Basket, Jembatan Kehidupan

7 Februari 2017 9:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jordan dan Kobe Bryant (Foto:  Andrew D. Bernstein/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Jordan dan Kobe Bryant (Foto: Andrew D. Bernstein/Getty Images)
Ranah perbasketan profesional Indonesia kembali hangat dengan mundurnya sejumlah pemain dari panggung Liga Basket Indonesia. Salah satu pemain senior yang memutuskan untuk mengakhiri karier profesionalnya adalah Rony Gunawan.
ADVERTISEMENT
Pria yang berposisi sebagai forward saat membela Satria Muda Jakarta ini telah 10 tahun lebih mencicipi atmosfer liga basket Indonesia. Rony resmi memutuskan pensiun setelah Satria Muda menjuarai kompetisi pra-musim Perbasi Cup, 30 Oktober 2016.
Kini Rogun, sapaan akrab Rony Gunawan, memulai karier baru sebagai Vice President PT Indonesia Sport Venture, badan hukum yang menaungi tim Satria Muda Pertamina.
Rony Gunawan saat ditemui Kumparan di Jakarta. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rony Gunawan saat ditemui Kumparan di Jakarta. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Usia memang menjadi salah satu faktor dalam perjalanan karier seorang pemain. Tidak selamanya mereka yang telah melewati masa emas mampu bermain di level permainan ketat. Namun, apakah benar usia menjadi satu-satunya alasan pebasket memutuskan pensiun ?
Rony bukan satu-satunya pemain yang memutuskan pensiun baru-baru ini. Nama-nama seperti Andy "Batam" Poedjakesuma, Dimaz Muhari, Ary Chandra, Xaverius Prawiro, dan lain-lain telah lebih dulu menggantung sepatu mereka.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan pun muncul: bagaimana karier mereka di masa pensiun? Padahal basket merupakan sumber pendapatan dan penghidupan mereka selama ini. Apakah mungkin basket tidak menghasilkan cukup banyak uang sehingga mereka memutuskan untuk beralih pekerjaan?
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian memunculkan sebuah opini yang "menggelitik" bahwa basket di tanah air tidak bisa dijadikan penghidupan. Banyak orang kemudian membandingkannya dengan perbasketan di Liga NBA Amerika Serikat, persepsi yang mengatakan bahwa bermain di sana menjanjikan.
Bagi Anda yang berpikir demikian, ada baiknya melihat kenyataan statistik yang menggambarkan nasib pahit pensiunan atlet profesional di Amerika Serikat.
Sports Illustrated pernah menurunkan sebuah artikel pada 2009 yang mengungkapkan, 78 persen pemain National Football League (Liga American Football AS) bangkrut setelah pensiun lebih dari dua tahun.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan nasib pensiunan NBA? Sekitar 60 persen —tepat sekali Anda tidak salah baca, sekitar 60 persen pemain NBA akan bangkrut setelah enam tahun mereka pensiun.
Penyebab kebangkrutan pemain tentunya beragam, salah satunya karena gaya hidup "foya-foya", di mana mereka terlalu murah hati kepada teman bahkan keluarga. Dengan kata lain, mereka tidak bisa mengatur keuangan mereka.
Nah, bagaimana dengan nasib para pensiunan pebasket profesional di Indonesia? Rasanya dengan pendapatan yang jauh berbeda antara pebasket NBA dan pebasket Indonesia, hal tersebut akan sulit terjadi.
Kenyataannya, banyak pensiunan pemain yang menjadikan basket sebagai jembatan penghubung untuk jenjang karier berikutnya. Tidak sedikit pemain yang merasakan bahwa lewat basket, mereka akhirnya memiliki harapan untuk mendapatkan kehidupan lebih layak.
ADVERTISEMENT
Wahyu Widayat Jati pelatih CLS Knights. (Foto: Instagram/clsknights)
zoom-in-whitePerbesar
Wahyu Widayat Jati pelatih CLS Knights. (Foto: Instagram/clsknights)
Beberapa pemain bisa mendapatkan karier baru dengan mudah —menjadi pelatih, misalnya— atau menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), bahkan seorang public figure. Nama-nama seperti Fictor Roring, Wahyu 'Cacing' Widayat Jati kini dikenal sebagi pelatih sukses tanah air. Isman Thoyib pun menjadi PNS walau kini kembali bermain setelah sempat memutuskan pensiun pada tahun 2013.
Tidak sedikit pemain yang sadar akan hal ini. Mereka serius berlatih basket agar bisa bermain di Liga Basket Indonesia sehingga bisa mendapat fasilitas beasiswa kuliah. Tujuan utamanya: untuk mendapatkan “pegangan hidup” di masa depan. Sekali lagi, basket adalah jembatan bagi mereka untuk meraih kehidupan lebih baik.
Seperti yang terucap dari mantan pemain Satria Muda, Rony Gunawan, bahwa pemain harus bisa menjaga nama baiknya dan mencari peluang yang ada selama dia masih aktif bermain.
ADVERTISEMENT
"Pemain basket harus paham bahwa selama kita masih bisa main, kita harus jaga nama baik kita, nama baik tim, dan cari link sebanyak-banyaknya, dan jangan berbuat sesuatu yang konyol karena kita bermain mewakili tim --yang berarti keluarga kita,” ucap Rony Gunawan kepada kumparan, Kamis (2/2).
"(Masa depan) itu sudah harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Investasi, nabung, terus cari link sebanyak-banyaknya. Coba juga cari pekerjaan lain,” kata Rony.
Intinya tentu saja, demi masa depan cemerlang.
Ikuti serba-serbi dunia basket di sini
Jordan dan Russell Westbrook. (Foto: Layne Murdoch/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Jordan dan Russell Westbrook. (Foto: Layne Murdoch/Getty Images)