Suku Mante dan Jejak Orang Pendek di Pulau Sumatera

26 Maret 2017 13:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Orang Pendek Sumatera (Foto: Ant Wallis/Centre for Fortean Zoology)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Orang Pendek Sumatera (Foto: Ant Wallis/Centre for Fortean Zoology)
Beberapa waktu lalu, dunia maya sempat dihebohkan dengan terekamnya sosok misterius di hutan Aceh. Sosok itu terekam oleh kamera para pengemar motocross di Aceh. Makhluk itu tidak berpakaian dan tengah membawa kayu.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Aceh di pedesaan, keberadaan makhluk yang dikenal dengan Suku Mante ini bak makhluk bunian antara ada dan tiada.
Sementara itu, penampakan makhluk sejenis ini tidak hanya terjadi di Aceh saja, di pulau Sumatera umumnya cerita urban tentang Orang Pendek telah ada sejak tahun 1900-an.
kumparan (kumparan.com) coba merangkum beberapa cerita yang mengisahkan penampakan makhluk tersebut.
Pulau Sumatera dikenal sebagai pulau terbesar keenam di dunia. Sayangnya dalam kurun waktu 35 tahun terakhir, Sumatera telah kehilangan setangah dari hutan hujannya. Hal ini disebabkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan kopi.
Meskipun demikian, di barat pulau Sumatera hutan-hutan masih terbentang luas. Salah satunya adalah Taman Nasional Kerinci Seblat yang memiliki luas 13.750 kilometer persegi.
ADVERTISEMENT
Ada yang menarik di dalam hutan Kerinci ini. Dilaporkan bahwa ada spesies kera yang berjalan tegak dan tidak diketahui jenisnya telah diteliti selama hampir 100 tahun terakhir.
Dikutip dari The Guardian, seorang ahli Zoologi, Richard Freeman, melakukan sebuah ekspedisi pada tahun 2011 untuk menemukan Orang Pendek yang masih sulit dipahami ini. Dia menjelaskan kemungkinan penampilan dan asal-usul evolusi makhluk ini. Dia mengumpulkan beberapa berita dan penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1990-an.
Dia mencatat berita pertama kemunculan Orang Pendek terjadi pada awal abad 20 melalui seorang pejabat kolonial Belanda. Pada tahun 1918, Gubernur Sumatera saat itu, LC Westenenk, mencatat persitiwa yang terjadi pada tahun 1910 tentang kemunculan makhluk besar berkaki pendek yang lari seperti manusia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ada seorang anak dari Padang yang dipekerjakan sebagai pengawas oleh Mr Van H membawa beberapa pekerja ke dalam hutan perawan di Bukit Barisan dekat Lubuk Salasik. Tiba-tiba pada jarak sekitar 15 meter ia melihat makhluk besar memiliki kaki pendek yang berlari seperti seorang laki-laki-- sangat berbulu namun tidak seperti orang utan, tapi wajahnya tidak seperti manusia biasa.
Westenek mencatat penemuan lainnya pada tahun 1917 oleh Mr Oostingh, pemilik perkebunan kopi di dataran yang berada di hutan di bawah Bukit Kaba. Ketika itu, dia melihat sosok yang sedang duduk sekitar 30 kaki jauhnya dari tempat dia berdiri. Menurut Oostingh makhluk itu memiliki tubuh yang besar dan memiliki bahu yang lebar. Warnanya tidak cokelat tapi tampak seperti tanah hitam, semacam warna abu-abu gelap.
ADVERTISEMENT
"Dia jelas melihat kehadiran saya, dia tidak banyak bergerak kecuali kepalanya, dia berdiri di atas kakinya. Tingginya hampir sama denganku sekitar 1,75 meter, lalu aku sadar itu bukan manusia. Saat aku pergi menggambil senjata, makhluk itu bergerak beberapa langkah kemudian diam-diam melompat ke pohon, berayun di sana dan melompat ke kanan dan ke kiri," tulisnya.
Penampakan Orang Pendek terus terjadi di tahun 1920-an. Beberapa penampakan bahkan terjadi di jarak yang berdekatan. Pada bulan Mei 1927, seorang pekerja perkebunan Belanda, AHW Cramer, yang tinggal di Kerinci melaporkan melihat Orang Pendek dari jarak 10 meter saja. Makhluk itu memiliki rambut panjang dan kulit hitam, dia berlari dan meninggalkan jejak kecil mirip jejak kaki manusia.
ADVERTISEMENT
Kemudian di tahun 1927, Orang Pendek dikatakan terjebak dalam perangkap harimau, namun dia mampu membebaskan diri. Bekas darah yang tertinggal di perangkap kemudian diteliti oleh ahli Zoologi KW Damerman. Dia menyimpulkan bahwa darah itu bukan berasal dari beruang, siamang maupun manusia.
Pada tahun 1930 minat untuk meneliti makhluk ini semakin berkurang, diperkirakan hal ini disebabkan pecahnya Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang mulai berkembang sehingga rumor akan Orang Pendek tidak lagi muncul di publik.
Sampai akhirnya di tahun 1980-an seorang wanita asal Inggris, Debbie Martyr, melakukan penelitian terkait Orang Pendek di Sumatera.
Debbie pertama kali mengunjungi Sumatera pada bulan Juli 1989 sebagai seorang penulis. Bersama pemandunya, Jamruddin, Debbie berkemah di lereng Gunung Kerinci di mana dia bisa melihat badak Sumatera dan harimau Sumatera. Jamruddin mengisahkan kepada Debbie bahwa dirinya pernah dua kali melihat Orang Pendek di Gunung Tujuh Kerinci. Saat itu Debbie masih belum percaya pada ucapan Jamruddin tentang Orang Pendek, sampai akhirnya di tahun 1990, dirinya melihat sendiri penampakan Orang Pendek Sumatera.
ADVERTISEMENT
"Saya melihatnya di pertengahan September, Saya telah di sini selama empat bulan. Pada waktu itu saya 90 % yakin bahwa ada sesuatu di sini, itu semua bukan hanya cerita turun-temurun saja. Ketika aku melihatnya, itu sama sekali tidak terlihat seperti binatang yang pernah aku baca di buku dan film yang pernah aku lihat atau kebun binatang yang pernah saya kunjungi. Saya terkejut melihat dia berjalan agak seperti seorang manusia," tulisnya.
"Itu relatif sangat kecil, namun sangat kuat. Jika Anda melihat itu sebagai hewan maka dia akan terlihat menyerupai siamang atau owa ungko. Ini tidak terlihat seperti orang utan, proporsi mereka sangat berbeda. Tubuh mereka berbentuk seperti seorang petinju, dengan tubuh bagian atas yang besar. Warna bulu mereka terlihat cantik, bergerak dengan dua kaki dan berusaha agar tidak terlihat," tambahnya.
Gunung Kerinci. (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Kerinci. (Foto: wikimedia commons)
Orang Pendek, atau sering disebut "pria pendek" dalam bahasa Melayu, dikatakan memiliki tinggi 4-5 kaki tapi memiliki perawakan kekar dengan bahu lebar dan lengan panjang berotot. Penampakannya terlihat seperti manusia, bisa berjalan tegak seperti manusia, tubuhnya ditutupi dengan rambut hitam atau berwarna seperti madu, dan rambut panjang terurai sampai ke bawah punggung.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa laporan terkait makanan yang dikonsumsi Orang Pendek, beberapa laporan mengatakan Orang Pendek lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan umbi-umbian, namun beberapa saksi mengatakan mereka melihat orang pendek merobek kayu gelondongan untuk mendapatan serangga. Beberapa laporan lainnya mengatakan Orang Pendek pun mengkonsumsi ikan dan serangga air tawar. Bahkan beberapa laporan awal mengatakan mereka memakan daging badak yang telah jatuh ke dalam lubang perangkap.
Penduduk asli Sumatera, termasuk keturunan Sumatera Malaysia dan Orang Rimba atau Kubu yang merupakan orang pribumi Sumatera menganggap bahwa Orang Pendek memiliki kekuatan spiritual, tidak seperti harimau, ular piton dan hewan lain yang dianggap memiliki roh nenek moyang.
Namun demikian, banyak orang-orang yang tinggal di hutan takut akan keberadaan Orang Pendek karena kekuatannya. Meskipun Orang Pendek tidak dianggap agresif dan cenderung menjauh jika melihat manusia. Orang Pendek juga dikabarkan menggunakan batu dan tongkat sebagai senjata mereka ketika mereka merasa terancam.
ADVERTISEMENT
Ada sejumlah nama lokal untuk Orang Pendek. Di dataran rendah selatan-timur sering disebut Sedapa atau Sedapak. Di daerah Sumatera Selatan sering disebut Gugu, sementara di daerah Rawas disebut dengan Rimbu Atu. Di Bengkulu sendiri dikenal dengan nama Sebaba, di Aceh dikenal dengan Suku Mante. Persebaran Orang Pendek saat ini dilaporkan hanya berada di daerah barat Sumatera, khususnya di dalam dan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat.