Warung Prasmanan Mama Titik: Legenda bagi Para Mahasiswa Perantau di Surabaya

Ahmad Syarifudin Firdaus
Saya merupakan mahasiswa program studi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga. Saya memiliki sejumlah pengalaman di bidang public speaking seperti menjadi pembawa acara dan moderator. Saat ini saya memfokuskan diri saya dalam bidang jurnalistik.
Konten dari Pengguna
29 Desember 2022 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Syarifudin Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Warung Prasmanan Mama Titik di pagi hari yang sudah dipenuhi oleh pembeli yang sedang mengantre untuk sarapan (Dokumentasi Penulis).
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Warung Prasmanan Mama Titik di pagi hari yang sudah dipenuhi oleh pembeli yang sedang mengantre untuk sarapan (Dokumentasi Penulis).
ADVERTISEMENT
Merantau di kota besar memiliki tantangan tersendiri bagi sebagian orang. Itulah yang dirasakan bagi para mahasiswa yang mengenyam bangku perguruan tinggi di Kota Surabaya, Jawa Timur. Bukan hanya harus beradaptasi dengan iklim Surabaya yang terkenal panas, mereka juga harus menyesuaikan diri dengan biaya hidup yang tinggi, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Banyaknya mahasiswa perantau dari berbagai daerah di Indonesia ini membuat kebutuhan pangan juga semakin meningkat yang menyebabkan sejumlah industri kuliner menjamur di Kota Pahlawan ini.
ADVERTISEMENT
Namun, di antara banyaknya industri kuliner yang bermunculan, ada satu warung legendaris yang sejak lama mampu menarik hati para mahasiswa, yakni Warung Prasmanan Mama Titik. Warung ini berlokasi di Jalan Jojoran I No. 32, Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya dan berada di daerah yang sangat strategis karena hanya berjarak 200 meter dari Kampus B Universitas Airlangga.
Warung yang sudah berdiri sejak tahun 1995 ini mengangkat konsep prasmanan yang memberikan keleluasaan bagi para pembelinya untuk melakukan pelayanan sendiri (self-service) dan membayar sesuai dari apa yang diambilnya. Konsep “self-service” inilah yang dipercaya mampu menarik hati para mahasiswa, khususnya mahasiswa perantau. Ini juga menjadi pertimbangan bagi para mahasiswa, utamanya ketika mereka menghadapi “momentum krisis uang” di akhir bulan sehingga mereka lebih memilih untuk mengisi perut kosongnya di warung ini.
ADVERTISEMENT
“Kalau di tempat lain tuh harganya udah paten ‘kan? Misalnya kita beli nasi goreng dengan harga Rp15.000,00, ya Rp15.000,00 itu harga patennya, jadi kalau uang kita di dompet tersisa Rp10.000,00 mau nggak mau ya nggak bisa makan, kalau di sini—Warung Prasmanan Mama Titik—tuh kita bisa pilih apa pun yang kita pinginin sesuai dengan isi dompet kita sendiri,” ujar Shabrina (18), salah seorang mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang berkunjung di Warung Prasmanan Mama Titik, Selasa (28/6).
Pemilik Warung Prasmanan Mama Titik mengungkapkan jika konsep prasmanan yang diangkatnya bukan semata-mata untuk mencari keuntungan, namun juga bertujuan untuk saling membantu antar sesama yang membutuhkan. Dirinya menjelaskan jika banyak orang di luaran sana yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Surabaya, bahkan hanya sekadar untuk makan. Warung makan yang dirintisnya sejak 27 tahun lalu ini diharapkan mampu menjadi “penolong” bagi orang-orang tersebut, termasuk di dalamnya adalah para mahasiswa perantau.
ADVERTISEMENT
“Kalau untung, ya, alhamdulillah setiap hari untung, sedikit maupun banyak tetap harus disyukuri, toh, kita tujuannya bukan hanya berdagang, tapi juga membantu sesama, insyaallah bisa jadi ladang berkah,” ujar penjaga warung di Warung Prasmanan Mama Titik.
Warung Prasmanan Mama Titik menyajikan pilihan lauk dan sayur yang beraneka macam, mulai dari telur goreng, ayam goreng tepung, sayur capcai, sayur bayam, sayur lodeh, dsb. Para mahasiswa mengaku senang karena mereka bisa memilih lauk sesuka hati mereka sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Di samping itu, cita rasa makanannya yang enak dan kondisi warung yang bersih membuat warung legendaris ini mampu tetap eksis meskipun berbagai industri kuliner lain yang mulai menjamur di Surabaya.
ADVERTISEMENT
“Aku tadi ambil lauk ayam sama perkedel, sih, dan yang aku suka di sini tuh selain rasanya enak, juga karena pilihan lauknya banyak banget, jadi aku pribadi nggak gampang bosen,” ujar Nisa (20), salah seorang mahasiswa Universitas Airlangga yang berlangganan sarapan di Warung Prasmanan Mama Titik, Selasa (28/6).
Kemasyhuran dari warung ini bermula hanya dari mulut ke mulut para mahasiswa dari awal berdirinya hingga saat ini. Di tengah kecanggihan teknologi saat ini, sebenarnya bukan perihal sulit bagi seseorang untuk mempromosikan sebuah produk atau kegiatan dengan bantuan media sosial.
“Aku tahu Warung Mama Titik ini dari cuitan teman-teman di Twitter,” ujar Nisa (20) ketika diwawancarai, Selasa (28/6) lalu.
Para pelanggan setia Warung Prasmanan Mama Titik pun mengaku selalu merekomendasikan warung ini sebagai salah satu tempat makan yang harus dikunjungi. Rekomendasi ini disampaikan baik secara lisan maupun unggahan mereka di media sosial pribadinya.
ADVERTISEMENT
Berhasil menjadi warung legendaris tak lantas membuat Warung Prasmanan Mama Titik berhenti berinovasi. Justru gelar “Warung Legenda” yang tersemat dalam hati setiap pelanggannya membuat warung ini terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggannya.
“Harapan saya buat warung ini ke depannya ya semoga diberikan kelancaran, seperti itu saja sih, Mas,” ujar penjaga warung.