PPDB Zonasi dan Upaya Mengurangi Polusi

Agil Septiyan Habib
Production Planner di Perusahaan Consumer Goods di Kab. Tangerang, Pernah Kuliah di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2023 9:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agil Septiyan Habib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rumah siswa berjarak 232 meter yang tak lolos zonasi SMAN 1 Bogor. Foto: Muthia Risky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rumah siswa berjarak 232 meter yang tak lolos zonasi SMAN 1 Bogor. Foto: Muthia Risky/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polemik PPDB zonasi sedikit mereda. Kini anak-anak sekolah sudah mulai menjalani periode belajarnya kembali. Hype-nya sangat terasa karena hampir saban hari ketika berangkat ke kantor, saya selalu bersua kemacetan di jalanan yang sama. Jalan simpang empat sebelah kantor polisi.
ADVERTISEMENT
Di sana, kurang lebih 100 meter dari arah rumah saya menuju kantor polisi terdapat sebuah Sekolah Dasar (SD). Kemudian,75 meter dari perempatan jalan belok kiri terdapat sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setara Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan 50 meter lurus setelah kantor polisi terdapat dua gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) di sebelah kiri dan kanan jalan raya.
Ketika berangkat kerja menjelang pukul 07.00 WIB tak ayal terjadi kerumunan manusia yang ada di sana saling adu otot memperebutkan ruas jalan demi menjadi yang utama dan pertama melewati jalanan macet tersebut. Dengan ego mengedepankan diri sendiri maka kemacetan pun tidak terhindarkan.
Ibu-ibu dan bapak-bapak yang hendak mengantarkan anak-anaknya ke sekolah, atau para ABG tanggung yang berboncengan mengendarai sepeda motor terlihat paling gigih menerobos ruang kemacetan tersebut karena takut terlambat masuk kelas.
ADVERTISEMENT
Disisi lain, orang-orang yang hendak berangkat atau pulang kerja juga ingin bergegas sampai ke tempat tujuan masing-masing. Alhasil, situasi bukannya membaik, justru sebaliknya. Berulang kali petugas polisi harus turun tangan untuk menertibkan keadaan.
Namun, apa daya kejadian serupa kembali terulang keesokan hari. Setidaknya, mulai hari Senin sampai Jumat para pelintas jalan harus bersiap kesabaran untuk menghabiskan sebagian waktunya melalui kerumunan manusia yang ada di sana.
Tetapi, ini bukanlah semata cerita tentang kemacetan pagi hari di jalan raya. Lebih dari itu, bahwasanya PPDB Zonasi memiliki urgensi yang lebih dari sekadar keadilan sekolah bagi para siswa, yaitu tentang upaya mengurangi jumlah polusi yang belakangan memang makin mengkhawatirkan.

Zonasi Sekolah dan Transportasi Ramah Lingkungan

Ilustrasi PPDB Zonasi mempermudah peserta didik menggunakan transportasi ramah lingkungan. Foto: Pixabay/trilemedia
Saya sangat yakin sudah banyak dari kita yang tahu perihal mengapa sistem zonasi sekolah diberlakukan oleh pemerintah semenjak beberapa tahun terakhir. Dan salah satu poin penting dari sistem zonasi ini adalah mengedepankan peserta didik dengan radius tempat tinggal terdekat dari sekolah akan mendapatkan prioritas lebih untuk diterima masuk ke sekolah tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini di samping memberikan keadilan bagi penduduk sekitar sekolah untuk mendapatkan pendidikan juga sangat berdampak pada moda transportasi yang dipergunakan. Jika jarak tempuh antara rumah ke sekolah cukup jauh maka mau tidak mau kendaraan berbasis bahan bakar fosil akan menjadi pilihan utama.
Sedangkan jika jarak tempuh rumah dan sekolah relatif dekat maka penggunaan transportasi sejenis sepeda angin atau bahkan jalan kaki memiliki kemungkinan lebih besar untuk dipilih.
Memang, saat ini sudah cukup banyak peserta didik yang mengendarai sepeda motor ke sekolahnya biarpun lokasi rumahnya tidak terlampau jauh. Hanya saja, seandainya kelak muncul kebijakan siswa-siswi sekolah tidak diizinkan membawa kendaraan berbahan bakar fosil ke sekolahnya maka hal itu tidak terasa memberatkan mengingat jarak lokasi yang lebih dekat.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, zonasi sekolah akan memperbesar kemungkinan penggunaan transportasi ramah lingkungan di kalangan anak-anak sekolah.
Bukan hanya mengurangi sebab kemacetan akibat penumpukan kendaraan bermotor di jalan raya, tetapi juga kondisi tubuh anak menjadi lebih sehat seiring aktivitas fisik (jalan kaki ataupun bersepeda) yang lebih banyak.

Kesadaran Menangkal Polusi

Ilustrasi Orang Pakai Masker. Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
Menurut laporan World Air Quality (IQAir) tahun 2022 sebagaimana dirilis oleh greenpeace.org, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling berpolusi di Asia Tenggara. Sedangkan di tingkat dunia Indonesia berada pada urutan ke-26.
Bukan capaian yang bisa dibanggakan tentunya mengingat polusi udara adalah biang keladi utama krisis iklim sekarang. Dan sejauh ini, sektor transportasi masih menjadi kontributor terbesar polusi udara di Indonesia sehingga perlu adanya upaya-upaya yang terstruktur dan sistematis untuk menekan laju polutan yang makin hari semakin mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Ketika ada peluang untuk menekan laju polusi, maka sayogyanya hal itu benar-benar kita perhatikan. Termasuk apabila hal itu bisa dilakukan melalui pemberdayaan sistem zonasi yang belakangan tengah dipersoalkan bahkan tidak sedikit yang mengusulkannya agar dihapus saja.
Padahal, ada kesempatan emas untuk kita menanamkan kesadaran khususnya kepada peserta didik agar lebih mawas diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Sistem PPDB zonasi memang perlu perbaikan di beberapa segi. Namun, ketika hal itu berhasil dilakukan dan pengarahan upaya penyelamatan lingkungan juga disematkan di sana maka kita akan mendapat manfaat ganda darinya. Bukankah itu sebuah keuntungan besar?