Konten dari Pengguna

Cuan Mana, Jadi Entrepreneur atau Investor Saham?

Aidil Akbar Madjid - Financial Planner
Youtube Aidil Akbar Channel, IG @aidilakbarmadjid & @aidilakbarofficial Perencana Keuangan, doyan ngomong and nulis (berbagi). Suka coklat & kopi. Fb & twit @aidilakbar
28 Juli 2021 12:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aidil Akbar Madjid - Financial Planner tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mau jadi entrepreneur atau investor saham, kedua pekerjaan ini punya tantangan dan risiko masing-masing. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Mau jadi entrepreneur atau investor saham, kedua pekerjaan ini punya tantangan dan risiko masing-masing. Foto: Shutterstock.
Seperti pepatah “banyak jalan menuju Roma”, banyak juga jalan untuk mendapatkan cuan. Dua dari banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan cuan adalah menjadi seorang entrepreneur atau berinvestasi saham.
Dari dua pilihan tersebut, kira-kira mana yang lebih menguntungkan?
Menjadi entrepreneur bukanlah pekerjaan yang mudah, mengingat ada waktu dan tenaga yang harus disediakan untuk menjalankan bisnis jika ingin menghasilkan cuan secara optimal.
Anda juga harus memiliki modal yang cukup “banyak” jika ingin menjadi entrepreneur. Bukan sekadar modal uang, tetapi juga modal keterampilan hingga kemampuan networking.
Memang, cuan yang ditawarkan dari membuka usaha sendiri itu menggiurkan. Namun, risiko yang bisa menimpa usaha Anda juga tak kalah besar. Statistik menyatakan, sebanyak 9 dari 10 bisnis ditemukan goyah dan tutup di tahun pertama. Melihat hal ini, timbul pertanyaan: apakah Anda siap menerima risikonya?
Belum lagi, pandemi membuat kondisi ekonomi menjadi lesu. Hingga pertengahan 2021, pandemi masih belum berakhir. Bila Anda membuka usaha di tahun ini, tantangan mengembangkan usaha tersebut akan lebih besar dibandingkan membuka usaha sebelum pandemi.
Kendati demikian, hal di atas tidak berarti Anda harus urung semangat untuk menjadi entrepreneur sejati. Jika Anda siap dengan segala tantangan yang ada, entrepreneurship bisa jadi lahan yang basah dan subur untuk mendapatkan cuan.
Apakah jadi entrepreneur lebih cuan? Foto: Shutterstock.
Lalu, bagaimana dengan pilihan kedua, yaitu berinvestasi saham? Apakah menjadi investor saham berpotensi memberikan cuan? Bukankah pasar modal adalah sektor yang juga terdampak selama pandemi?
Yup, benar. Namun tahukah Anda, bahwa ada beberapa saham yang justru mengalami kenaikan di masa pandemi?
Hal itu terlihat dari beberapa saham pada periode 2 Maret 2020 hingga 2 Maret 2021 yang mengalami kenaikan harga fantastis. PT Aneka Tambang (ANTM) menyentuh kenaikan 374,78 persen dalam setahun. Tidak hanya itu, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga melonjak 104,60 persen dalam setahun.
Kedua saham ini adalah contoh, bukan berarti disarankan untuk Anda. Anda perlu terlebih dahulu sehat secara keuangan, sudah menentukan tujuan keuangan, mengerti apa itu saham, paham risiko saham dan mengetahui profil risiko Anda sendiri.
Selain itu, memilih saham juga tidak bisa asal-asalan. Alih-alih dapat cuan, salah pilih saham dapat membuat keuangan Anda berantakan. Karenanya, menentukan saham pilihan menjadi sebuah hal yang penting jika Anda ingin cuan dari investasi saham.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk melihat apakah saham ini berpotensi mendatangkan cuan ataukah justru akan “tenggelam”. Salah satunya, Anda bisa melakukan analisis fundamental saham, seperti yang dilakukan Warren Buffet.
Analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan, kondisi ekonomi dan industri sejenis. Analisis ini biasanya menggunakan beberapa indikator perusahaan yang tertera melalui laporan keuangan perusahaan.
Memang tidak mudah, tapi analisis fundamental merupakan hal yang harus dilakukan jika Anda ingin benar-benar mengetahui, apakah saham yang Anda akan pilih adalah saham dari perusahaan yang baik?
Untuk pemahaman yang mendalam, selanjutnya Anda juga bisa melihat apa yang dilakukan oleh jajaran manajemen dari perusahaan saham tersebut. Mulai dari pertanyaan, apakah ada akuisisi, merger, atau kebijakan lain yang berdampak pada sisi fundamental perusahaan?
Hal ini penting untuk dilakukan, karena kebijakan yang diambil oleh jajaran manajemen atau yang lebih akrab disebut “aksi korporasi” ini tidak hanya berdampak pada sisi fundamental perusahaan, tetapi juga pada tren saham terkait di market.

KB Kookmin dan dampak positif aksi korporasi

Contoh dari aksi korporasi yang memberikan dampak positif adalah masuknya KB Kookmin sebagai pemegang saham pengendali (PSP) Bank KB Bukopin. Setelah masuknya KB Kookmin, sentimen positif kepada KB Bukopin terus meningkat. KB Kookmin merupakan bagian dari KBFG yang merupakan grup finansial terbesar di Korea Selatan.
Ditambah lagi dengan adanya aksi korporasi Penawaran Umum terbatas V di tahun 2020. Hal ini berhasil membuat pergerakan saham BBKP mengalami peningkatan. Setelah setahun, saham BBKP mengalami kenaikan dari Rp 183.14 per lembar (8 Juni 2021) menjadi Rp 474.00 per lembar (4 Juni 2021). Dengan kata lain, BBKP naik sekitar 258 persen dalam setahun.
Melalui surat keterbukaan informasi kepada para pemilik sahamnya, saat ini KB Bukopin akan membuka kembali Penawaran Umum Terbatas VI dengan melepas 35.214.288.984 lembar saham kelas B dengan harga Rp 100.00 per lembarnya.
Jika diprediksi, aksi korporasi ini akan memberikan lebih banyak sentimen positif kepada saham BBKP dan terus mendongkrak harga per lembarnya seperti yang terjadi pada PUT V di tahun 2020 lalu.
Perlu diingat, KB Kookmin sebagai PSP tentunya ingin KB Bukopin menjadi perusahaan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Ketika peningkatan yang baik terjadi, tentunya KB Bukopin akan memperoleh prominence sehingga dapat mendapatkan predikat top ten Bank di Indonesia. Jika berhasil direalisasikan, tentu harga saham KB Bukopin juga akan ikut “terkerek” naik.
Yakin mau jadi investor saham? Foto: Shutterstock.
Bila nilai sahamnya “terkerek” naik, para pemegang saham akan mendapatkan cuan berupa kenaikan harga per lembar saham saat mereka menjual kepemilikan sahamnya (selama pembelian saham dilakukan saat harga lebih rendah setelah adanya kenaikan). Jika setahun ke belakang saja kenaikan nilai saham mencapai 240 persen, bayangkan kenaikan yang bisa diperoleh 4 hingga 5 tahun lagi.
Dari sini, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan saham BBKP sebagai salah satu alternatif investasi untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang yang ingin dicapai 4 atau 5 tahun lagi.
Atau bisa juga, cuan ditahan untuk tidak dicairkan demi membiayai berbagai tujuan keuangan yang ingin dicapai di masa depan yang masih jauh. Pastinya Anda sudah tidak asing dengan saham yang digunakan sebagai instrumen keuangan jangka panjang, bukan?
Yang paling penting, apa pun pilihan Anda (baik itu entrepreneur atau investor saham), sesuaikan cara yang Anda pilih untuk mendapat cuan dengan situasi dan kondisi Anda saat ini. Jangan sampai pilihan Anda hanya didasarkan oleh tren atau sekadar ikut-ikutan.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan KB Bukopin