Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Udara Tercemar: Efek dari Polusi Kendaraan Terhadap Masyarakat Tangerang Selatan
24 Oktober 2024 9:46 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aghisna Mirdhatillah Mustafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masalah lingkungan yang paling mendesak di dunia saat ini, salah satunya adalah polusi udara. Di Indonesia, polusi udara telah menjadi topik yang sering dibicarakan oleh masyarakat, karena dapat menjadi ancaman yang berbahaya terhadap kualitas lingkungan dan masyarakat sekitar yang mengalami paparan polusi udara tersebut. Saat ini, transportasi sering dianggap sebagai penyebab utama
ADVERTISEMENT
pencemaran kota, yang disebabkan oleh kelalaian pemerintah dan produsen kendaraan dalam mematuhi peraturan. Akibatnya, daerah perkotaan dipandang sebagai sumber utama pencemaran udara (Ismiyati et al., 2014).
Dilansir oleh CNN Indonesia, mengungkapkan bahwa Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, tercatat sebagai kota dengan kualitas udara terkotor di Indonesia pada 2023 karena banyakanya penggunaan transportasi pribadi yang digunakan oleh pekerja menjadi faktor penyebab utamanya (Wicaksono, 2024). Menurut data yang dilansir oleh IQAir, tercatat bahwa indeks kualitas udara di Tangerang Selatan berada di 139 zona orange dan polusi udara PM2.5, yang artinya kualitas udara dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitive (IQAir, 2024). Sejak Juli, hanya tercatat tiga hari dengan golongan kualitas udara "moderate" (sedang) dan dua hari tercatat masuk dalam golongan "Unhealthy for sensitive groups" (tidak sehat untuk kelompok sensitif). Kualitas udara yang buruk ini sudah terjadi setiap hari, dan pada malam hari hingga dini hari dapat meningkat tinggi hingga melewati batas indeks rata-rata kulitas udara (Iqbal, 2024).
ADVERTISEMENT
Polusi udara merupakan salah satu environmental stressor yang biasanya terjadi pada lingkungan sekitar (Steg & Groot, 2019). Environmental stressor mengacu pada respons psikologis subjektif yang negatif terhadap stimulus lingkungan. Penting untuk dicatat bahwa stimulus lingkungan yang menimbulkan stres bagi satu individu dalam situasi tertentu mungkin tidak menimbulkan stres bagi individu lain atau bagi individu itu sendiri dalam situasi yang berbeda. Dengan demikian, Environmental stressor adalah interaksi antara individu dan stimulus eksternal (Gatersleben & Griffin, 2016). Pencemaran udara merupakan masalah yang dialami oleh negara
berkembang, terutama di daerah perkotaan dengan tingkat perpindahan penduduk yang tinggi dan aktivitas industri serta arus lalu lintas yang meningkat (Kusmiyati et al., 2022). Manusia menghadapi berbagai macam tekanan lingkungan dalam kesehariannya, terutama di kota-kota besar seperti Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari oleh masyarakat, kualitas udara di Tangerang Selatan tergolong sudah tidak sehat. Pada riset yang dilakukan (Wicaksono, 2024) menyebutkan bahwa, tempat-tempat yang dilalui banyak orang adalah tempat di mana polusi itu muncul, yaitu banyak pekerja yang tempat tinggalnya di Tangsel namun tempat bekerja di Jakarta, sehingga dengan pola transportasi yang konsisten, akan menimbulkan polusi udara yang berbahaya. Hal ini juga dapat dilihat bahwa pertumbuhan kendaraan pribadi seperti motor yang mengeluarkan emisi akan mencemarkan udara di sekitar lingkungan (Ismiyati et al., 2014). Perubahan lingkungan dan polusi, serta banyak aktivitas dan teknologi manusia, memiliki kemungkinan konsekuensi yang berbahaya dengan jangka panjang bagi manusia dan alam (Steg & Groot, 2019).
Lalu, apa dampaknya kepada masyarakat sekitar?
Kualitas lingkungan tempat tinggal sangat penting bagi kehidupan masyarakat, salah satunya yaitu polusi udara dapat menjadi sumber ketidaknyamanan serta berdampak negatif pada kualitas lingkungan. Terdapat sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychiatic Association, menemukan bahwa paparan polusi udara berkorelasi positif dengan peningkatan risiko gangguan psikologis, seperti skizofrenia, depresi, dan gangguan kepribadian (APA, 2023). Paparan polusi udara yang berbahaya juga dapat memperburuk kondisi psikologis seseorang yang sudah ada di ruang lingkup anak-anak. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Environmental Health Perspectives mengungkapkan bahwa, terdapat korelasi antara paparan masa pendek terhadap tingkat polusi udara yang tinggi dan pertambahan kunjungan ke rumah sakit psikiatri di golongan anak-anak (Brokamp et al., 2019). Paparan polusi dengan jangka panjang dapat memicu flek pada kulit, serangan asma, peradangan mata, iritasi pada saluran pernapasan, hingga meningkatkan kanker paru-paru (Kemenkes, 2023).
ADVERTISEMENT
Bagaimana masyarakat dapat berperan
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa polusi udara dapat menyebabkan berbagai penyakit serius. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi polusi udara harus menjadi perhatian utama. Dilansir dari World Heath Organization, bahwa pengguna kendaraan pribadi dapat mengutamakan angkutan umum yang cepat seperti kereta api listrik (KRL), jika jarak dekat dapat berjalan kaki atau bersepeda. Para pengguna juga dapat beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan bahan bakar rendah emisi, termasuk bahan bakar dengan kandungan sulfur yang rendah (WHO, 2024). Hal ini sependapat dengan (Bechtel & Churchman, 2002), bahwa adanya peningkatan biaya yang cukup tinggi dapat memaksa sejumlah besar pengguna mobil untuk memilih moda perjalanan lain yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan transportasi umum misalnya, transportasi umum. Tidak hanya itu, upaya pengurangan polusi udara juga dapat dilakukan dengan mengadakan event seperti car free day atau event lari serupa. Hal ini disebabkan karena adanya penutupan jalan yang cukup panjang akan mengurangi polusi udara pada pengguna kendaraan, seperti event lari “Electric Run”, dimana mereka berhasil mereduksi emisi karbon lebih dari 14 ton CO2 dan menjadi event nasional penyelenggaraan tanpa emisi (PLN, 2024).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Tangerang Selatan menjadi kota dengan kualitas udara yang buruk karena banyaknya pengguna transportasi pribadi dengan arus kendaraan yang konstan. Dampak dari paparan polusi udara tidak hanya berhubungan dengan kesehatan fisik, namun juga akan menyebabkan kesehatan mental masyarakat. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengurangi polusi udara yang kotor, diantaranya yaitu penggunaan transportasi umum yang ramah lingkungan dan mengadakan event-event untuk mengurangi polusi udara seperti car free day atau event lari serupa.