Konten dari Pengguna

Ketika Menjadi Bagian dari Gerilya adalah Salah Satu Hal Terbaik dalam Hidup

Adrian Adam Indrabayu
Electrical Engineering Student at Universitas Brawijaya - Renewable Energy Enthusiast
7 Maret 2022 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adrian Adam Indrabayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peserta Program Gerilya Batch 2 dengan Mentor. Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Peserta Program Gerilya Batch 2 dengan Mentor. Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis.
ADVERTISEMENT
Berawal dari sebuah ambisi kecil untuk bisa menemukan jati diri, saya merasa beruntung bahwa sekarang saya dapat berpartisipasi untuk memberikan kontribusi dalam sektor energi. Melirik pengalaman tiga tahun ke belakang, saya hanyalah seorang mahasiswa baru yang masih belum tahu akan dibawa ke mana langkah kaki ini. Semua masih terasa segar sekaligus abstrak untuk dipahami pada waktu itu. Seolah berjalan di atas jembatan kayu rapuh yang mungkin saja membuat saya justru jatuh ke bawah.
ADVERTISEMENT
Ketidaktahuan saya akan banyak hal pada waktu itu tidak lantas membuat saya diam. Sebab saya mengerti bahwa jika saya ingin sampai di ujung jembatan, maka saya harus melaluinya. Sehingga, satu-satunya jalan agar sampai di seberang adalah hanya dengan melaluinya. Namun, bersikap ceroboh dan tidak terencana tentu bukan solusi yang tepat. Sehingga, memanfaatkan potensi yang ada di sekitar saya menjadi opsi yang paling mungkin pada waktu itu.
Analogi ini mengilustrasikan bagaimana upaya yang saya lakukan untuk bisa menjadi pribadi yang dapat melangkah lebih. Berusaha untuk bertanya mengenai apa yang bisa diri ini berikan kepada negeri. Sebagai seorang mahasiswa, saya rasa belajar di kampus saja tidaklah cukup untuk memenuhi hal tersebut. Oleh karena itu, saya bercita-cita bahwa menjadi muda bukanlah batasan untuk bisa mengembangkan potensi diri dan memberikan sumbangsih lebih.
ADVERTISEMENT
Dua tahun lalu adalah awal saya mencoba dunia kompetisi ilmiah. Bermula dari seorang yang tidak memiliki pondasi dasar di bidang ini, saya mencoba keluar dari zona nyaman untuk mengetahui batasan diri. Singkat cerita, setelah melalui asistensi bersama dosen selama tiga bulan intensif, revisi karya berkali-kali, serta brainstorming bersama rekan hampir setiap malam, saya dan tim berhasil memenangkan kompetisi karya tulis ilmiah yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor. Adapun gagasan yang kami angkat adalah mengenai penerapan suatu katalis untuk membantu mempercepat reaksi dalam teknologi fotosintesis buatan. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi suatu terobosan baru dalam sektor energi terbarukan untuk mengubah karbon dioksida menjadi energi listrik melalui bantuan katalis tertentu dan foton dari surya.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari kemenangan tersebut, saya menemukan bahwa ada suatu hal menarik yang bisa saya rasakan di bidang ini. Bukan mengenai bidang karya tulisnya, namun tentang bidang energi terbarukan. Saya merasa ada alasan kuat mengapa energi terbarukan bukanlah sebuah isu yang tertulis di atas kertas semata. Melainkan sebuah suara yang harus digemakan dan diterapkan secara global. Saya bertanya-tanya, apakah urgensi akan energi terbarukan memang segenting itu? Sejauh mana aksi ini sudah dijalankan? Apa dampak yang sudah diberikan untuk mengurangi dampak akibat pemakaian energi tidak terbarukan?
Berbekal dengan cita-cita untuk menggali rasa penasaran tersebut, saya memutuskan untuk bergabung bersama salah satu student chapter besar yang bergerak di bidang energi terbarukan bernama Society of Renewable Energy (SRE) Universitas Brawijaya. Bergabung bersama sekumpulan orang dengan visi dan misi yang sama, saya merasa bahwa saya berada dalam lingkaran yang tepat. Saling bertukar pikiran, menyuarakan aksi gerakan energi bersih, dan masih banyak lagi, membuat saya merasa mendapatkan banyak keterampilan dan wawasan baru di sini. Suatu wadah yang berjasa besar dalam mengembangkan minat saya dalam dunia EBT.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berselang sejak saya mendalami dunia EBT, saya tertarik untuk menantang diri saya dalam bergabung ke dalam suatu ikatan yang lebih dan tanggung jawab besar dalam dunia EBT. Melalui program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), saya mendapatkan kesempatan emas dalam perjalanan hidup ini untuk bisa bergabung ke dalam Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (GERILYA) yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia.
Dengan tiga pilar dasar yang menjadi tujuan besar dari program ini yang meliputi upaya meningkatkan bauran EBT 23% pada 2025, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kolaborasi lintas generasi lintas institusi, saya yakin bahwa Gerilya menjadi salah satu jalan untuk membangun pengalaman karir yang baik. Program ini membuat saya bertemu dengan 56 mahasiswa lain dari seluruh Indonesia dengan pandangan yang sama, yaitu rasa ingin berkontribusi lebih di sektor EBT melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap.
ADVERTISEMENT
Dinilai sebagai opsi yang tepat dalam mempercepat target bauran EBT, PLTS atap adalah jawaban tepat dalam mengatasi masalah bauran energi di Indonesia. PLTS juga diprediksi akan menjadi sumber bauran EBT terbesar mulai dalam 10 tahun ke depan. Diharapkan dengan berbagai jalan yang ditempuh untuk memaksimalkan PLTS ini, bisa membantu juga dalam memulihkan iklim bumi serta menciptakan kawasan hijau dan bersih di sekitar kita.
Dalam program yang berjalan selama 6 bulan ini, sebagai peserta Gerilya, akan ditantang untuk bisa mendalami ilmu PLTS atap beserta penerapannya. Harapannya, wawasan yang diperoleh tidak sebatas pada ilmu teknis tetapi juga mencakup berbagai aspek non-teknis yang berhubungan dengan PLTS. Bersama Gerilya, saya merasa bahwa saya dapat ambil peran dalam mewujudkan transisi energi bersih di Indonesia serta menerapkan energi berkelanjutan sejak sekarang.
ADVERTISEMENT