Muktamar Muhammadiyah Ke 48: Mengatasi Xenofobia Melalui Dakwah Digital

Ainayah Syifa Hendri
Saya adalah seorang mahasiswi S2 jurusan Informatika di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini saya sedang menjalankan bisnis di bidang pendidikan, kuliner, dan jasa.
Konten dari Pengguna
7 Desember 2022 14:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ainayah Syifa Hendri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kota Surakarta - Lokasi Muktamar Muhammadiyah Ke 48. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Kota Surakarta - Lokasi Muktamar Muhammadiyah Ke 48. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah telah resmi mengadakan Sidang Pleno I yang ke 48. Sidang Pleno I ini di laksanakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta secara online pada 5 November 2022, namun peserta tetap mengikuti jalannya sidang dengan sangat khidmat.
ADVERTISEMENT
Materi yang dibahas pada Sidang Pleno I Muktamar Muhammadiyah ke 48 merupakan agenda penting demi kemudahan bersama. Ada satu agenda utama yaitu mendengarkan anggota Muktamar dari 34 Provinsi memberikan pendapat mengenai materi yang telah dipersiapkan oleh PP Muhammadiyah.
Melalui Muktamar, Muhammadiyah-‘Aisyiyah membahas isu-isu yang strategis dalam bidang keumatan, kebangsaan, serta kemanusiaan secara universal. Isu keumatan dibagi menjadi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Rezimentasi Agama
2. Kesalehan Digital
3. Ukhuwah Islamiyah
4. Penguatan tata kelola akuntabilitas filantropi Islam
5. Moderasi
6. Cara bagaimana agama mencerahkan.
Selanjutnya terdapat isu kebangsaan yang menjadi salah satu isu penting, yang terbagi menjadi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Usaha untuk memperkuat pertahanan keluarga
2. Reformasi dalam sistem pemilu
ADVERTISEMENT
3. Deretan kepemimpinan 2024
4. Evaluasi penyalahgunaan deradikalisasi
5. Memperkuat keadilan dalam hukum
6. Penataan ruang umum yang inklusif serta adil
7. Memperkokoh regulasi sistem reseliensi bencana
8. Mengantisipasi usia manula
9. Memperkokoh integritas dalam lingkup nasional.
Serta isu kemanusiaan secara universal juga terbagi menjadi beberapa sub isu strategis sebagai berikut:
1. Membangun tata dunia yang adil dan damai
2. Sosial regulasi sebagai dampak perubahan iklim
3. Mengatasi kesenjangan antar negara
4. Menguatnya xenofobia termasuk Islamofobia.
Mengenai isu kemanusiaan secara universal, salah satu isu strategis yang dibahas adalah menguatnya xenofobia termasuk Islamofobia. Kasus xenofobia ini sudah sering terjadi, namun istilah ini seketika menjadi topik hangat di twitter akhir-akhir ini. Xenofobia merupakan ketakutan terhadap sesuatu yang dianggapnya asing, baik dari segi budaya, agama, kebiasaan maupun faktor lainnya. Hal ini membuat xenofobia bisa menjadi alasan kuat beberapa kelompok menjadi Islamofobia.
ADVERTISEMENT

Mengenal Xenofobia Penyebab Islamofobia

Kesenjangan antar umat beragama ini sangatlah tidak baik jika terus-menerus dibiarkan, karena bisa merugikan bahkan mampu merenggut korban jiwa. Xenofobia ini selalu disamakan dengan homophobia dan rasisme, padahal terdapat perbedaan mendasar di antara ketiga isu tersebut. Perbedaan homophobia dan rasisme terletak pada diskriminasi hal tertentu yang didasarkan melalui karakteristik, sedangkan xenofobia menilai melalui pandangan seseorang yang berasal dari luar kelompoknya.
Biasanya orang yang mengidap xenofobia merasa bahwa budaya atau bangsanya lebih unggul, ingin menjauhi orang asing dari kelompoknya, serta yang lebih fatal adalah kemungkinan melakukan sesuatu yang merugikan orang asing dari kelompoknya. Hal ini disebabkan karena orang yang mengidap xenofobia merasa takut terpengaruh oleh kaum imigran. Inilah alasan mengapa xenofobia menjadi salah satu isu penting yang di masukkan dalam pembahasan Muktamar Muhammadiyah ke 48. Jika xenofobia semakin menguat di dalam suatu lingkungan, maka jumlah kaum Islamofobia juga akan semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini terjadi di negara yang kita pikir tenang dan damai yaitu Selandia Baru, ternyata terdapat masalah yang berkaitan dengan xenofobia dan Islamofobia. Imigran yang beragama minoritas disana ternyata merasakan dampak dari xenofobia dan Islamofobia. Mereka kesulitan untuk melanjutkan kegiatan dan kelangsungan hidupnya terutama dalam segi ekonomi. Bahkan bukan itu saja, di Indonesia juga terdapat kasus xenofobia termasuk Islamofobia di dalamnya, walaupun mayoritas masyarakat di Indonesia merupakan penganut agama Islam.
Hal inilah yang menyebabkan xenofobia dan Islamofobia termasuk dalam isu kemanusiaan secara universal, dan harus segera diantisipasi. Melalui diskusi akbar ini, permasalahan-permasalahan yang terjadi akan dicari jalan keluarnya namun tidak melenceng dari jalur dakwah. Seperti yang kita ketahui, Islamofobia adalah perasaan yang takut terhadap Islam bahkan bisa saja rasa benci terhadap Islam.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya Islam sudah melarang xenofobia karena termasuk tindakan tercela, dalam QS. Al-Hujurat ayat 11 telah dijelaskan mengenai larangan untuk menghina suatu kaum dan membenci perbedaan. Karena penting bagi kita sebagai umat manusia hidup saling bertoleransi dan menghargai setiap perbedaan yang merupakan kunci dari sebuah perdamaian.
Namun, masih banyak sekali kelompok-kelompok lain yang memiliki pola pikir bahwa hanya kelompoknya lah yang paling unggul dari kelompok lain terutama kelompok asing. Mereka seakan takut untuk berbaur dengan kelompok yang mereka takuti padahal persatuan dan saling menghargai bukanlah ide yang buruk.
Hal ini lah yang membuat xenofobia apabila semakin menguat di dalam lingkungan masyarakat, maka akan semakin besar pula berdampak pada Islamofobia bagi kaum tertentu. Ditambah lagi, saat ini media sosial sudah mampu mengubah pandangan seseorang terhadap suatu kaum, apabila kita tidak bisa memilah mana yang fakta maupun hoax. Ini tentu akan berdampak pada kesenjangan antar umat beragama yang semakin berdampak pada toleransi mengenai perbedaan pada kaum mayoritas maupun minoritas.
ADVERTISEMENT

Mengatasi Xenofobia Dan Islamofobia Melalui Dakwah Digital

Muhammadiyah-‘Aisyiyah ini menurut beberapa pandangan anggota Sidang Pleno I, sudah cukup mampu mengatasi dan memperluas jalur dakwah secara meta-organisasi melalui jalur online.
Isu kemanusiaan secara universal sudah menjadi pembahasan penting dalam materi Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang ke 48. Saat itu ketua PP Muhammadiyah mengatakan bahwa Isu kemanusiaan universal yaitu adanya penguatan xenofobia ada Islamofobia di dalamnya, meskipun PBB telah mendeklarasikan anti Islamofobia secara garis internasional tetapi sampai saat ini hal tersebut belum terlaksana dengan baik di Indonesia. Sehingga dalam masalah ini, Syafiq sebagai salah satu anggota PP Muhammadiyah berharap ada pengerjaan yang serius dan berkelanjutan untuk mengurangi masalah tersebut.
Isu kemanusiaan yang ke empat ini adalah isu yang sering di temukan di dalam masyarakat, karena dampak sosial media saat ini menjadi salah satu penyebab seseorang mengidap xenofobia termasuk Islamofobia. Dalam sidang Pra-Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah 2022, sekretaris PP Muhammadiyah, juga memberikan pendapatnya mengenai teknologi dan langkah Muhammadiyah-‘Aisyiyah untuk mengatasi masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Apabila Muhammadiyah-‘Aisyiyah tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi informasi, maka Muhammadiyah-‘Aisyiyah akan jauh tertinggal. Karena masyarakat saat ini sangat bergantung pada kekuatan media sosial, sehingga jalur dakwah Muhammadiyah-‘Aisyiyah juga harus bisa beradaptasi pada era digitalisasi teknologi informasi.
Ismail Fahmi seorang pakar sosial media sekaligus Angkatan Muda Muhammadiyah, menilai bahwa Muhammadiyah-‘Aisyiyah masih masif dalam berbaur dalam teknologi informasi. Pengembangan dakwah digital perlu dilakukan, perlu adanya produksi konten-konten mengenai dakwah dari Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Sehingga melalui dakwah digital permasalahan yang terjadi di masyarakat juga akan terkendali melalui pesan moral dan dakwah yang di sampaikan oleh Muhammadiyah-‘Aisyiyah melalui media sosial.
Jika dampak besar xenofobia dan Islamofobia menguat juga berasal dari sosial media, maka Muhammadiyah-‘Aisyiyah juga harus kembali memperluas jalur dakwah dan mengubah pandangan publik mengenai Islam melalui teknologi informasi pula. Dakwah digital bukan hanya melalui narasi semata, tetapi perlu dihadirkan warna baru seperti konten-konten dan influencer yang kekinian, sehingga akan mampu memperluas jalur dakwah hingga ke mancanegara.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui, dakwah digital ajakan seseorang ke jalan Allah dan melaksanakan syariat Islam dengan memanfaatkan media digital, khususnya melalui media sosial maupun website. Muhammadiyah sudah dinilai mampu beradaptasi dalam era digitalisasi saat ini, tinggal bagaimana secara berkelanjutan menjalankan dakwah digital melalui media sosial.
Jika dilihat cukup banyak influencer yang berasal dari anggota muhammadiyah, tinggal bagaimana mengemas dakwah-dakwah Islami agar lebih membuka pola pikir masyarakat terhadap toleransi umat beragama. Muhammadiyah harus dapat mengubah pandangan seseorang yang membenci Islam menjadi menyukai Islam dan mengurangi dampak xenofobia juga Islamofobia di negara kita sendiri maupun di kancah Internasional.
Melihat perkembangan zaman yang pesat ini, tentu akan berdampak pula ke seluruh lini kehidupan. Banyak sekali teknologi-teknologi informasi yang berkembang dan berbaur dalam kehidupan masyarakat. Tentunya, hal ini akan semakin menambah cara bagaimana masyarakat lokal maupun mancanegara seharusnya lebih selektif dalam mengonsumsi informasi melalui dunia maya.
ADVERTISEMENT
Kebencian terhadap agama Islam sudah terjadi sejak dahulu, akan tetapi deklarasi dari PBB mengenai anti Islamofobia masih sangat minim implementasinya pada kehidupun nyata. Jika sebuah peraturan telah berlaku, maka tugas kita sebagai umat manusia adalah mengurangi isu xenofobia maupun Islamofobia ini. Termasuk juga Muhammadiyah, meskipun hanya mampu mendeklarasikan melalui pesan-pesan moral, tetapi Muhammadiyah akan membantu untuk mengubah pola pikir masyarakat mengenai pentingnya toleransi antar ummat.
Terlalu banyak sudah kasus akibat menguatnya xenofobia khususnya yang menjurus pada Islamofobia, apalagi di kancah internasional. Masih ada pandangan suatu kaum terhadap Islam yang buruk, terutama yang mengatakan bahwa Islam teroris dan radikal. Xenofobia maupun Islamofobia ini justru akan membawa perpecahan antar umat beragama.
ADVERTISEMENT
Islam adalah agama yang damai, dan setiap agama pasti sudah menekankan mengenai toleransi dan saling menghormati antar agama. Menghargai sesama manusia adalah kunci penting perdamaian. Jika saja imigran menjadi sasaran xenofobia selama ini, lalu bagaimana kita akan saling menciptakan perdamaian?.
Banyak sekali pandangan-pandangan negatif terhadap Islam, belum lagi semakin berkembanganya media sosial yang tentu saja jika tidak cerdas dalam mengonsumsi informasi maka xenofobia maupun Islamofobia akan semakin besar dan berkembang. Perpecahan yang tidak diinginkan pun akan semakin sering terjadi, sehingga tidak terciptanya perdamaian dan keadilan.
Dengan isu kemanusiaan universal mengenai xenofobia yang menguat termasuk Islamofobia, Muhammadiyah merasa ada kewajiban moral sebagai ummat manusia untuk menciptakan perdamaian antar umat manusia khususnya umat beragama.
ADVERTISEMENT
Mengikuti perkembangan era digital menjadi salah satu pilihan Muhammadiyah untuk mengembangkan jalan dakwah Islam. Sehingga dengan memberikan warna baru dalam dakwah digital ini diharapkan mampu mengubah pandangan publik khususnya mengenai xenofobia termasuk juga Islamofobia.
Agar perdamaian dan keadilan bisa terjadi, serta toleransi antar umat bisa menguat baik secara nasional maupun internasional, maka partisipasi para Anggota Muhammadiyah dalam mengkolaborasikan dakwah Islam dengan Teknologi Informasi saat ini akan sangat diperlukan.