Konten dari Pengguna

Revisi UU Penyiaran : Ancaman Bagi Kebebasan Berbicara dan Demokrasi

Adrian Rasyidin
Seorang mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, yang senang mengamati dan menanggapi berita seputar, politik, sosial, game, dan hukum.
21 Mei 2024 8:31 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adrian Rasyidin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by brotiN biswaS httpswww.pexels.com photoselective-focus-photography-of-magazines-518543
zoom-in-whitePerbesar
Photo by brotiN biswaS httpswww.pexels.com photoselective-focus-photography-of-magazines-518543
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa waktu terakhir, revisi Undang-Undang Penyiaran yang sedang dibahas oleh DPR RI telah menjadi topik perbincangan hangat di berbagai kalangan. Sebagai mahasiswa yang aktif mengikuti perkembangan hukum dan kebijakan di Indonesia, saya ingin berbagi beberapa pandangan mengenai revisi ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, meskipun tujuan dari revisi ini adalah untuk memperbarui regulasi agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat, ada kekhawatiran serius bahwa beberapa pasal dalam revisi tersebut berpotensi membatasi kebebasan pers dan berekspresi. Hak-hak ini adalah konstitusional dan fundamental bagi setiap warga negara. Salah satu isu utama adalah pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah untuk mengontrol konten penyiaran. Hal ini dapat mengarah pada sensor dan pembatasan informasi, yang pada akhirnya merusak integritas media sebagai pilar keempat demokrasi.
Jika setiap konten harus dilaporkan terlebih dahulu sebelum diunggah, ini dapat menimbulkan efek "chilling effect", di mana orang-orang menjadi takut untuk berbagi pendapat atau informasi karena khawatir akan konsekuensi hukum atau sensor. Kebijakan seperti ini tidak hanya menghambat kreativitas dan inovasi, tetapi juga mencederai hak fundamental masyarakat untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam diskusi publik tanpa rasa takut.
ADVERTISEMENT
Kedua, pentingnya transparansi dan partisipasi publik dalam proses pembahasan revisi ini tidak boleh diabaikan. Mahasiswa dan masyarakat sipil harus diberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan kritik. Ini penting agar undang-undang yang dihasilkan benar-benar mencerminkan kepentingan dan aspirasi rakyat, bukan hanya kepentingan segelintir pihak. Tanpa partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat, ada risiko besar bahwa regulasi yang dihasilkan tidak akan adil dan mungkin lebih condong untuk membatasi daripada melindungi kebebasan berbicara.
Secara keseluruhan, sebagai mahasiswa, saya berharap revisi Undang-Undang Penyiaran oleh DPR RI dapat menghasilkan regulasi yang seimbang. Regulasi tersebut harus mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga menjaga nilai-nilai demokrasi dan kebebasan yang menjadi dasar negara kita, Indonesia. Kebebasan untuk berekspresi harus tetap dijaga agar demokrasi di Indonesia dapat berkembang dengan sehat dan dinamis.
ADVERTISEMENT
Saya percaya bahwa dialog yang terbuka antara pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat sipil sangat penting dalam proses ini. Dengan demikian, kita dapat mencapai kesepakatan yang mencerminkan kepentingan semua pihak dan memastikan bahwa hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara dan berekspresi, tetap terjamin. Mari kita bersama-sama berupaya untuk menciptakan regulasi yang adil dan mendukung kemajuan bangsa.