Ada Hikmah di Balik Wabah Virus Corona

Aisyah Allamanda
Abdi negara. Sempat belajar di Inggris Raya. Pernah bertugas tiga tahun di Italia. Puluhan tahun menjadi warga Jakarta.
Konten dari Pengguna
20 Maret 2020 18:35 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Allamanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Resah karena Corona? (Foto: Orna W / Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Resah karena Corona? (Foto: Orna W / Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Resah, khawatir, gundah gulana, paranoid...
Mungkin itu yang banyak dirasakan orang saat ini.
ADVERTISEMENT
Tahun 2020 masih Maret dan musim semi belum juga tiba. Namun seluruh dunia telah dibuat galau oleh wabah Corona, nama bekennya pandemi COVID-19.
Resolusi awal tahun ambyar, berbagai rencana kegiatan amburadul. Perbatasan ditutup dan pergerakan warga di berbagai negara dibatasi ketat. Rupiah serta saham anjlok, kegiatan perekonomian lainnya lesu. Jumlah penderita COVID-19 di Indonesia terus naik.
Setiap hari, berita di media massa bikin deg-degan. Sementara media sosial diwarnai hoaks nan simpang siur yang tidak membuat suasana kebatinan jadi lebih baik. Sulit rasanya untuk tetap berpikir positif di tengah kecemasan global ini.
Colosseum, ikon kota Roma terlihat lengang. Sangat berbeda dari situasi normal, dimana bangunan bersejarah ini selalu dipadati pengunjung. (Foto: Ago Gaut - KBRI Roma)
Akan tetapi, idiom berbahasa Inggris “Every cloud has a silver lining” dan pepatah “Ada hikmah di balik musibah”, tercipta tentu tidak tanpa makna, bukan?
ADVERTISEMENT
Kalau begitu, apa saja sih hal-hal baik yang dapat dipetik dari wabah Corona ini?
Seiring dengan pembatasan perjalanan domestik dan internasional di berbagai negara, tingkat polusi udara pun menurun signifikan. Sebuah kajian dari Univesitas Stanford bahkan menyebutkan lockdown selama dua bulan di China telah menyelamatkan 4.000 anak balita dan 73 ribu lansia setempat dari potensi kematian prematur akibat partikel polusi udara. Berdasarkan Climate Change Report 2019, China merupakan penyumbang emisi karbon terbesar di seluruh dunia.
Perbandingan tingkat polusi udara sebelum dan saat lockdown di China (Sumber: www.earthobservatory.nasa.gov)
Bukan hanya manusia, kawanan hewan pun sepertinya ikut menikmati saat-saat bumi beristirahat dari hiruk pikuk pergerakan manusia seperti sekarang ini. Sebagaimana terlihat di media sosial, viral postingan tentang kanal-kanal dan pantai Italia menjadi lebih jernih seiring absennya operasional kapal motor dan gondola. Alhasil, ikan-ikan dan lumba-lumba pun bermunculan kembali.
ADVERTISEMENT
Mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang, bumi tengah beristirahat.
Sebelum wabah Corona, menjaga kebersihan tangan tidak terlalu dipedulikan banyak orang. Padahal anjuran mencuci tangan demi kesehatan sudah diajarkan sejak kecil, bahkan lewat lagu kanak-kanak. Namun, anjuran itu kerap diabaikan atau tidak terlalu diindahkan. Sekarang, semua saling mengingatkan cuci tangan, termasuk mesin pencari Google.
Masa krisis seperti sekarang ini juga membawa perhatian kita kepada mereka yang banyak berjasa dalam keseharian, namun kerap terabaikan atau kurang diapresiasi.
Tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan wabah. Pengemudi ojek online yang membantu membelikan makanan dan keperluan sehari-hari di saat kita harus #dirumahaja. Para tenaga kebersihan yang senantiasa menjaga ruang publik aman dari bakteri dan kuman. Para guru yang selama ini mengajar anak-anak kita di sekolah. Di saat-saat seperti ini, kita diingatkan kembali akan betapa mereka telah memudahkan kehidupan kita.
ADVERTISEMENT
Hal ini terlihat dari berbagai postingan media sosial. Di berbagai negara Eropa, setiap malam, para warga yang terpaksa berdiam diri #dirumahaja karena lockdown ramai-ramai muncul di balkon memberikan tepuk tangan meriah tanda apresiasi bagi tenaga medis. Di Singapura, pada perayaan Hari Kasih Sayang lalu, anak-anak dan remaja mengirimkan pesan terima kasih yang ditulis tangan untuk para tenaga medis.
Di Indonesia, ada yang mengajak berbagi makanan dengan para ojol. Lalu, ramai pengiriman bunga tanda apresiasi serta penggalangan dana untuk membelikan masker dan APD bagi tenaga medis. Lainnya banyak mengunggah tentang betapa guru kanak-kanak pantas memperoleh gaji yang lebih besar. Ternyata disadari, mengajar anak-anak itu tidaklah mudah, saudara-saudara!
ADVERTISEMENT
Menghadapi tragedi kemanusiaan seperti ini, sifat sosial manusia pun muncul dalam berbagai tindakan solidaritas dan kebersamaan. Keharusan menjaga jarak guna mencegah penularan virus tidak menghalangi mereka untuk tetap saling berbagi rasa.
Di Wuhan Cina, kota yang disebut sebagai asal virus COVID-19, penduduknya bersahut-sahutan saling menyemangati satu sama lain.
Di Italia, negara dengan tingkat kematian akibat COVID-19 tertinggi di seluruh dunia, warganya bernyanyi bersama setiap pukul 18.00 dari balkon rumah masing-masing. Mereka memainkan lagu kebangsaan Italia, Fratelli d'Italia, yang menggugah semangat penuh harapan. Para musisi di Italia juga menghadirkan konser dari balkon, menghibur tetangga sekitar yang harus berdiam di rumah.
Di Spanyol, seorang instruktur fitnes mengajak seluruh tetangganya berolahraga bersama dari balkon atau atap rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pasar swalayan di negara seperti Amerika Serikat, Irlandia, Inggris, dan Australia mengalokasikan waktu belanja khusus lansia. Hal ini dilakukan guna memastikan para manula tetap dapat berbelanja dengan tenang, di tengah tren panic buying yang ada di sana.
Pengumuman jam buka khusus lansia oleh Supermarket Lidl di Irlandia (Sumber: Twitter Lidl Ireland)
Berbagai inisiatif saling menguatkan pada masa-masa sulit ini juga muncul dari kalangan musisi dunia, yang mengadakan konser gratis lewat Instagram guna menghibur mereka yang diwajibkan berdiam diri di rumah. Setelah Chris Martin dari Coldplay dan John Legend tampil live streaming beberapa hari lalu, malam ini Andrea Bocelli dan penyanyi rap Fedez juga akan berkolaborasi dalam sebuah konser virtual langsung dari rumah mereka.
Kalangan dunia usaha juga tidak mau kalah. Meskipun usahanya terkena imbas krisis karena wabah Corona, perusahaan-perusahaan besar ini menilai sekarang yang tepat untuk give back to the society. Di dalam negeri sendiri, perusahaan kosmetik Wardah baru saja menyumbang miliaran rupiah dalam bentuk alat kesehatan dan alat perlindungan tenaga medis.
ADVERTISEMENT
Keharusan mengkarantina diri memberikan peluang lebih bagi banyak orang untuk menghabiskan waktu di rumah. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan melakukan hal-hal yang belum sempat terlaksana karena kesibukan selama ini.
Beragam hobi seperti memasak, bercocok tanam atau melukis menjadikan hari anda produktif tanpa harus keluar rumah. Bagi mereka yang percaya, memperbanyak ibadah atau meditasi juga merupakan salah satu opsi kegiatan. Berbagai artikel tentang hal-hal yang bisa dilakukan selama masa-masa #dirumahaja seperti ini dapat pula dijadikan panduan dalam mengisi waktu.
Bagi yang sudah berkeluarga, lebih banyak waktu yang dapat dihabiskan bersama. Jika biasanya hanya bertemu sebelum dan sesudah bekerja, sekarang interaksi langsung dan bercengkerama dapat terlaksana setiap waktu. Para orang tua juga jadi dapat lebih membimbing anak-anaknya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tentu saja, asalkan semua sedang dalam keadaan sehat ya!
ADVERTISEMENT
Sementara bagi kaum rebahan dan introvert, saat-saat seperti ini menjadi alasan valid untuk menjadi diri anda sendiri yang sepenuhnya!
Museum Nasional menawarkan opsi kunjungan virtual guna mengisi waktu #dirumahaja (Sumber: Twitter @MuseumNasional)
Selain itu, saat ini ancaman resesi besar-besaran menghantui perekonomian global. Hingga awal tahun 2020 lalu, siapa yang menyangka dunia akan mengalami situasi seperti ini? Satu virus bermutasi dan seluruh tatanan negara dibuat kacau. Interaksi sosial di antara kita sebagaimana biasanya, tidak lagi ada.
Berbagai kesulitan yang ditimbulkan wabah ini seperti mengajak kita berkaca dan menyadari bahwa hal-hal yang kita pandang 'sepele' sebenarnya sangat berarti dalam kehidupan. Betapa keseharian yang 'normal' itu sesungguhnya berharga.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, hal-hal yang disebutkan di atas tidak menjadikan virus COVID-19 ini sebagai 'hadiah' yang patut disyukuri. Kita sadar, masa-masa saat ini tidaklah mudah dijalani bagi siapa pun. Karena itu, sekecil apa pun upaya masing-masing untuk menghambat penularan virus, menjadi kontribusi berharga bagi umat manusia di sekitar kita.
Saat ini para tenaga medis tengah berjuang merawat mereka yang sakit dan terkena wabah. Kita dapat membantu mereka dengan cara yang sederhana. Sesederhana menjaga daya tahan tubuh kita masing-masing dan orang sekitar, rajin mencuci tangan dengan sabun dan tidak bepergian keluar rumah apabila tidak mendesak.
Agar kita dapat kembali bersalaman tanpa rasa khawatir dengan kerabat serta rekan sejawat. Dapat kembali beribadah bersama tanpa menciptakan jarak. Dapat kembali bercengkrama nan hangat di kafe-kafe langganan bersama teman-teman. Dapat kembali bekerja tanpa khawatir apakah pemasukan akan tetap ada. Dapat kembali beraktivitas seperti biasa.
ADVERTISEMENT
Semoga, saat-saat itu tiba dengan segera...
Pesan penguat semangat di tengah masa-masa sulit ini. (Sumber: Twitter @allontheboard)