Konten dari Pengguna

Sejauh Apa Metode Pembayaran Akan Berubah?

Afrida
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas
6 September 2024 13:50 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afrida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Macam-macam metode pembayaran (Sumber: David McBee/ Pixels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Macam-macam metode pembayaran (Sumber: David McBee/ Pixels.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan metode pembayaran merupakan fenomena yang terus berubah seiring dengan perubahan sosial dan budaya masyarakat. Dalam studi antropologi, perubahan ini tidak hanya dilihat sebagai perkembangan teknologi keuangan, tetapi juga sebagai manifestasi dari hubungan sosial, nilai budaya, dan simbolisme yang menyertainya.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan “Sejauh apa metode pembayaran akan berubah?” membuka pintu bagi diskusi yang mendalam tentang bagaimana masyarakat di berbagai belahan dunia memahami dan menggunakan alat tukar, baik dalam bentuk fisik maupun digital, dan bagaimana perkembangan ini memengaruhi struktur sosial mereka.
Dalam perspektif antropologi, uang dan metode pembayaran bukan sekadar alat tukar ekonomi, melainkan juga simbol kekuasaan, identitas, dan hubungan sosial. Marcel Mauss, seorang antropolog Prancis, dalam karyanya "The Gift", menyoroti pentingnya pertukaran barang dalam membangun hubungan sosial. Ia berpendapat bahwa di banyak masyarakat, sistem pembayaran atau pertukaran bukan semata-mata soal keuntungan ekonomi, melainkan cara untuk mempertahankan ikatan sosial dan kewajiban timbal balik.
Seiring berjalannya waktu, sistem barter yang mendominasi masyarakat pra-modern bertransformasi menjadi bentuk pertukaran yang lebih kompleks, seperti penggunaan mata uang logam dan kertas. Namun, esensi dari transaksi sebagai hubungan sosial tetap bertahan. Misalnya, di beberapa budaya, penggunaan uang dalam acara-acara seremonial seperti pernikahan atau pemakaman lebih dari sekadar transaksi ekonomi; uang berperan dalam memperkuat status sosial, solidaritas kelompok, dan relasi antargenerasi.
ADVERTISEMENT
Dengan berkembangnya teknologi pembayaran, muncul pertanyaan penting: apakah transformasi metode pembayaran menuju bentuk digital akan memengaruhi cara masyarakat membangun relasi sosial mereka? Di sinilah letak perhatian utama antropolog dalam meneliti perubahan ini. Bagi banyak masyarakat, metode pembayaran yang semakin tidak berwujud, seperti uang digital dan kripto, mungkin memunculkan tantangan baru terhadap cara mereka memahami dan mengoperasikan simbol-simbol sosial yang terkait dengan uang.
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
Antropolog David Graeber, dalam bukunya "Debt: The First 5000 Years", mengemukakan bahwa sejarah uang dan pembayaran memiliki akar yang jauh lebih kompleks daripada sekadar transaksi ekonomi. Graeber meneliti bagaimana utang dan kredit memainkan peran penting dalam perkembangan masyarakat. Dalam konteks ini, metode pembayaran bukan hanya alat untuk mengukur nilai ekonomi, tetapi juga alat untuk mengatur kekuasaan dan hubungan hierarki dalam masyarakat. Metode pembayaran berbasis utang, misalnya, sering kali memperkuat ketergantungan sosial dan ekonomi antara kelompok-kelompok yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dengan munculnya metode pembayaran modern seperti kartu kredit, dompet digital, dan cryptocurrency, kita melihat perubahan signifikan dalam dinamika utang. Utang kini tidak lagi terikat pada hubungan sosial yang jelas antara pemberi dan penerima. Dalam sistem keuangan global yang semakin terotomatisasi, banyak individu berurusan dengan lembaga keuangan anonim daripada dengan orang-orang yang mereka kenal secara langsung. Hal ini memunculkan tantangan antropologis baru: bagaimana identitas dan hubungan sosial bertransformasi ketika transaksi menjadi semakin terlepas dari interaksi manusia langsung?
Graeber menyoroti bahwa dengan adanya teknologi pembayaran yang semakin canggih, kita dapat melihat pergeseran besar dalam cara masyarakat mengatur hubungan mereka dengan uang. Di satu sisi, metode pembayaran digital menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi. Namun di sisi lain, transformasi ini juga memperkenalkan jarak emosional dan sosial antara individu yang terlibat dalam pertukaran. Orang tidak lagi perlu berinteraksi secara langsung dengan penjual atau pembeli; transaksi menjadi abstraksi dari hubungan sosial yang sebelumnya jelas dan nyata.
ADVERTISEMENT
Perubahan dalam metode pembayaran juga mencerminkan peran negara dan perusahaan teknologi dalam mengatur kehidupan ekonomi masyarakat. Dalam masyarakat tradisional, sistem pembayaran sering kali diatur oleh norma sosial dan budaya yang ditentukan oleh komunitas itu sendiri. Namun, dengan munculnya mata uang nasional dan sistem perbankan modern, negara mulai mengambil peran dominan dalam mengatur metode pembayaran.
Saat ini, kita melihat munculnya perusahaan teknologi besar yang memiliki peran signifikan dalam mengubah cara kita bertransaksi. Perusahaan seperti PayPal, Apple, dan Google menciptakan ekosistem pembayaran digital yang memungkinkan individu untuk melakukan transaksi tanpa harus menggunakan uang tunai atau bahkan kartu kredit. Dalam konteks ini, pertanyaan kritis yang diajukan oleh antropolog adalah bagaimana dominasi perusahaan teknologi ini mempengaruhi hubungan sosial dan kekuasaan dalam masyarakat.
Ilustrasi transaksi pakai QRIS Bank Mandiri. Foto: Dok. Bank Mandiri
Dalam pandangan beberapa ahli, pengaruh perusahaan teknologi besar terhadap metode pembayaran dapat memperkuat ketidakadilan sosial. Akses terhadap teknologi pembayaran modern sering kali terbatas pada mereka yang memiliki akses ke internet, perangkat elektronik, dan pengetahuan teknis. Ini menciptakan jurang digital antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda, di mana yang kaya semakin mudah bertransaksi, sementara yang miskin mungkin kesulitan mengakses layanan keuangan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam masyarakat di mana pembayaran digital semakin dominan, kontrol atas data keuangan menjadi isu penting. Perusahaan yang mengelola metode pembayaran digital memiliki akses ke sejumlah besar informasi pribadi dan perilaku keuangan individu, yang dapat digunakan untuk tujuan komersial atau bahkan politik. Di sinilah letak tantangan etika yang harus dihadapi oleh masyarakat modern: bagaimana menjaga privasi dan otonomi individu dalam sistem pembayaran yang semakin terotomatisasi dan terpusat?
Salah satu diskusi menarik dalam antropologi adalah apakah kita akan melihat kebangkitan kembali sistem pembayaran lokal atau komunitas sebagai respons terhadap globalisasi ekonomi dan dominasi teknologi besar. Beberapa masyarakat telah mulai bereksperimen dengan bentuk-bentuk pembayaran alternatif yang lebih terhubung dengan nilai-nilai komunitas lokal. Misalnya, munculnya *cryptocurrency* komunitas dan bentuk-bentuk barter digital menunjukkan bahwa ada keinginan untuk menemukan metode pembayaran yang lebih adil dan transparan.
ADVERTISEMENT
Antropolog James C. Scott, dalam karyanya tentang perlawanan terhadap negara dan sistem kapitalis, berargumen bahwa masyarakat sering kali menciptakan bentuk-bentuk ekonomi informal atau alternatif sebagai cara untuk mempertahankan kemandirian mereka. Di masa depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak eksperimen dalam menciptakan sistem pembayaran yang didasarkan pada prinsip solidaritas sosial dan keberlanjutan lokal. Di sisi lain, kita juga harus mempertimbangkan bahwa metode pembayaran yang benar-benar terdesentralisasi mungkin akan menghadapi tantangan regulasi dari negara dan perusahaan teknologi besar.
Perubahan metode pembayaran yang sedang kita saksikan hari ini bukanlah sekadar perkembangan teknologi, tetapi juga perubahan mendalam dalam hubungan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat. Dalam perspektif antropologi, metode pembayaran selalu lebih dari sekadar alat ekonomi; mereka adalah bagian dari jaringan simbolik yang menghubungkan individu dengan komunitas mereka, dengan kekuasaan, dan dengan identitas mereka.
ADVERTISEMENT
Masa depan metode pembayaran mungkin akan ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan globalisasi ekonomi dan upaya untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan terhubung secara lokal. Teknologi pembayaran akan terus berkembang, tetapi esensi dari transaksi sebagai hubungan sosial kemungkinan akan tetap menjadi perhatian utama bagi para antropolog. Apakah masyarakat akan menemukan cara baru untuk mempertahankan relasi sosial di dunia yang semakin digital, atau apakah kita akan melihat penguatan ketidaksetaraan dan anonimitas dalam hubungan ekonomi? Jawabannya mungkin akan menentukan arah masa depan metode pembayaran di seluruh dunia.