Konten dari Pengguna

Mengenal Sosok Minke, Bapak Pers Nasional yang Lahir Era Pergerakan Nasional

Adhelia Puteri Maharani
halo nama saya Adhelia Puteri Maharani, biasa dipanggil adhel. Saya adalah seorang Mahasiswa di Universitas Negeri Semarang yang saat ini sedang menempuh pendidikan sarjana di prodi pendidikan sejarah
18 Maret 2022 17:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhelia Puteri Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
sumber: wikipedia
ADVERTISEMENT
Sosok minke dalam novel sekaligus film berjudul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer ternyata terinspirasi dari seorang tokoh pergerakan nasional dalam bidang jurnalistik. Ya, dia adalah Tirto Adhi Soerjo, bapak pers Indonesia. Lahir di Blora pada tahun 1880, Tirto Adhi Soerjo masih keturunan raja-raja di Jawa. Ayahnya merupakan pegawai pajak yang kemudian menjadi Bupati Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
Mendapat previlege sebagai anak bupati, Tirto Adhi Soerjo melanjutkan pendidikan di HBS. Setelah lulus dari HBS, ia melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah dokter Stovia di Batavia. Walaupun Tirto Adhi Soerjo tidak menyelesaikan pendidikan dokternya, ia telah tumbuh menjadi pemuda intelek yang memperjuangkan kemerdekaan bangsanya melalui pers.
sumber : wikipedia
peran Tirto Adhi Soerjo dalam dunia jurnalistik bukan main-main. Ia memproduksi sendiri koran pertamanya yang diberi nama Soenda Berita pada tahun 1901. Tetapi beberapa tahun kemudian, Soenda Berita berhenti berproduksi karena bangkrut. Tidak berhenti sampai di situ, Tirto Adhi Soerjo kembali bersemangat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya melalui pers dengan memproduksi lagi surat kabar yang ia beri nama Medan Prijaji. Namun, produksi Medan Prijaji terhenti pada 1912.
ADVERTISEMENT
Tirto Adhi Soerjo paham betul penderitaan yang dialami oleh bangsanya. Kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Hal-hal tersebut yang membuat seorang Tirto Adhi Soerjo terus berjuang keras melakukan pergerakan nasional walaupun dirinya diasingkan ke Lampung dan ke Maluku. Namun, hingga akhir hayatnya semangat perjuangannya melalui pers tidak pernah padam.