Konten dari Pengguna

Penerapan Augmented Reality dalam Pelatihan P3K

Adi Tara
Content Writer di IVRA, Memberikan informasi mengenai teknologi imersif Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR) khususnya yang ada di Indonesia.
23 Agustus 2021 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adi Tara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penggunaan teknologi memang tidak terbatas, sama halnya suatu bidang dapat didigitalisasi dengan menggunakan berbagai platform teknologi. Apabila dalam artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai penerapan Virtual Reality dalam pelatihan P3K, maka dalam artikel ini kita akan membahas mengenai Augmented Reality. Simak lebih lanjut untuk mengetahui fitur apa saja yang dihadirkan oleh Augmented Reality dalam pelatihan P3K.
ADVERTISEMENT

Apa yang membedakan Augmented Reality dengan VR dalam pelatihan P3K?

Augmented reality dan virtual reality memiliki cara yang berbeda dalam menghadirkan fitur virtual. Maka, penerapan dalam pelatihan P3K kedua teknologi tersebut pun memiliki eksekusi yang berbeda. Pada artikel sebelumnya, virtual reality menghadirkan realitas yang telah dimodifikasi dalam menunjang pelatihan P3K. Sedangkan dengan teknologi augmented reality, pengguna tetap menggunakan boneka simulasi atau bahkan rekan latihan sebagai platform yang kemudian akan digabungkan dengan objek digital. Dapat dikatakan bahwa augmented reality lebih bersifat sebagai pendamping dalam memberikan pertolongan pertama.
RJP (resusitasi jantung paru) merupakan salah satu bidang P3K yang menerapkan penggunaan teknologi Augmented Reality. Gambar: Martin Splitt on Unsplash
Penerapan augmented reality dalam P3K ini banyak dikembangkan untuk maksimalisasi performa dalam melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau dikenal juga dengan RJP (resusitasi jantung paru). Hal ini penting terutama dengan serangan jantung menjadi salah satu faktor penyebab kematian. My Cardiac Coach merupakan salah satu program kolaborasi dari Google dengan AHA (American Heart Association). Aplikasi pelatihan CPR dengan menggunakan teknologi Augmented Reality untuk menjadi panduan pagi pengguna dalam melakukan CPR, seperti penempatan tangan serta kecepatan kompresi, hingga tenaga medis tiba di lokasi.
ADVERTISEMENT
Pusat simulasi SIMNOVA (Novara, Italia) dan Departemen Teknik Komputer Politecnico di Torino, bersama dengan Labs Simulasi Immersive e-REAL Logosnet di Lugano, Swiss bekerjasama dalam mengembangkan Holo-BLSD. Aplikasi ini menggunakan perangkat HoloLens Microsoft, Holo-BLSD bekerja dengan memandu pengguna langkah demi langkah melalui prosedur resusitasi orang dewasa yang mengalami serangan jantung. Pelatihan akan direkam dan menjadi umpan balik, memungkinkan peserta pelatihan dan instruktur dalam mengidentifikasi kesalahan dan kekuatan kinerja, sehingga dapat meningkat kualitas pelatihan di kemudian hari.
Di Indonesia sendiri, belum banyak pengaplikasian augmented reality sebagai penunjang pelatihan dan pembelajaran. Virtual Reality saat ini masih menjadi platform yang mendominasi area tersebut. Kedua teknologi memiliki keuntungan terutama dalam menghadirkan program yang efisien dalam waktu dan biaya. Fitur yang realistis juga memungkinkan pengguna berlatih dan belajar serta meningkatkan perolehan ilmu dan kemampuan. Fitur virtual yang juga memungkinkan pelatihan tetap berada dalam pengawasan sehingga mendapat penilaian serta umpan balik yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Dengan eksekusi program yang berbeda, AR dan VR dapat menghadirkan pengalaman yang beragam bagi penggunanya. Namun yang terutama adalah pelatihan realistis yang dapat berkontribusi dalam peningkatan kemampuan pengguna. Ikuti terus untuk kabar akan perkembangan teknologi imersif di Indonesia.