Konten dari Pengguna

Bule Nggak Kenal Masuk Angin, Orang Indonesia Kok Gampang Banget Kena?

Agustiansyah Amanda
Alumni Universitas Airlangga-Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mahasiswa S2 Universitas Negeri Surabaya- Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
24 September 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Bule Nggak Kenal Masuk Angin, Orang Indonesia Kok Gampang Banget Kena?
“Masuk angin” cuma ada di Indonesia dan nggak dikenal dalam dunia medis maupun budaya Barat. Uniknya, orang Indonesia gampang banget merasa sakit setelah kena angin, sementara bule kuat aja.
Agustiansyah Amanda
Tulisan dari Agustiansyah Amanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang yang sakit masuk angin. Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang yang sakit masuk angin. Shutterstock
ADVERTISEMENT
Baru kena angin sebentar, orang Indonesia langsung bilang “masuk angin”. Padahal kalau kita lihat bule di luar negeri, mereka bisa santai jalan pakai kaus tipis meski udara dingin menusuk. Aneh kan? Kok bisa mereka tahan, sementara kita gampang banget merasa sakit gara-gara angin?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan ini sering bikin penasaran: apakah tubuh orang Indonesia memang lebih “lemah” dibanding orang luar? Atau sebenarnya karena kebiasaan kita sendiri yang terlalu protektif terhadap angin dan udara dingin?
Fenomena ini nggak cuma soal budaya, tapi juga ada penjelasan ilmiahnya. Kebiasaan kita menutup tubuh rapat-rapat dan selalu menghindari angin ternyata membuat tubuh kurang terlatih untuk beradaptasi.

Masuk Angin Itu Budaya, Bukan Diagnosis Medis

Kalau kita sakit kepala, perut kembung atau badan meriang, seringnya langsung dibilang “masuk angin”. Padahal istilah ini cuma dikenal di Indonesia dan nggak ada dalam kamus medis. Di luar negeri, kondisi yang mirip biasanya dijelaskan sebagai flu ringan, perut kembung karena gas, atau sekadar kelelahan. Jadi, “masuk angin” sebenarnya lebih ke cara budaya kita menjelaskan rasa nggak enak badan.
ADVERTISEMENT
Studi dari Frontiers in Psychology (Anggoro & Jee, 2021) menjelaskan bahwa, mayoritas anak-anak dan orang dewasa awam Indonesia percaya masuk angin disebabkan oleh paparan angin atau udara dingin, bukan kuman dan dianggap tidak menular. Menariknya, bahkan orang dewasa yang sudah memahami teori kuman tetap mempertahankan keyakinan budaya ini. Fenomena ini menunjukkan bahwa teori ilmiah dan keyakinan tradisional bisa hidup berdampingan dalam pikiran masyarakat.

Kebiasaan Menutup Tubuh Justru Membatasi Adaptasi

Sejak kecil, kita sering diperingatkan: “Jangan kena angin malam, nanti masuk angin!”. Akibatnya, tubuh terbiasa selalu “dilindungi”. Padahal, secara fisiologis tubuh punya mekanisme adaptasi alami terhadap dingin, seperti menggigil untuk menghasilkan panas, atau mempersempit pembuluh darah agar suhu tetap stabil. Kalau tubuh jarang dilatih, sistem ini jadi kurang responsif.
ADVERTISEMENT

Studi Ilmiah tentang Adaptasi Suhu

Ilustrasi masuk angin Foto: aslysun/Shuttterstock
Penelitian internasional juga menunjukkan bahwa orang yang sering terpapar udara dingin justru lebih tahan terhadap perubahan suhu. Misalnya, orang yang tinggal di negara dengan musim dingin punya metabolisme yang lebih terlatih menghasilkan panas (dari jaringan lemak cokelat). Itulah kenapa mereka bisa pakai baju tipis meski udara dingin, sedangkan kita yang terbiasa iklim tropis cepat merasa kedinginan.

Psikologi & Sugesti Juga Berperan

Selain faktor fisiologis, sugesti juga punya pengaruh besar. Karena dari kecil kita dicekoki dengan istilah “masuk angin”, otak jadi lebih cepat menafsirkan rasa sedikit meriang sebagai gejala masuk angin. Di luar negeri, orang dengan gejala yang sama mungkin cuma bilang “lagi flu ringan” tanpa mengaitkannya dengan angin.
ADVERTISEMENT

Solusi Agar Tubuh Tidak Mudah Masuk Angin

Bukan berarti kita harus langsung cuek sama angin, tapi ada beberapa cara agar tubuh lebih kuat beradaptasi:
Jadi, kenapa orang Indonesia gampang banget bilang “masuk angin” sementara orang luar nggak? Jawabannya ada pada kombinasi budaya, adaptasi tubuh, dan sugesti. Bukan berarti tubuh kita lemah, tapi karena cara kita membiasakan diri berbeda.
ADVERTISEMENT
Mulai sekarang, jangan terlalu takut sama angin. Biarkan tubuh belajar beradaptasi, karena justru dari situ ketahanan kita terbentuk.