Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ser Davos, Pahlawan dalam Diam di 'Game of Thrones'
8 April 2017 9:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Aktor asal Irlandia yang berperan dalam serial TV populer 'Game of Thrones', Liam Cunningham, adalah salah satu karakter yang paling memikat hati penonton setianya. Karakternya yang bernama Ser Davos Seaworth digambarkan Cunningham sebagai seseorang yang baik, setia, dan jujur.
ADVERTISEMENT
Setelah banyak bermain film dengan peran antagonis, pria berusia 55 tahun ini jatuh cinta terhadap Ser Davos.
Menurutnya, banyak peran dalam 'Game of Thrones' yang ambigu, haus kekuasaan, rela melakukan hal-hal buruk, dan terlalu banyak peran antagonis. Tapi ia beranggapan bahwa karakter Davos bisa dijadikan sebagai penunjuk moral hidup dalam serial tersebut. Sehingga, penonton dapat melihat karakter Davos sebagai seorang panutan yang bisa berbicara langsung kepada penontonnya.
"Kita tidak dapat mengambil pilihan yang mudah hanya dengan duduk diam saja. Davos adalah pahlawan dalam diam," ucap Cunningham saat berbincang-bincang dengan kumparan (kumparan.com) lewat sambungan telepon.
Selama ini, Davos selalu setia menjadi tangan kanan King Stannis Baratheon. Tapi ketika posisinya tersisihkan oleh Melisandre dan ternyata harus ditinggal mati rajanya, kesetiaannya berpindah kepada seorang Jon Snow.
ADVERTISEMENT
Jon Snow dan saudari tirinya, Sansa Stark, selama ini didampingi oleh Davos untuk diberikan nasihat dan kebijaksanaan. Tapi, Davos tidak akan menjadi orang yang arogan untuk selalu mendikte Jon Snow apa yang harus dilakukan.
"Snow adalah pria yang masih muda dan untuk memiliki orang yang bijak (seperti Davos) adalah ide yang baik untuk mendengarkan orang tersebut," katanya.
Secara alamiah, karakter Davos memang tidak pernah terbesit memiliki niat yang buruk terhadap siapapun. Davos yang juga dijuluki sebagai Onion Knight ini tidak pernah terdorong untuk mengejar kekuasaan, mendahulukan egonya sendiri. Tidak pernah pamer terhadap apapun, tidak peduli dengan uang, status, dan hal-hal lainnya.
ADVERTISEMENT
Maka, dengan berbekal karakter tersebut itulah yang membuatnya pantas menjadi penasihat bagi Jon Snow, pun juga King Stannis.
"Terkadang, adalah hal yang baik untuk mendengarkan orang yang lebih tua," ucapnya sambil tertawa.
Penonton setia 'Game of Thrones' tentu tahu bahwa jalan hidup Davos tak melulu lurus. Kepingan hidup Davos hancur saat gadis kecil cantik Shireen Baratheon, anak dari King Stannis, dibakar hidup-hidup oleh Melisandre sebagai sebuah pengorbanan untuk Lord of Light.
Mengetahui hal ini, terbesit dalam benak Davos untuk membunuh Melisandre yang melakukannya tanpa belas kasih. Jon Snow yang saat itu lebih memiliki akal sehat dan objektif dalam melihat peristiwa tersebut, membuatnya menahan niat Davos untuk melakukan balas dendam. Snow pun mengusir Melisandre dari hadapannya agar Davos tidak emosional karena emosinya yang sedang memuncak.
ADVERTISEMENT
"Ini juga berlaku di kehidupan nyata di mana kita punya sistem keadilan untuk mengambil alih suatu peristiwa. Dalam situasi itu, Jon Snow punya akal yang lebih sehat dan saat Davos patah hati, ia menginginkan Melisandre mati. AKu tidak berpikir Davos adalah orang yang akan mengejarnya hanya dengan tujuan untuk membunuhnya. Tapi ini 'Game of Thrones', apa saja dapat terjadi," ujarnya.
'Game of Thrones' adalah sebuah serial televisi yang berkisah mengenai perebutan kekuasaan dari tujuh kerajaan untuk menduduki Iron Throne. Selain Liam, serial ini dibintangi Peter Dinklage, Lena Headey, Emilia Clarke, dan Kit Harington.
'Game of Thrones' musim ke-7 akan kembali hadir di hadapan para penggemar setianya di HBO pada 17 Juli mendatang.
ADVERTISEMENT