Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Empat Jari: Komunikasi Nonverbal untuk Kasus Kekerasan
11 Januari 2024 10:40 WIB
Tulisan dari Adlinisa Noraqolby Anandya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kekerasan sering kali menjadi salah satu permasalahan yang sulit untuk ditindaklanjuti terlebih lagi dalam ranah rumah tangga. Kekerasan dalam ranah tersebut dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Namun, kasus kekerasan terhadap perempuan lebih banyak terjadi di masyarakat karena label yang melekat pada perempuan yang dianggap lebih lemah daripada laki-laki.
ADVERTISEMENT
Secara empiris, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) telah terjadi di masyarakat sejak lama. Dikutip dari CNN Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan selama tahun 2023 mencapai 21 ribu kasus. Kekerasan terhadap perempuan ini bahkan dilakukan oleh orang-orang terdekat korban. Contohnya adalah kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap pasangannya atau terhadap pekerja rumah tangga perempuan. Jenis kekerasannya pun beragam, mulai dari penganiayaan hingga pemerkosaan dan kejahatan lainnya.
Selain itu, melindungi perempuan di dalam rumah hanyalah salah satu aspek dari hak-hak perempuan yang rentan; aspek lainnya terkait dengan kemampuan mereka untuk berkembang biak. Secara sosiologis, sebagian besar perempuan masih sangat dibatasi oleh budaya masyarakat yang terus membatasi peran tradisional. Selain itu, ada pula struktur sosial yang mempertahankan keterikatan yang kuat pada peran tradisional dan memandang perempuan tidak lebih dari sekedar istri. Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan masih sering dipandang sebelah mata.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, kekerasan yang terjadi di dalam rumah diterima sebagai hal yang normal dalam masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh situasi di mana istri dianiaya dan dianggap sebagai cara untuk mengajar mereka sehingga tidak ada yang akan menghentikan kekerasan (Hoesin, 2003).
Namun, kekerasan yang dialami perempuan mulai diperhatikan, terutama di negara-negara Barat. Perilaku kekerasan di Kanada, misalnya. Perilaku tersebut dapat dikomunikasikan oleh korban dengan memberikan gestur empat jari yang terbuka dan ibu jari yang mengatup, lalu keempat jari tersebut menutup ibu jari. Dilansir dari Canadian Women's Foundation, simbol ini dijadikan sebagai alat komunikasi untuk memberitahu seseorang bahwa telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga tanpa korban harus memberitahu atau melakukan sesuatu yang berlebihan yang kemungkinan mengancam nyawanya.
ADVERTISEMENT
Salah satu fungsi yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah komunikasi. Menurut Shannon dan Weaver (1949), komunikasi adalah suatu jenis interaksi antarpribadi di mana orang mungkin secara sengaja atau tidak sengaja mempengaruhi satu sama lain. Tidak hanya dengan bahasa lisan, tetapi juga dengan ekspresi wajah, karya seni, artifak, dan lain sebagainya.
Komunikasi nonverbal mencakup isyarat nonverbal seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah yang tidak hanya diekspresikan secara verbal. Interaksi banyak orang dengan orang lain dipengaruhi oleh komunikasi nonverbal mereka. Manusia dapat mengkomunikasikan perasaan mereka tanpa harus mengatakannya. Hal ini akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang lain berdasarkan pengalaman mereka. Budaya lokal memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana komunikasi nonverbal diekspresikan dan dipahami. Hal ini membuat penelitian mengenai kepekaan komunikasi nonverbal antara orang Indonesia dari berbagai latar belakang budaya menjadi sangat penting (Prawitasari, 1995).
ADVERTISEMENT
Ada kemungkinan untuk menafsirkan isyarat nonverbal korban sebagai teriakan minta tolong. Namun tidak semua orang dapat memahami makna di baliknya. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan komunikasi antarbudaya merupakan penyebab utama dari kurang efektifnya komunikasi nonverbal dalam situasi ini. Sebagian orang di dunia mengetahui kode SOS (Save Our Soul) untuk kasus kekerasan, yaitu empat jari yang membentuk kepalan tangan. Namun, penerapan kode ini di Indonesia masih relatif tidak dikenal.
Kode Morse digunakan untuk menentukan sinyal marabahaya, dan kode SOS adalah salah satu dari kode tersebut. Kode SOS digunakan ketika seseorang atau kelompok membutuhkan bantuan. Kode SOS dapat digunakan di mana saja karena merupakan kode yang diakui secara universal. SOS pertama kali digunakan oleh personil militer dan pelaut untuk meminta bantuan, tetapi sekarang sudah dikenal luas dan digunakan untuk berbagai macam keperluan (Hartono, 2017).
ADVERTISEMENT
Orang Indonesia masih jarang menggunakan isyarat nonverbal, terutama saat mengirim sinyal SOS. Meskipun masih asing dengan kode SOS, masyarakat Indonesia umumnya mengetahui isyarat nonverbal dasar seperti menggelengkan kepala untuk menandakan tidak, menganggukkan kepala untuk menandakan ya, mengacungkan jempol ke atas untuk menandakan setuju, dan beberapa isyarat lainnya. Menurut temuan penelitian Oktaviani dkk (2021), 88,6% partisipan mengetahui kode nonverbal pada kegiatan kepramukaan, tetapi 69,7% tidak pernah menggunakannya untuk berkomunikasi.
Pesan yang tersirat dapat dikomunikasikan secara efektif melalui kode nonverbal, tetapi karena adanya pembatasan saat ini, penyebarannya menjadi sulit. Dikhawatirkan, jika bentuk-bentuk tersebut tidak disosialisasikan, kurangnya pemahaman tentang isyarat nonverbal seperti kode SOS dapat menyebabkan ketidakpekaan, kesalahpahaman, dan miskomunikasi. Penting untuk menyebarkan pengetahuan tentang cara memperkenalkan dan menggunakan kode SOS kepada banyak orang untuk memberikan bentuk komunikasi alternatif bagi orang-orang yang merasa sulit atau tidak mungkin untuk berkomunikasi secara verbal, khususnya untuk kasus kekerasan.
ADVERTISEMENT