Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Apakah Kamu Percaya dengan Keberadaan UFO?
27 Juli 2022 18:33 WIB
Tulisan dari Agus Rifani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertanyaan itu sering diajukan kepada saya, "Apakah kamu percaya UFO?" Istilah UFO (Unidentified Flying Object) memang sudah populer digunakan. Namun, beberapa tahun belakangan ini sering pula digunakan istilah Unidentified Aerial Phenomena atau disingkat UAP.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2020, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) merilis tiga video UFO ke publik. Sehingga pertanyaan tersebut tampak tidak relevan. Pertanyaan yang lebih tepat barangkali begini, "Apakah kamu mengetahui tentang UFO?" Atau, "Apakah kamu sudah pernah melihat video UFO?"
Indonesia memiliki istilah khusus untuk objek ini yaitu Beta atau Benda Terbang Aneh. Istilah tersebut pertama kali dipopulerkan oleh Marsekal Muda TNI (purn) J. Salatun. Beliau adalah seorang penyelidik UFO senior di Indonesia. Beliau adalah salah satu pendiri LAPAN dan menjabat sebagai ketua LAPAN periode 1971-1978.
Ya, kata ‘percaya’ tentu merujuk pada apa yang diyakini seseorang. Meskipun tidak ada bukti, setiap orang boleh meyakini bahwa UFO benar ada. Namun, setelah tiga video UFO, yaitu Tic-Tac, Gimbal dan Go Fast, dirilis oleh Kementerian Pertahanan AS, maka kita memiliki bukti yang dapat dan harus diterima oleh semua orang. Bukti yang menunjuk bahwa UFO memang ada! Oleh sebab itu, UFO bukan lagi sesuatu yang dipercaya atau tidak. Namun, merupakan objek yang dapat diteliti keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Bentuk UFO Tic Tac, Gimbal dan Go Fast?
Gambar di atas memperlihatkan sebuah UFO yang disebut Gimbal. Ini adalah salah satu dari tiga video UFO yang dibuka ke publik oleh Kementerian Pertahanan AS pada tahun 2020. UFO Gimbal direkam dengan kamera inframerah dari pesawat tempur Angkatan Laut AS, F/A-18 Super Hornet pada tahun 2014. Video rekaman tersebut memperlihatkan sebuah objek yang dapat melayang di udara dan berputar pelan pada porosnya.
Sementara itu, video lain memperlihatkan UFO Go Fast yang direkam pada tahun 2015 dengan instrumen tercanggih yang dimiliki Angkatan Laut AS yaitu Raytheon ATFLIR (Advanced Targeting Forward-Looking Infrared). Terdengar pula dalam rekaman video tersebut, pilot dan operator sistem senjata berteriak senang karena dapat mengunci layar kamera pada objek yang sedang bergerak sangat cepat di atas permukaan laut. Bentuk objek tersebut sama seperti UFO Tic Tac, yaitu berbentuk kapsul obat dengan dimensi menyamai ukuran pesawat jet tempur.
ADVERTISEMENT
Rekaman lain adalah UFO Tic Tac atau yang juga dikenal dengan nama FLIR. Objek ini direkam oleh pilot Chad Underwood yang sedang terbang dengan pesawat tempur F/A-18 Super Hornet. Saat itu (2004) sedang dilakukan latihan tempur dari kapal induk USS Nimitz Carrier Strike Group di pantai selatan California.
Sebelumnya, Tic Tac juga terekam radar pada kapal induk USS Princeton (CG-59). Objek ini terlihat turun dengan sangat cepat dari ketinggian 24 km ke ketinggian 6 km di permukaan laut. Pilot pesawat tempur lain, bersama kru mereka, juga dapat melihat UFO Tic Tac. Mereka memperkirakan objek tersebut berukuran 12 m, berwarna putih dan berbentuk oval (kapsul). Saat itu mereka melihat Tic Tac sedang melayang dan bergerak acak di atas permukaan laut yang tampak berbuih. Ketiga video UFO dapat diunduh dari laman The Freedom of Information Act (FOIA) Angkatan Laut AS.
ADVERTISEMENT
Usaha Mempelajari UFO
Menariknya, objek UFO selama ini seringkali dihubungkan dengan Alien. Ya, memang tidak mesti demikian. UFO sederhananya adalah objek anomali, dia tidak seharusnya ada di situ. Langit tidak mungkin berisi objek yang dapat terbang dengan percepatan ratusan g tanpa ada jejak panas atau sayap pada objek tersebut.
Kenyataannya, video Tic Tac yang direkam pada tahun 2004 menunjukkan keberadaan objek tersebut dengan ciri-ciri diatas. Objek itu dilihat oleh pilot dan kru pesawat selama berhari-hari, dideteksi oleh radar kapal dan terekam dalam kamera inframerah pesawat tempur. Berdasarkan informasi radar, objek tersebut paling tidak berasal dari ketinggian 24 km.
Dengan demikian, UFO memang sebuah anomali. Namun ini bukan alasan untuk mengabaikan data tentang UFO. Justru sebuah anomali mengisyaratkan adanya teori baru yang perlu diungkap oleh para ilmuwan. Kata 'anomali' juga digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sebagai nama unit yang menyelidiki UFO, yaitu All-domain Anomaly Resolution Office (AARO).
ADVERTISEMENT
Mengutip keterangan pers dari situs Kementerian Pertahanan AS, AARO bertujuan menyelaraskan usaha antara Kementerian Pertahanan dengan Departemen Federal dan lembaga lainnya di AS dalam mendeteksi, mengidentifikasi, dan mitigasi objek anomali di udara maupun di dalam air. Unit tersebut menggantikan unit yang telah dibentuk pada tahun 2021 yaitu Airborne Object Identification and Management Group (AOIMSG).
Penelitian tentang UAP tidak hanya dilakukan oleh pihak militer. Pada tanggal 9 Juni 2020, lembaga antariksa dan ruang angkasa AS, yaitu NASA mengumumkan akan membentuk tim untuk mempelajari UAP. Tim tersebut akan dipimpin oleh seorang astronom dari Princeton University, yaitu Prof. David Spergel.
Begitu juga dengan akademisi di perguruan tinggi. Pada tahun 2021, Prof. Avi Loeb, seorang astronom dari Harvard University membangun proyek penelitian bernama Galileo Project. Tujuan proyek penelitian ini, salah satunya adalah untuk mendapatkan foto UAP dari sistem pendeteksi yang dipasang di suatu daerah.
ADVERTISEMENT
Proyek penelitian serupa juga dilakukan oleh Prof. Hakan Kayal dari Julius Maximilian University of Würzburg di Jerman. Pada situs kelompok penelitiannya dijelaskan bahwa mereka akan melakukan penelitian dengan memasang kamera yang dapat mendeteksi objek UFO di atmosfer Bumi. Selain itu mereka juga akan menerapkan algoritma kecerdasan buatan untuk memilah secara otomatis antara objek yang merupakan UFO dan bukan UFO.
Menariknya, tidak hanya lembaga penelitian dan militer yang mengusahakan penelitian tentang UFO. Suatu negara di benua Eropa, yaitu San Marino, dilaporkan oleh situs Liberation Times, tengah mengusulkan pembentukan badan di PBB untuk mempelajari masalah UFO.
Sementara itu, di Indonesia, usaha serupa di perguruan tinggi seperti diatas telah dilakukan dengan membuka Mata Kuliah Fisika UFO (sebagai Mata Kuliah Kapita Selekta) pada Program Studi Fisika di Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan. Tentu usaha ini adalah langkah awal untuk membuka wawasan mahasiswa dan masyarakat umum mengenai keberadaan fenomena UFO atau yang kini dikenal dengan nama UAP.
ADVERTISEMENT
Sampai di sini, tentu kita bisa memahami bahwa UFO bukan lagi mengenai kepercayaan. Namun mengenai apa yang dapat kita ketahui. Apa yang dapat kita ketahui tentu berbanding lurus dengan sejauh mana penelitian dapat dilakukan. Membaca usaha-usaha penelitian yang mulai dilakukan diatas pada beberapa tahun belakangan ini, sepertinya kita dapat berharap bahwa realitas UFO dapat segera terkuak dengan jelas.