Konten dari Pengguna

Pemulihan Trauma Anak: Peran Orang Tua Pasca Pelecehan Seksual

aisyahaniyats
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Desember 2024 13:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aisyahaniyats tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/stop-gender-violence-illustration_8851852.htm#fromView=search&page=1&position=39&uuid=73a00f7e-2a9a-44bb-87fd-89dbc67730f4
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/stop-gender-violence-illustration_8851852.htm#fromView=search&page=1&position=39&uuid=73a00f7e-2a9a-44bb-87fd-89dbc67730f4
ADVERTISEMENT
Kekerasan seksual terhadap anak adalah masalah yang sangat serius dan memerlukan perhatian kita semua. Trauma yang dialami oleh anak-anak yang menjadi korban dapat berdampak jangka panjang, mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka hingga orang dewasa. Kita perlu menyadari bahwa perubahan perilaku yang sering terlihat, seperti kehilangan keceriaan, menjadi diam, menghindari interaksi sosial, dan sering menangis tanpa alasan yang jelas, adalah tanda-tanda bahwa mereka mungkin sedang berjuang dengan dampak dari pengalaman traumatis tersebut.
ADVERTISEMENT
Pelecehan seksual pada anak diartikan sebagai tindakan seksual yang tidak diinginkan, yang dapat mencakup berbagai bentuk, termasuk sentuhan fisik yang tidak pantas dan eksploitasi seksual. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan bahwa proporsi perempuan dewasa dan anak perempuan (umur 15-24 tahun) yang mengalami kekerasan seksual oleh orang lain selain pasangan dalam 12 bulan terakhir mencapai angka yang melemahkan, yaitu 5,23% pada tahun 2021, meningkat dari 4,66% pada tahun 2016. Ini adalah sinyal bahwa kita perlu lebih memahami dan menangani masalah ini dengan serius.
Dampak psikologis yang dialami korban sangat beragam. Banyak anak yang mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, dan isolasi sosial. Mereka juga cenderung merasa ketakutan, cemas, dan mengingat traumatis yang berulang. Penelitian oleh Darmayasa dan Natanael (2023) menunjukkan bahwa dukungan dari orang tua sangat penting dalam proses pemulihan anak-anak yang mengalami trauma. Ini mengingatkan kita bahwa peran keluarga dan lingkungan sangat krusial dalam membantu pemulihan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Mari kita semua berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran tentang isu ini. Kita perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung anak-anak, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang tanpa mengalami kekerasan seksual. Dengan saling mendukung dan berbagi informasi, kita dapat membantu mencegah kekerasan seksual dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi anak-anak kita. Apakah Anda memiliki pengalaman atau pandangan tentang bagaimana kita bisa lebih baik dalam melindungi anak-anak dari kekerasan seksual? Mari kita berdiskusikan bersama.
Peran Orang Tua dalam Pemulihan Trauma Anak
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak mengatasi trauma akibat pelecehan seksual. Berikut adalah beberapa peran yang dapat dilakukan oleh orang tua:
https://www.freepik.com/free-photo/mom-watching-television-with-her-children_24999670.htm#fromView=search&page=1&position=19&uuid=35ca775b-d2f8-42b2-a087-40c80b7cc8d4
Dalam konteks yang lebih luas, dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk sekolah dan masyarakat, juga sangat penting. Penelitian oleh Tanjung, Abyari, Hidayati, dan Anggraini (2021) menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat mempercepat proses pemulihan bagi penyintas pemahaman seksual. Oleh karena itu, kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan anak.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, peran orang tua dalam pemulihan trauma anak mengeluarkan paparan visual sangatlah penting. Melalui pemahaman, dukungan, dan tindakan yang tepat, orang tua dapat membantu anak untuk kembali menemukan kebahagiaan dan keseimbangan dalam hidup mereka. Pemulihan trauma bukanlah proses yang mudah, tetapi dengan dukungan yang tepat, anak dapat belajar untuk mengatasi pengalaman traumatis dan melanjutkan hidup mereka dengan lebih baik.
Referensi
Anjarsari Sembiring, L., & Simon, S. (2022). Kontribusi Pengajar Pendidikan Agama Kristen dalam Membantu Pemulihan Traumatis Korban Pelecehan Seksual. Jurnal Shanan, 6(1), 25-44. doi:10.33541/shanan.v6i1.3624
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2022, 21 Maret). Proporsi Perempuan Dewasa dan Anak Perempuan (Umur 15-64 Tahun) Mengalami Kekerasan Seksual Oleh Orang Lain Selain Pasangan Dalam 12 Bulan Terakhir - Tabel Statistik. Diambil dari https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTM2MiMy/proporsi-perempuan-dewasa-dan-anak-perempuan--umur-15-64-tahun--mengalami-kekerasan- seksual-oleh-orang-lain-selain-pasangan-dalam-12-bulan-terakhir.html
ADVERTISEMENT
Darmayasa, IM, & Natanael, RJ (2023). Gangguan Stres Pasca Trauma pada Kasus Pelecehan Seksual: Case Report. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 10(2). doi:10.22146/jkr.78372
Iskandar, W., Azizah, N., & Satriani, S. (2022). Pengaruh Pelecehan Seksual terhadap Mental Siswa di Duta Pelajar Gowa. JBKPI: Jurnal Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, 1(02), 44-52. doi:10.26618/jbkpi.v1i02.8104
Tanjung, FN, Abyari, TR, Hidayati, IR, & Anggraini, AR (2021). Gambaran Gangguan Stres Pasca Trauma pada Wanita Dewasa Awal Penyintas Pelecehan Seksual Fisik. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 6(2). doi:10.22373/psikoislamedia.v6i2.9802