Film Horor Indonesia ‘The Curse’ Dapat Dukungan Pemerintah Australia

25 April 2017 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Poster The Curse di bioskop Hoyts, Melbourne (Foto: Adhie Ichsan via Bioskop)
Mungkin tak banyak film horor Indonesia yang memiliki latar tempat di negara dengan budaya Barat. Selain karena perbedaan kebudayaan, film-film horor Indonesia kebanyakan mengangkat mitos yang berkembang di daerah.
ADVERTISEMENT
'The Curse' hadir memberikan konsep cerita dengan pengalaman visual yang berbeda dari film-film horor Indonesia kebanyakan. Sutradara Muhammad Yusuf (Angker, Kemasukan Setan, The Witness, Tebus, Jinx) melakukan keseluruhan pengambilan gambar di kawasan Melbourne, Victoria, Australia.
"Bukan karena visualnya lebih bagus, tapi karena different. Kita market di Indonesia, jadi memperlihatkan sesuatu yang berbeda," ucap Eksekutif Produser Konfir Kabo ketika berbincang dengan kumparan (kumparan.com) dalam perjalanan menuju kawasan perkebunan anggur di Yarra Valley, Melbourne, beberapa waktu lalu.
Yusuf yang juga menulis skenario film tersebut, kemudian merangkai plot dan menciptakan karakter Shelina (Prisia Nasution). Tokoh tersebut merupakan WNI yang berprofesi sebagai pengacara di Negeri Kangguru. Sebuah kasus pembunuhan membawa dia pada teka-teki di masa lampau. Awalnya, Shelina diganggu serangkaian teror dari makhluk halus.
ADVERTISEMENT
Prisia Nasution di film The Curse (Foto: Triple A Films)
Menurut Konfir, plot itu cukup menarik. Paradoks antara pengacara wanita di kota modern dengan kebudayaan Barat, yang masih memiliki kepercayaan pada hal-hal supernatural. Itu dibuktikan dengan tindakan Shelina yang mengundang paranormal khusus dari Yogyakarta untuk membantu mengusir setan-setan yang mengganggunya.
"Pertama mereka kaget sih," ucap Konfir diikuti tawa, ketika ditanya tanggapan pemerintah Australia terhadap plot film horornya.
"Tapi ini bule kan, atau pemerintah Australia kan open minded, ya... Mereka pikir kalau mau begini ya why not? Karena tidak merefleksikan secara negatif negara tersebut. Kita juga ada pinjam barang dari polisi, seragam. Itu juga polisi harus lihat skripnya. Kita pinjam bajunya, lampunya. Kita juga harus mencerminkan polisi itu tidak dengan cara yang negatif," beber dia.
ADVERTISEMENT
Konfir Kabo, Konjen RI dan perwakilan Australia (Foto: Adhie Ichsan via Bioskop)
Proses produksi 'The Curse' dilakukan sejak 2015, tapi Yusuf baru bisa memutar kamera dan mengatakan 'action!' pada Agustus 2016. Saat itu mereka mengalami beragam kendala, mulai dari pengiriman logistik hingga cuaca yang kurang bersahabat. Tim produksi kemudian mendapat bantuan resmi dari pemerintah Victoria.
"Mereka sangat support. Kita sangat beruntung karena didukung Brett Stevens, perwakilan pemerintah Victoria yang buka cabang di Jakarta. Akhirnya visa keluar, no problem," terang Konfir.
Bagi pemerintah Australia, film 'The Curse' yang menampilkan keindahan visual kota Melbourne juga bisa menjadi sarana promosi wisata bagi penonton di Indonesia.