Film-Induced Tourism: Menjelajahi 4 Lokasi Syuting Film Gadis Kretek

Aditya Firdaus
Mahasiswa program studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
5 Desember 2023 17:04 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aditya Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menonton Film. Foto: Pexel.com/Anastasia Shuraeva
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menonton Film. Foto: Pexel.com/Anastasia Shuraeva

Majunya industri perfilman Indonesia juga memiliki korelasi terhadap dunia pariwisata dalam negeri. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kegiatan pariwisata sendiri memang dilandasi oleh berbagai motivasi, baik secara internal maupun eksternal. Salah satu motivasi berwisata yang unik adalah film. Dari motivasi tersebut, lahirlah istilah Film-Induced Tourism. Film-Induced Tourism adalah sebuah kegiatan pariwisata yang dipicu karena kesuksesan sebuah film. Melalui sebuah film, para penontondapat mengetahui berbagai tempat yang belum pernah dilihat sehingga mereka dapat menentukan tujuan wisata yang akan dikunjungi (Sue Beeton, 2001).
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang menyaksikan sebuah film, tak sedikit seseorang yang tertarik dengan keindahan tempat yang menjadi lokasi syuting film tersebut, entah karena keindahannya, keotentikannya maupun keunikan sebuah tempat yang ditampilkan dengan luar biasa di film tersebut. Tentu tidak heran ketika terdapat suatu film yang viral diiringi dengan meledaknya jumlah kunjungan ke lokasi syutingnya. Sehingga, film dapat menjadi sebuah media promosi sendiri dalam dunia pariwisata untuk mendatangkan para pengunjung yang akan berkontribusi terhadap perekonomian secara berkelanjutan. Agar dapat mewujudkan hal tersebut, diperlukan manajemen yang baik dan efektif dengan fokus pengelolaan terhadap destinasi wisatanya, motivasi, serta pembentukan citra yang baik terhadap suatu daya tarik wisata yang lahir dari dunia perfilman.
Film “Gadis Kretek” merupakan salah satu film dalam negeri yang banyak dibicarakan belakangan ini dan berhasil menarik antusias serta animo yang besar dari para penontonnya. Film ini merupakan hasil adaptasi dari novel karya Ratih Kumala yang dibintangi oleh aktor dan aktris papan atas dalam negeri yaitu Arya Saloka, Putri Marino, Dian Sastrowardoyo, Wingky Wirawan, dan Tissa Biani. Film yang tayang di Netflix tersebut bahkan meraih sebuah pencapaian, yaitu tayang perdana di ajang bergengsi di Busan Internasional Film Festival atau BIFF 2023 pada bulan Oktober yang lalu.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dari segi aktor dan aktris yang luar biasa aktingnya dalam series tersebut yang membuat film ini menarik, para penonton juga dibuat penasaran dengan lokasi-lokasi syuting Gadis Kretek, berikut lokasi syuting film Gadis Kretek:

1. Museum Kretek

Museum Kretek. Foto: dari laman Visit Jawa Tengah
Kota Kudus merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah dengan berbagai julukannya, seperti Kudus Kota Santri, Kudus Kota Jenang, dan Kudus Kota Kretek. Keunikan kota tersebut salah satunya disumbang oleh adanya sebuah museum kretek yang hanya satu-satunya di Indonesia. Lokasi museum ini terletak di Desa Getas, Pejaten, Kecamatan Jati. Jika kita berkunjung ke museum ini, kita dapat mengetahui kisah tentang perkembangan kretek di tanah Jawa. Karena keunikan yang ditawarkan dari museum ini, Museum Kretek pernah menjadi tempat lokasi syuting film Indonesia yang berjudul “Gadis Kretek”.
ADVERTISEMENT

2. Stasiun Tuntang

Stasiun Tuntang. Foto: dari laman Heritage KAI
Jika Anda merupakan penikmat wisata museum, tidak hanya Museum Kretek yang dapat Anda kunjungi, tetapi juga ada Stasiun Tuntang. Stasiun Tuntang merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kecamatan Tuntang dan di perbatasan antara Salatiga dan Kabupaten Semarang di ketinggian ±464 meter, lebih tepatnya di Daerah Operasi IV Semarang. Saat ini, Stasiun Tuntang berada dalam kawasan Museum Ambarawa. Sejarahnya, stasiun ini dibangun pada tahun 1871 dan resmi beroperasi pada tanggal 21 Mei 1873. Stasiun Tuntang termasuk ke dalam stasiun kelas III di jalur ini. Namun, sejak jalur kereta yang menghubungkan antara Yogyakarta dan Kedungjati resmi ditutup pada tanggal 1 Juni 1970, stasiun ini beralih menjadi sebuah museum bagi objek wisata. Saat stasiun ini baru ditutup, terdapat sebuah kereta wisata dengan rute Ambarawa - Tuntang. Sayangnya, diakibatkan rel kereta yang rusak rute tersebut, rute tersebut tidak dilanjutkan lagi dan mangkrak. Setelah 32 tahun tidak dioperasionalkan, Stasiun Tuntang akhirnya dialihfungsikan sebagai jalur wisata. Setelah itu, jalur Ambarawa - Tuntang kembali dibuka pada 2002. Saat ini, pengunjung Stasiun Tuntang dapat menikmati keotentikan stasiun tersebut dengan kereta uap.
ADVERTISEMENT

3. Candi Abang

Candi Abang. Foto: dari laman Dinas Kebudayaan Kab.Sleman
Situs Candi Abang merupakan sebuah candi Buddha yang letaknya di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasi candi ini juga dekat dari Candi Banyunibo dan Candi Borong, yaitu Dusun Candiabang, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Sejarah penamaan Candi Abang oleh masyarakat pada awal mulanya berasal dari bahan penyusun bangunan candi tersebut. Bahan utama bangunan candi tersebut adalah batu bata yang berwarna merah, dalam bahasa Jawa, merah disebut abang. Batu bata merah yang digunakan oleh Candi Abang tersebut menjadi keunikan tersendiri, terutama dikarenakan kebanyakan candi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan batu andesit sebagai material penyusun bangunannya. saat musim penghujan datang Candi Abang berubah warna menjadi hijau ditumbuhi rerumputan yang tampak seperti bukit, sedangkan di musim kemarau akan gersang terlihat berwana abang (merah).
ADVERTISEMENT

4. Pasar Kayu Muntilan

Ilustrasi tumpukan kayu, Foto: unsplash.com/thewoodproject
Pasar Kayu Muntilan, yang menjadi lokasi pengambilan gambar untuk film "Gadis Kretek" di Jumleng, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, masih berjalan seperti biasanya. Ketika mengunjungi pasar ini, tampak jelas bahwa tumpukan kayu mengisi sebagian besar ruang di dalam pasar, termasuk di sekitar kios-kios penjual. Kios-kios ini memiliki desain seragam yang juga terbuat dari kayu, menciptakan suasana yang khas dan mencerminkan identitas pasar sebagai tempat jual beli komoditas kayu serta mempertahankan unsur tradisional.