Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Banyak Guru Masih Bingung Jalankan Kurikulum Merdeka, Kenapa Bisa Begitu?
6 April 2025 15:02 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Agnes Miranda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka resmi diluncurkan sebagai bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini disebut memberikan kebebasan lebih kepada guru dan siswa untuk menentukan arah pembelajaran. Namun, setelah lebih dari satu tahun diterapkan, masih banyak guru yang merasa bingung dan belum sepenuhnya siap menjalankannya.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kurikulum Merdeka telah diadopsi oleh lebih dari 140 ribu satuan pendidikan di Indonesia. Namun, implementasi di lapangan tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan yang paling sering muncul adalah kurangnya pemahaman guru terhadap konsep dan teknis penerapan kurikulum ini.
Perubahan yang Cukup Signifikan
Berbeda dari kurikulum sebelumnya, Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang lebih fleksibel, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik. Materi pelajaran disederhanakan, dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan modul ajar sendiri.
Menurut Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani, perubahan ini mendorong guru untuk lebih kreatif dan reflektif. Namun, ia juga mengakui bahwa tidak semua guru siap secara langsung. (Sumber: Kemendikbud.go.id, 2023)
ADVERTISEMENT
Pelatihan Masih Belum Merata
Banyak guru, terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), belum mendapatkan pelatihan intensif atau pendampingan langsung. Padahal, pemahaman terhadap modul ajar, asesmen diagnostik, dan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila sangat diperlukan dalam menjalankan kurikulum ini.
Berdasarkan hasil survei dari SMERU Research Institute (2023), sekitar 47% guru merasa belum cukup paham dengan esensi Kurikulum Merdeka. Sebagian lainnya mengalami kendala teknis seperti akses internet dan keterbatasan perangkat.
Kesiapan Infrastruktur Masih Jadi Tantangan
Penggunaan teknologi menjadi salah satu penopang Kurikulum Merdeka. Namun, tidak semua sekolah memiliki fasilitas pendukung seperti perangkat digital dan jaringan internet stabil. Ini membuat beberapa guru harus berimprovisasi untuk menyesuaikan materi dengan kondisi siswa dan sekolah.
ADVERTISEMENT
Perlu Pendampingan dan Dukungan Berkelanjutan
Untuk memastikan keberhasilan Kurikulum Merdeka, Kemendikbud telah menghadirkan platform seperti Merdeka Mengajar yang menyediakan pelatihan daring, modul ajar, dan video pembelajaran. Namun, pendampingan secara langsung serta penguatan komunitas belajar tetap dibutuhkan agar guru tidak merasa berjalan sendiri.
Dengan dukungan yang tepat, Kurikulum Merdeka diharapkan tidak hanya menjadi kebijakan di atas kertas, tetapi benar-benar bisa diimplementasikan dengan baik di setiap ruang kelas, tanpa terkecuali.