Konten dari Pengguna

Humor Seksis Merendahkan Perempuan

Adinna Islah Perwita
Seorang dosen muda di Universitas Amikom Purwokerto yang tertarik menulis tentang komunikasi, media, gender dan gaya hidup.
17 Januari 2024 13:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinna Islah Perwita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stop Seksisme! Stop Humor Seksis! Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Stop Seksisme! Stop Humor Seksis! Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
Masih belum tau apa itu "humor seksis"?
Secara linguistik, humor seksis adalah bahasa untuk mendiskriminasi salah satu jenis kelamin yang dianggap lebih rendah dari jenis kelamin tertentu. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa perempuan lah yang kerap tergolong sebagai jenis kelamin yang direndahkan oleh jenis kelamin laki-laki.
ADVERTISEMENT
Salah satunya hasil penelitian yang saya lakukan pada tahun 2022 terhadap salah satu program komedi televisi yang sedang trending saat ini. Program komedi televisi menjadi salah satu media yang tak luput dari ungkapan humor yang meremehkan, merendahkan, dan menstereotipkan perempuan.
Salah satu humor seksis yang saya amati terdapat pada adegan di mana perempuan yang berpakaian terbuka, dalam hal ini digambarkan sebagai perempuan yang mengenakan bodycon dress dengan model kerah "sabrina", mendapat lelucon yang menstereotipkan sekaligus merendahkan perempuan.
"Om ada apartemen satu kosong" ujar seorang komedian laki-laki kepada perempuan tersebut dengan nada lirih merayu.
Jika kita cermati, maka humor tersebut merujuk pada tindakan merendahkan perempuan di mana perempuan yang berpakaian "terbuka" dianggap sebagai perempuan simpanan. Terlebih, humor itu sontak mendapat gelak tawa penonton dan komedian lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa humor berunsur seksisme masih banyak diminati oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Humor seksis juga berkembang di lingkungan kita seperti yang sering terdengar, "kaya ibu-ibu aja, sein kanan belok kiri". Jika kita memahami seksisme maka kita dapat beragumen bahwa humor tersebut mengandung unsur menstereotipkan perempuan yang berdampak pada merendahkan perempuan.
Ibu-ibu sebagai perempuan dianggap sebagai makhluk bodoh yang melakukan sein kanan namun pada kenyataannya berbelok ke kiri, sehingga tidak sesuai. Padahal, kita juga pernah melihat bapak-bapak atau laki-laki yang melakukan sein kanan namun belok kiri atau sebaliknya. Namun, stereotip yang tertanam di masyarakat justru ibu-ibu atau perempuan lah yang kerap melakukan kebodohan itu.
Contoh lain, "ada yang bulat, namun bukan tekad" contoh humor ini juga termasuk jenis merendahkan perempuan karena tubuh perempuan dijadikan objek tertawaan.
ADVERTISEMENT
Ketiga contoh humor tersebut termasuk jenis humor seksis yang merendahkan atau menstereotipkan perempuan kepada hal-hal yang tidak mengunggulkan perempuan. Perempuan dipandang sebagai makhluk rendah dan tidak bermartabat.
Hal ini tentu tidak tepat untuk dinormalisasikan atau diwajarkan begitu saja. Terutama kita sebagai perempuan tidak mau jika stereotip perempuan terus menerus direndahkan dari laki-laki yang stereotipnya sebagai makhluk yang kuat dan berani.
Lantas, bagaimana cara kita untuk tidak menormalisasikan humor seksis? Ialah dengan tidak turut tertawa apabila mendengar humor seksis, tidak turut melontarkan humor seksis khususnya terhadap perempuan yang selama ini menjadi korban humor seksis, dan ajak mereka untuk berhenti menghumorkan unsur seksisme.
Jangan berhenti pada kata "yaelah, kan cuma bercanda". Karena bercanda yang lebih baik dari membawa unsur seksisme juga banyak jenisnya.
ADVERTISEMENT