Konten dari Pengguna

Siapapun Menterinya, Karakter Siswa Tetap Jadi Fokus Utama

Agus Saeful Anwar
Dosen UM Kuningan - Penikmat Literasi
5 November 2024 11:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Saeful Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto dokumentasi pribadi, mahasiswa saat pembelajaaran di kelas. Selasa (5/11/2024
zoom-in-whitePerbesar
Foto dokumentasi pribadi, mahasiswa saat pembelajaaran di kelas. Selasa (5/11/2024
ADVERTISEMENT
Perubahan menteri pendidikan di Indonesia seringkali diiringi harapan dan kecemasan. Dengan pelantikan menteri yang baru, masyarakat kembali dihadapkan pada pertanyaan krusial: akan seperti apa arah pendidikan kita ke depan? Namun, satu hal yang tidak boleh dilupakan di tengah pergeseran kebijakan dan jargon yang berganti, yaitu fokus utama pendidikan seharusnya tetap pada karakter siswa.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia yang semakin kompleks ini, pendidikan bukan sekadar tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih jauh lagi yaitu membangun karakter. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, pernah menegaskan, "Sistem pendidikan yang baik adalah yang mampu mengembangkan jiwa dan budi pekerti anak." Kita perlu merenungkan makna ini lebih dalam. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya menghasilkan siswa yang pintar secara akademis, tetapi juga yang memiliki moralitas dan integritas yang tinggi.
Di era digital dan globalisasi saat ini, tantangan yang dihadapi siswa kian berat. Penyimpangan perilaku, seperti bullying, penyalahgunaan narkoba, dan kejahatan siber, semakin marak. Kasus-kasus ini adalah alarm bagi kita semua bahwa pendidikan karakter harus diutamakan. Ironisnya, di tengah gencarnya program dan kebijakan baru, perhatian terhadap pengembangan karakter justru sering terabaikan. Siswa dipaksa untuk mengejar nilai tinggi dan prestasi akademis, tanpa diimbangi dengan pendidikan moral yang memadai.
ADVERTISEMENT
Dengan hadirnya menteri pendidikan yang baru, ada harapan baru untuk mengoreksi arah pendidikan yang mungkin tersesat. Namun, kita perlu waspada. Apakah kebijakan yang dicanangkan benar-benar mengedepankan pendidikan karakter, atau justru akan terjebak dalam rutinitas prestasi semu? Penting bagi menteri baru untuk mendengarkan suara masyarakat dan menjadikan karakter sebagai bagian integral dari setiap kebijakan pendidikan.
Kurikulum pendidikan harus dirancang tidak hanya untuk memenuhi standar akademik, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Sekolah seharusnya berfungsi sebagai benteng karakter, di mana siswa belajar untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berintegritas. Kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan soft skills, dan pendidikan kewarganegaraan harus diperkuat untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berjiwa sosial.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kita semua, pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat harus bersinergi. Komitmen bersama untuk memperkuat pendidikan karakter adalah kunci untuk menghadapi tantangan masa depan. Siapapun menterinya, mari kita ingat bahwa pendidikan sejati adalah tentang membangun karakter siswa yang kuat, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang bermanfaat dan berkontribusi positif bagi bangsa. Sudah saatnya kita menjadikan karakter sebagai prioritas utama, bukan sekadar pelengkap dalam perjalanan pendidikan.