Gareth Southgate dan Kutukan Adu Penalti Inggris di Stadion Wembley

Sapriadi Pallawalino
Founder Sulbar Kini (part of AMSI Sulbar) // Born at Anabanua, Wajo.
Konten dari Pengguna
12 Juli 2021 21:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sapriadi Pallawalino tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, memblok tendangan Bukayo Saka dalam adu penalti Italia versus Inggris. Foto: Dok. FIGC
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, memblok tendangan Bukayo Saka dalam adu penalti Italia versus Inggris. Foto: Dok. FIGC
ADVERTISEMENT
Tim nasional (Timnas) Italia sukses keluar sebagai juara Piala Eropa 2020 (Euro 2020) usai mengalahkan Inggris di kandangnya sendiri, Stadion Wembley, London, Senin (12/7/2021) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Inggris harus merelakan trofi Henri Delaunay yang sudah di depan mata terbang ke Roma, Italia. Kali ini, tak ada cerita 'Football is Coming Home' yang didengung-dengungkan suporter The Three Lions di setiap gelaran turnamen internasional yang diikuti Inggris.
Yang ada, 'Football is Coming Rome'. Italia sukses membawa pulang trofi Piala Eropa 2020 menuju Roma. Keuntungan sebagai tuan rumah dengan dukungan hampir 58.000 suporter Inggris yang memadati Stadion Wembley yang berkapasitas 67.500 penonton itu nyatanya tak menciutkan nyali skuat Italia.
Chiellini dan kawan-kawan bak gladiator yang bertarung di kandang singa di antara puluhan ribu penonton yang mengharapkan mereka jatuh tersungkur. Mereka memang sempat menderita di awal-awal pertarungan, namun mampu membalikkan situasi dan keluar sebagai pemenang.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Italia di final Euro 2020 ini sekaligus memperpanjang rekor buruk Timnas Inggris saat berhadapan dengan Gli Azzurri. Selain itu, drama adu penalti sepertinya menjadi momok bagi skuat Inggris di setiap turnamen internasional yang diikuti.
Drama serupa pernah terjadi di Stadion Wembley pada Euro 1996. Kala itu, Inggris yang menjadi tuan rumah sukses melangkah ke semifinal. Pelatih Inggris saat ini, Gareth Southgate, merupakan bagian dari skuat Inggris yang dilatih Terry Venables.
Ironisnya, Southgate pulalah yang jadi biang kerok kegagalan Inggris lolos ke final. Bermain imbang 1-1 melawan Jerman di waktu normal dan babak perpanjangan waktu, laga kemudian dilanjutkan dengan adu penalti.
Lima penendang pertama Inggris dan Jerman sukses menunaikan tugasnya. Sayangnya, Southgate yang jadi penendang keenam Inggris gagal. Tendangan penaltinya diblok kiper Jerman, Andreas Koepke.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, penendang keenam Jerman Andreas Moeller sukses menceploskan bola ke gawang David Seaman. Jerman melaju ke final dan keluar sebagai juara Euro 1996 usai mengalahkan Ceko dengan skor 2-1 melalui babak perpanjangan waktu.
Pada Euro 2012, langkah Inggris lagi-lagi terhenti di babak perempat final usai kalah adu penalti melawan Italia. Bermain imbang 0-0 di waktu normal dan babak perpanjangan waktu, Italia menang dengan skor 4-2.
Dua penendang Inggris yang gagal yakni Ashley Young dan Ashley Cole. Momen ikonik saat itu ketika Andrea Pirlo menaklukkan kiper Joe Hart dengan tendangan penalti ala Panenka.
Di ajang Euro 2020 yang digelar di tahun 2021 ini, impian Inggris mengangkat trofi Henri Delauny di rumah sendiri kembali pupus usai kalah adu penalti melawan Italia di final.
ADVERTISEMENT
Harry Kane dan kawan-kawan sebenarnya memulai laga dengan baik setelah Luke Shaw sukses mencetak gol cepat di menit ke-2. Italia yang bermain menekan sepanjang pertandingan sukses menyamakan kedudukan menjadi 1-1 melalui gol Leonardo Bonucci di menit ke-67 dan memaksakan pemenang harus ditentukan melalui adu penalti.
Sialnya, Inggris lagi-lagi takluk dalam drama tos-tosan tersebut. Skuat Gareth Southgate ini tampaknya memang tak cukup siap mental menghadapi adu penalti di hadapan puluhan ribu suporter sendiri.
Mason Mount dan Kieran Trippier yang sudah disiapkan sebagai algojo penalti nyatanya ditarik keluar dari awal. Southgate juga seperti melakukan blunder dengan memainkan Marcus Rashford dan Jadon Sancho hanya beberapa menit jelang babak kedua perpanjangan waktu berakhir.
Banyak yang menilai, keduanya tak cukup punya banyak waktu untuk masuk dalam ritme permainan. Saat keduanya belum panas, tiba-tiba harus menjadi algojo penalti.
ADVERTISEMENT
Faktanya, Rashford dan Sancho yang jadi penendang ketiga dan keempat Inggris gagal menunaikan tugasnya. Sementara Bukayo Saka yang jadi penendang kelima Inggris dinilai terlalu muda dengan usianya yang masih 19 tahun terlibat dalam situasi tersebut. Tendangannya mampu dibaca dengan baik kiper Italia Gianluigi Donnarumma yang memastikan kemenangan Italia.
Timnas Italia mengangkat piala Euro 2020. Foto: REUTERS/Mario Anzuoni
Legenda Manchester United, Roy Keane, bahkan melontarkan kritik kepada pemain senior Inggris yang tak berani mengambil tendangan penalti dan malah membiarkan pemain muda seperti Bukayo Saka berada dalam tekanan.
"Saya tidak mengatakan dia (Saka) tidak siap, dia mungkin penendang keenam atau ketujuh, tetapi Anda tidak bisa hanya diam di sana. Pasti sulit untuk menerimanya, Anda harus berada di depan anak ini dan berkata, 'Dengar, saya akan maju di depanmu," ketus Keane.
ADVERTISEMENT
Yah, saat drama adu penalti tersebut, beberapa pemain senior di skuat Inggris yang bermain hingga akhir laga tak terlibat mengambil tendangan penalti.
Selain Raheem Sterling dan Jack Grealish yang mendapatkan kritikan keras dari Roy Keane, juga ada nama lain seperti John Stones, Kalvin Phillips, dan Luke Shaw.
Bisa jadi, pemain-pemain Inggris ini memang tak siap mental untuk menghadapi tekanan dalam drama adu penalti dan dibayangi perasaan traumatis dalam diri pelatihnya, Gareth Southgate.