Konten dari Pengguna

Ibu sang Rahim Peradaban

Ahmad Haetami
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Pamulang.
25 Juli 2023 8:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Haetami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto; Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto; Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara tentang ibu berarti berbicara tentang perempuan. Pembahasan mengenai perempuan banyak didiskusikan dalam beberapa bidang kajian, seperti dalam ruang kelas, ruang kampus dan dalam ruang-ruang lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, pembahasan ini ternyata lebih mengarah kepada perempuan sebagai objek pemikiran, bukan menjadi subjek pemikiran yang terlibat langsung dalam wacana pemikiran tentang perempuan.
Tidak heran jika pada akhirnya pada forum diskusi tersebut akan dipenuhi oleh nama laki-laki dan perempuan yang menjadi pembahasan dalam forum tersebut.
Masih baik jika pembahasan tersebut berbicara tentang peran perempuan dalam ranah sosial, tentang kesetaraan gender, dan tentang keadilan. Tetapi ternyata tidak semua demikian, ada beberapa pandangan yang justru terkesan mengecilkan perempuan dalam ranah social.
Konstruksi sosial masyarakat kita, masih banyak yang menempatkan posisi laki-laki dan perempuan pada keadaan yang tidak setara. Keadaan yang demikian kemudian berimbas kepada persoalan akses, termasuk akses dalam bidang pendidikan.
Ilustrasi gender. Foto: oatawa/Getty Images
Pendidikan bagi laki-laki dianggap lebih penting daripada perempuan karena laki-laki adalah pencari nafkah, pemimpin keluarga, dan pengambil keputusan dalam berbagai hal. Sementara perempuan dianggap "hanya" sebagai pendamping laki-laki yang mengurus ranah keluarga sehingga tidak perlu memiliki pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses pendidikan, serta berperan dalam ranah sosial. Islam sangat menghormati dan menghargai laki-laki dan perempuan secara mutlak di hadapan Sang Pencipta.
Bahkan Islam menghapus diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, menganggap keduanya setara dan memberikan kebebasan kepadanya untuk saling melengkapi satu sama lain. Keduanya juga bisa berlomba-lomba untuk menggapai kebaikan tanpa ada diskriminasi.
Seperti halnya laki-laki, perempuan juga memiliki peran yang sangat strategis dalam keluarga, salah satunya sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. Inilah yang menuntut adanya pendidikan yang memadai bagi perempuan. Ada istilah yang mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak.
Oleh karenanya, peran perempuan sangat dibutuhkan dalam membangun peradaban. Peningkatan kualitas dan kedudukan perempuan melalui pendidikan adalah menjadi sebuah keniscayaan yang harus diperjuangkan dalam pembangunan tersebut.
Ilustrasi mengajarkan anak berdoa Foto: Shutterstock
Untuk membangun peradaban butuh guru yang mumpuni, butuh teladan yang baik. Maka perempuan harus cerdas, perempuan harus mapan, dan perempuan harus kuat. Untuk melahirkan peradaban yang lebih baik, harus dimulai dari diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Perempuan akan dapat memberikan kontribusinya yang begitu penting bagi bangsa ini jika para perempuannya adalah perempuan yang berpikir maju, yang cerdas, dan berkepribadian luhur.
Jika kita membuka lembar sejarah, betapa setiap orang hebat di dunia ini terlahir dari seorang sosok ibu yang hebat pula. Selain itu, pemimpin-pemimpin (laki-laki) yang hebat, tidak hanya terlahir dari ibu yang hebat, tetapi juga karena didampingi oleh istrinya yang hebat pula.
Para perempuan hebat, cerdas, progresif, visioner, dan berakhlakul karimah inilah yang menjadi perempuan yang sangat berharga bagi bangsa ini.