Bertahan Hidup di Masa Pandemi bagi Anak Rantau

Afifah fah
Mahasiswa Jurnalistik IInstitut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Konten dari Pengguna
1 Juli 2021 13:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afifah fah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjadi anak rantau yang jauh sampai ke Pulau Bali sudah menjadi pilihannya, tapi tidak pernah terbayang di dirinya harus bertahan hidup di masa pandemi ini, sejak November 2014 dirinya memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya jauh dari keluarga. Banyak kisah menarik yang dihasilkan dari kehidupan anak rantau.
Arif ketika sedang berkerja/dokumen pribadi Arif
Pilihannya untuk merantau ke Bali tidak lain untuk bekerja dan mencoba menjalani hidup sendiri yang jauh dari kehidupan nyaman sebelumnya di Jakarta. Arif Prihatin namanya atau akrab dipanggil Arif. keputusannya merantau atas kemauan dirinya yang meminta pekerjaan ke pihak sekolah waktu ia sekolah menengah kejuruan.
ADVERTISEMENT
Sekolah yang sudah memiliki ikatan dengan beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang Grafika memudahkan dirinya untuk langsung bekerja setelah lulus sekolah.
Kesempatan yang ada langsung ia manfaatkan untuk bekerja, adanya lowongan yang tersedia hanya di Pulau Bali. Sebagai anak laki-laki dirinya cukup tertantang untuk mengambil kesempatan kerja yang jauh dari keluarga.
Bekerja di Pulau Bali sudah menjadi pilihannya, ia bekerja di sebuah hotel ternama dibagian Art n Prinshop di bawah Departemen Marketing Communication. Sesuai dengan keahlian di masa sekolah kejuruannya, pekerjaan ia di Bali bergerak dibidang mencetak beberapa keperluan hotel seperti brosur hotel, bill restoran hotel, dan lainnya. Hotel ini mempunyai percetakan sendiri dan Arif salah satu operator dari mesin –mesin yang digunakan di hotel.
ADVERTISEMENT
Dampak Virus COVID-19
Sejak awal masuknya virus COVID-19 di Indonesia membuat semua perekonomian di Indonesia menjadi lumpuh, dan Bali salah satunya. Pulau Bali adalah pulau yang sangat ramai dengan tamu dari berbagai penjuru negara, Indonesia dikenal dengan keindahan alam pulau Bali yang membuat banyak orang ingin mengunjungi pulau tersebut.
Keadaan Bali yang sepi akibat pandemi/ dokumen pribadi Arif.
Melumpuhnya perekonomian di Bali membuat Arif harus dirumahkan dari pekerjaannya akibat lockdown yang dibuat oleh pemerintah. Apalagi ia bekerja di hotel dan tidak adanya tamu yang datang membuat semakin lumpuh perekonomian di Bali.
Pekerjaan lumpuh total mulai maret hingga juni 2020 membuat perusahaan tempat ia bekerja mulai memanggil beberapa pekerjanya dan di phk akibat tidak adanya tamu yang berkunjung ke Bali. Rasa cemas selalu manghantui dirinya, kegelisahan dari ketidakjelasan menunggu kabar kantor untuk bisa membuat ia bertahan tetap bekerja di Bali.
ADVERTISEMENT
Teman-teman sekantornya juga sudah mulai di phk satu-satu. namun, nasib baik masih memihak padanya. “Pertengahan bulan Agustus 2020 saya ditelepon sama perusahaan untuk mulai bekerja lagi walau hanya 15 hari bekerja dan 15 hari tetap masih dirumahkan dan perusahaan hanya bisa membayar saya 40% dari gaji katanya, karena hotel masih sepi,” ujar Arif.
Keadaan COVID-19 di Bali memang mematikan semua perekonomian di Bali, ramainya pantai dengan pengunjung, ramainya tempat wisata, ramainya hotel sudah lama tidak dirasakan di pulau ini. “Bahkan banyak kost-kostan di Bali yang terkena dampaknya kan banyak yang di phk makanya anak rantau pada balik ke kampung halamannya” ujar Arif.
Takut membawa virus
Untuk pulang ke Jakarta saja dirinya tidak bisa, rasa rindu untuk pulang ke rumah dan bertemu keluarga di Jakarta sangat dirasakan, kebiasan setiap tahun pasti mendapat libur di waktu lebaran dan berkumpul bersama keluarga di Jakarta. Namun 2020 membuat semuanya berubah, mengharuskan dirinya tetap bertahan di Bali dengan keadaan yang lockdown dan tidak bisa ke mana-mana. Apalagi momen lebaran 2020 kemarin ia jalani sendiri di pulau bali yang sangat minoritas muslimnya.
ADVERTISEMENT
Ketakutan di dalam dirinya juga sangat membuat dirinya bimbang, jika Arif tetap memaksakan pulang ke Jakarta ia takut akan membawa virus itu ke keluarganya di Jakarta, karena ia pasti melewati banyak keramaian di jalan, pesawat dan tempat lainya sebelum ia sampai ke rumah. Hal tersebut yang membuat ia tetap bertahan di Bali dan hanya bisa berkomunikasi dengan keluarganya via online.
Kesedihan juga ia rasa karena tidak bisa mengirimkan uang kepada orang tuanya di Jakarta seperti biasanya, permintaan maaf yang ia sampaikan kepada orang tuanya akibat pandemi yang membuat Arif hanya mampu bertahan hidup dengan gajinya saja, “orang tua saya sih gap ernah minta, tapi bagi saya itu kaya udah kewajiban saya aja jadi tanggung jawab, makanya saya minta maaf ga bisa kirim selama pandemi ,“ ujar Arif.
ADVERTISEMENT
Keadaan Bali yang masih sangat besar wabah virusnya apalagi awal masuknya virus ini ke Bali. Arif melihat sendiri bagaimana ramainya rumah sakit yang tidak jauh dari tempat ia tinggal. Rumah sakit itu bukanlah rumah sakit rujukan pemerintah untuk menangani covid, namun akibat banyaknya pasien di Pulau Bali yang terpapar, rumah sakit deket rumahnya pun ikut menjadi rumah sakit rujukan covid 19.
Bertahan hidup di massa pandemi dengan banyak kekhawatiran di dalam dirinya, rasa ingin pulang ke Jakarta, rasa cemas dari pekerjaan yang ia pikir akan sampai kapan ia bekerja dan digaji hanya kurang dari setengahnya. Karena kehidupan di Bali yang tidak murah namun ia harus tetap menutup itu semua hanya dari gajinya. mulai dari membayar sewa tempat tinggal sampai kebutuhan makan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Harapan semua masyarakat Indonesia pastinya ingin virus ini cepat musnah dari Indonesia, begitupun Arif sebagai anak rantau ia sangat berharap virus ini cepat selesai dan semua kembali normal agar ia bisa pulang ke Jakarta dan kehidupan di Bali juga dapat berjalan normal lagi agar ia bisa bekerja penuh seperti belum adanya virus COVID-19.