Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Film horor garapan sutradara Muhammad Yusuf, 'The Curse', mulai tayang di bioskop Tanah Air hari ini, Kamis (27/4). Sebelum menonton filmnya, simak beberapa hal menarik seputar produksi maupun jalan cerita:
ADVERTISEMENT
Lokasi Syuting
Proses pengambilan gambar dilakukan di perkebunan anggur Thousand Candles di kawasan Yarra Valley, 77 km ke arah Timur dari airport Melbourne. Di kawasan seluas 400 hektar itulah Prisia Nasution mendapatkan teror dari makhluk halus. Dalam perkebunan anggur bernama Thousand Candles itu ada peternakan, dua danau luas, dan dikelilingi hutan.
Dalam film, diceritakan bahwa tokoh Shelina yang diperankan Prisia Nasution, mulai diganggu penampakan-penampakan saat dia menangani sebuah kasus pembunuhan WNI di Melbourne.
Shelina tinggal seorang diri di rumah minimalis berdesain klasik khas countryside, di tengah perkebunan luas tersebut tanpa punya tetangga. Suaminya berada di Indonesia untuk mengurus perceraian mereka.
Plot Twist
Penampakan-panampakan hantu yang mengganggu Shelina, memiliki kaitan dengan pekerjaannya di masa lalu, ketika menangani sebuah kasus pembunuhan misterius. Kasus tersebut berhasil dimenangkan Shelina.
ADVERTISEMENT
Tapi ada kutukan yang berasal dari liang lahat datang kepadanya. Ternyata permasalahan belum selesai.
Film Horor Pertama Prisia Nasution
Film 'The Curse' menjadi film bergenre horor pertama bagi aktris Prisia Nasution. Aktris yang sebelumnya banyak bermain film bergenre drama ini mengaku senang dengan skenarionya, sehingga mengambil tawaran tersebut.
Menurut aktris berusia 32 tahun itu, skenario yang ditawarkan merupakan naskah film horor yang "sopan", alias tidak mengeksploitasi tubuh perempuan agar filmnya dapat ditonton.
Hal ini yang membuat Phia, begitu sapaan akrabnya, mengiyakan tawaran dari sang sutradara Muhammad Yusuf.
"Kalau memang bisa ngangkat film horror ke arah yang lebih ke depan, seperti negara-negara tetangga, kita kan bisa bikin film horror yang bagus kayak Thailand, Jepang, dan lainnya. Kenapa enggak kita kasih film horror yang beneran gitu?" kata Phia.
ADVERTISEMENT
Paradoks Pemikiran Modern dan Klenik
Shelina, tokoh yang diperankan Prisia Nasution adalah WNI yang bekerja di Melbourne, Australia sebagai pengacara. Hidup di kota modern ternyata, tak serta merta menghilangkan kepercayaannya pada dunia klenik.
Rentetan teror hantu yang mendatangi Shelina, berhubungan dengan pekerjaannya di masa lalu sebagai pengacara. Dia kemudian memanggil paranormal langsung dari Yogyakarta.
"Paradoks antara dia lawyer yang kerja di Australia dan orang Indonesia. Jiwanya masih Indonesia. Saya rasa itu very interesting, paranormal menurut saya cukup common (di Australia). Cuma tidak diekspose saja," ujar Konfir Kabo sang Eksekutif Produser.
"Kan ada dua garis, thin line antara yang kita namakan kemasukan atau possesion dengan skizofrenia. Kalau di sini orang melihatnya seperti itu skizofrenia, lebih ke science. Kalau di Indonesia mungkin kemasukan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Film Indonesia yang Didukung Pemerintah Australia
Mungkin tak banyak film horor Indonesia yang memiliki latar tempat di negara dengan budaya Barat. Selain karena perbedaan kebudayaan, film-film horor Indonesia kebanyakan mengangkat mitos yang berkembang di daerah.
'The Curse' hadir memberikan konsep cerita dengan pengalaman visual yang berbeda dari film-film horor Indonesia kebanyakan. Sutradara Muhammad Yusuf (Angker, Kemasukan Setan, The Witness, Tebus, Jinx) melakukan keseluruhan pengambilan gambar di kawasan Melbourne, Victoria, Australia.
"Bukan karena visualnya lebih bagus, tapi karena different. Kita market di Indonesia, jadi memperlihatkan sesuatu yang berbeda," ucap Eksekutif Produser Konfir Kabo ketika berbincang dengan kumparan (kumparan.com) dalam perjalanan menuju kawasan perkebunan anggur di Yarra Valley, Melbourne, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Kamu juga berkesempatan untuk mendapatkan tiket jalan-jalan ke Melbourne. Ikuti kuisnya di sini .
Ucapan terima kasih diberikan tim produksi kepada pemerintah Victoria, yang membantu proses perizinan selama pengambilan gambar di Melbourne dan sekitarnya. Menurut Brett Stevens, perwakilan pemerintah Victoria yang turut hadir saat jumpa pers, wilayah Victoria memiliki komunitas Indonesia yang kuat.
Selain itu, kerjasama tersebut bisa membuka kesempatan memperlihatkan keindahan kawasan Victoria secara luas kepada penonton di Indonesia.
"Kita juga melihat kesempatan untuk komunitas filmnya. Ini adalah langkah pertama untuk kerjasama. Saya juga ingin melakukan aktivitas seperti ini di kemudian hari," ucap Brett.