ingin pergi jauh, dan banyak lagi ungkapan pikiran, rencana dan tindakan untuk bunuh diri lainnya.
Dengan mengenal tanda peringatan bunuh diri tersebut, orang-orang terdekat perlu peka dan waspada dengan lebih banyak meluangkan waktu untuk tetap berada disamping orang yang menunjukkan tanda peringatan tersebut. Keluarga, teman atau orang dekatnya perlu lebih banyak bertanya dan lebih cepat turun tangan untuk menyelamatkannya.
ADVERTISEMENT
Upaya sederhana untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri dilakukan di Australia dengan bertanya “R U OK?” (dibaca are you ok?). “R U OK?” digagas oleh sebuah organisasi nir laba di Australia dengan pendirinya Gavin Larkin pada tahun 2009 dengan tujuan untuk mencegah bunuh diri. Pengalaman dia dimana ayahnya bunuh diri menyadarkan Gavin akan pentingnya memberikan perhatian pada keluarga, teman, bahkan orang lain. “R U OK?” bekerja sama dengan pemerintah, para ahli dalam pencegahan bunuh diri dan sakit jiwa, pemimpin perusahaan, universitas, guru, siswa, dan komunitas.
Pada hari Kamis kedua bulan September, di Australia diadakan “R U OK?” day. “R U OK?” day merupakan hari nasional yang diabadikan untuk mengingatkan orang-orang bertanya pada keluarga, teman-teman, tetangga, dan kolega dengan menyapa “R U OK?”. Walaupun pertanyaan tersebut umumnya dijawab dengan “I am alright”, “I am fine” atau “OK”, sapaan tersebut tidak dimaksudkan untuk sekadar basa-basi. Pertanyaan “R U OK?” disampaikan secara verbal dan non-verbal dengan niat baik dan tulus. Pertanyaan tersebut sebagai bentuk perhatian dan kepedulian pada orang lain yang disapa. Bentuk perhatian dapat ditindaklanjuti dengan bantuan nyata jika diperlukan. Misalnya menjadi pendengar yang baik jika orang tersebut perlu teman bicara, memberikan dukungan baik moril maupun material.
ADVERTISEMENT
Pada praktiknya ucapan “R U OK?” bisa kita ganti dengan menanyakan kabar, mengucapkan salam dan doa sebagai bentuk perhatian kepada teman, tetangga, saudara atau kolega kita. Jika tak sempat bersua di dunia nyata atau dunia maya dengan keluarga, teman-teman, tetangga dan kolega, minimal mereka ada dalam doa-doa kita. So, are you OK?