Konten dari Pengguna

Makna Lebaran Ketupat Bagi Masyarakat Jepara Jawa Tengah

Adhelia Puteri Maharani
halo nama saya Adhelia Puteri Maharani, biasa dipanggil adhel. Saya adalah seorang Mahasiswa di Universitas Negeri Semarang yang saat ini sedang menempuh pendidikan sarjana di prodi pendidikan sejarah
14 Februari 2023 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhelia Puteri Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber pribadi
ADVERTISEMENT
Kalau biasanya orang-orang menyantap ketupat pada hari pertama lebaran idul fitri, beda dengan beberapa daerah timur jawa salah satunya wilayah Jepara. Di wilayah Jepara memakan ketupat yaitu pada hari lebaran ketupat tepatnya seminggu setelah lebaran Idul Fitri, pada momen ini para masyarakat berbondong-bondong membuat ketupat dan lepet.
sumber pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber pribadi
Nah,Lebaran kupatan di Jepara di mulai dari pagi hari, para ibu-ibu menyiapkan kupat, lepet dan opor yang kemudian dibawa ke Masjid atau Musholla oleh para bapak-bapak. Ketupat atau kupat dan Lepet memiliki makna tersirat, secara filosofis kupatan merupakan serangkaian acara yang berarti pemberian maaf. Sedangkan lepet merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan kelapa muda dan kemudian di rebus dengan dibungkus daun kelapa muda atau disebut janur, makna tersirat yang terkandung dalam lepet ini yaitu kesucian dan kebersihan. Lepet juga diberi tiga tali melingkar seperti pembungkus jenazah, secara filosofis tiga tali ini berarti jika ada kesalahan sebaiknya tidak menjadi dendam sampai mati.
ADVERTISEMENT
sumber pribadi
Selain itu , pada saat kupatan di Jepara juga ada tradisi lomban. apa si itu lomban? Tradisi lomban yaitu pelarungan kepala kerbau di laut yang dilakukan oleh para Nelayan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Acara ini dimulai dari Teluk Jepara dan berakhir di komplek Kartini, sebelum dimulai tradisi ini dibuka dengan ziarah ke makam Encik Lanang sehari sebelum pelarungan kepala Kerbau. Selanjutnya, dilakukan doa bersama dan membawa kepala kerbau lengkap dengan sesaji ke tengah laut.
Jadi gaiss,Tradisi ini sudah turun temurun sejak islam masuk ke wilayah Jepara, hingga saat ini tradisi ini masih dikembangkan oleh masyarakat sekitar sebagai bentuk pelestarian kebudayaan Jepara.